A.
Pengertian Bisnis Ritel (Penjualan
Eceran)
Penjualan eceran atau ritel Menurut KBBI, Eceran berarti secara satu persatu,
sedikit demi sedikit (tentang penjualan/pembelian barang). Jadi yang dimaksud
dengan usaha eceran/ritel adalah segala kegiatan yangterlibat dalam penjualan
dan pembelian barang, jasa ataupun keduanya secara sedikit demi sedikit atau
satu per satu langsung kepada para konsumen akhir untuk keperluan konsumsi
pribadi, keluarga, ataupun rumah tangga dan bukan hanya untuk keperluan bisnis
(dijual kembali).
· Menurut Hendri Ma’ruf (2005:71),
ritel adalah kegiatan usaha menjual barang atau jasa kepada perorangan untuk
keperluan diri sendiri, keluarga atau rumah tangga. Sedangkan pengecer adalah
pengusaha yang menjual barang atau jasa secara eceran kepada masyarakat sebagai
konsumen, ritel perorang atau peritel kecil memiliki jumlah gerai bervariasi,
mulai dari satu gerai hingga lebih.
· Menurut Tjiptono (2008:191),
Pedagang eceran (retailling) merupakan semua kegiatan penjualan barang dan jasa
secara langsung kepada konsumen akhir untuk pemakaian pribadi dan rumah tangga,
bukan untuk keperluan bisnis.
· Menurut Kotler (2007:592), usaha
eceran (retailing) adalah semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang dan
jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi bukan untuk
bisnis.
· Menurut Gilbert (2003:6), ritel
adalah semua usaha bisnis yang mengarahkan secara langsung kemampuan
pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan
barang dan jasa sebagai inti dari distribusi.
· Menurut Berman dan Evan (2007:3),
penjualan eceran adalah tingkat terakhir dari proses distribusi, yang di
dalamnya terdapat aktivitas bisnis dalam penjualan barang atau jasa kepada
konsumen.
Tujuan dan Fungsi Penjualan Eceran
(Ritel)
Perdagangan eceran
melakukan aktivitas pengemasan menjadi bagian yang lebih kecil, menyimpan
persediaan, menyediakan jasa agar pelanggan dapat memperoleh barang dengan
mudah. Tujuan penjualan eceran (ritel) antara lain adalah sebagai berikut
(Weits dkk, 2007:4):
1.
Menciptakan tersedianya pilihan akan kombinasi sesuai dengan
yang diinginkan oleh konsumen.
2.
Memberikan penawaran produk dan jasa pelayanan dalam unit
yang cukup kecil sehingga memungkinkan para konsumen memenuhi
kebutuhannya.
3. Menyediakan pertukaran nilai tambah
dari produk (ready exchange of value).
4.
Mengadakan transaksi dengan para konsumen-nya.
Sedangkan menurut
Sudjana (2005:117
1. Perantara antara distributor dengan
konsumen akhir.
1.
Penghimpunan berbagai kategori jenis barang yang menjadi
kebutuhan konsumen.
2.
Tempat rujukan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan
konsumen.
3.
Penentu eksistensi barang dari manufaktur di pasar konsumen.
Adapun fungsi
perdagangan eceran atau ritel menurut Utami (2008:8-9) adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan berbagai jenis
produk dan jasa.
Konsumen selalu mempunyai pilihan sendiri terhadap berbagai jenis produk dan
jasa. Untuk itu, dalam fungsinya sebagai peritel, mereka berusaha menyediakan
beraneka ragam produk dan jasa yang dibutuhkan konsumen.
2. Memecah (breaking bulk). Memecah (breaking bulk) di sini
berarti memecah beberapa ukuran produk menjadi lebih kecil, yang akhirnya
menguntungkan produsen dan konsumen.
3. Penyimpan persediaan. Fungsi utama ritel adalah
mempertahankan persediaan yang sudah ada, sehingga produk akan selalu tersedia
saat konsumen menginginkannya.
4. Penyedia jasa. Dengan adanya ritel, maka konsumen
akan mendapat kemudahan dalam mengkonsumsi produk-produk yang dihasilkan
produsen.
5. Meningkatkan nilai produk dan
jasa.
Dengan adanya beberapa jenis barang atau jasa, maka untuk suatu aktivitas
pelanggan dapat ditingkatkan manfaat yang diperoleh oleh pelanggan dari nilai
yang diperoleh dari produk/jasa tersebut.
Jenis-jenis Penjualan Eceran (Ritel)
Pedangan eceran
yang memiliki toko atau disebut pengecer toko (Store Retailers), dibagi menjadi
beberapa jenis, antara lain sebagai berikut (Kotler dan Armstrong, 2003:216):
1. Toko Barang Khusus (Specialty
Store).
Lini produk yang sempit dengan keragaman yang dalam. Toko pakaian adalah toko
lini tunggal; toko pakaian pria adalah toko lini terbatas; dan toko kemeja
pesanan pria adalah toko yang sangat khusus.
2. Toko Serba Ada (Departement
Store).
Beberapa lini produk, biasanya pakaian, perlengkapan rumah dan barang kebutuhan
keluarga dengan masing-masing lini yang ditempatkan sebagai bagian tersendiri
yang dikelola pembeli khusus atau pedagang khusus.
3. Pasar Swalayan (Supermarket). Usaha yang relatif besar, berbiaya
rendah, bermarjin rendah, bervolume tinggi, swalayan yang dirancang untuk
melayani semua kebutuhan untuk makanan, sarana mencuci, dan produk-produk
keluarga.
4. Toko Kenyamanan (Convenience
Store).
Toko yang relatif kecil dan terletak dekat daerah pemukiman, menjual lini
terbatas produk-produk kenyamanan dengan tingkat perputaran yang tinggi dan
harga yang sedikit lebih tinggi.
5. Toko Diskon (Discount Store). Barang dagangan standar yang
dijual dengan harga yang lebih murah, dengan marjin yang lebih rendah dan
volume yang lebih tinggi.
6. Pengecer Potongan Harga
(Off-Price Retailer). Barang dagangan yang dibeli di bawah harga pedagang besar
biasa dan dijual di bawah harga eceran.
7. Gerai Pabrik (Factory Outlet). Dimiliki dan dijalankan produsen
dan biasanya menjual barang-barang yang berlebihan, tidak diproduksi lagi, atau
tidak biasa.
8. Pengecer potongan harga
independen (Independent off-price retailer). Dimiliki dan dijalankan pengusaha
atau divisi perusahaan eceran yang lebih besar.
9. Klub gudang atau klub pedagang
besar (warehouse clubs atau wholesale clubs). Menjual pilihan terbatas jenis
produk kebutuhan pokok, perlengkapan rumah tangga, pakaian bermerek dan
berbagai jenis barang lain dengan diskon yang sangat besar bagi anggota-anggota
yang membayar iuran keanggotaan tahunan.
10. Toko Besar (Superstore). Ruang penjualan sekitar 35.000
kaki persegi yang ditujukan untuk memenuhi seluruh kebutuhan konsumen untuk
jenis produk makanan dan non-makanan yang dibeli rutin.
11. Toko Kombinasi (Combination
stores).
Toko gabungan makanan dan obat yang memiliki ruang penjualan rata-rata 55.000
kaki persegi.
12. Hiperpasar (Hypermarkets). Berkisar antara 80.000 hingga
220.000 kaki persegi dan menggabungkan pasar swalayan, toko diskon, dan eceran
gudang.
13. Ruang Pameran Katalog. Pilihan yang sangat banyak
barang-barang berharga tinggi, mengalami perputaran cepat, dan bermerek dengan
harga diskon.
Pedagang eceran yang tidak memiliki toko atau disebut pengecer tanpa toko (Non-Store Retailers), dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut (Kotler dan Armstrong, 2003:538):
1. Penjualan langsung (Direct
Selling).
Penjualan langsung disini tidak termasuk penjualan dari bisnis ke bisnis.
Kegiatan ini dimulai dari pedagang keliling dan terus berkembang menjadi
industry yang besar. Penjualan ini dilakukan oleh para wira-niaga langsung
kepada pemakai akhir.
2. Penjual satu-satu (One to One
Selling).
Penjualan dilakukan oleh wira-niaga dengan cara mengunjungi tempat tinggal
konsumen satu per satu serta berusaha mendapatkan pesanan pembelian.
3. Penjual satu ke banyak (One to
Party Selling).
Seorang wira-niaga akan datang ke rumah seorang konsumen dan mengundang teman
atau tetangganya untuk melihat demonstrasi produk.
4. Pemasaran Jaringan (Network
Marketing-MLM).
Perusahaan memilih para usahawan untuk berperan sebagai distributor.
Distributor lalu akan memilih beberapa anggota baru sebagai agen. Para agen
kemudian akan memilih beberapa orang lain lagi untuk menjual produk perusahaan
kepada para pembeli yang potensial.
5. Pemasaran Langsung (Direct
Marketing).
Pemasaran langsung dimulai dari katalog dan surat pos, bahkan sekarang telah
berkembang berbagai cara baru yang modern, seperti pemasaran melalui telepon
(Telemarketing), pemasaran melalui TV (Home Shopping), maupun informasi
berbelanja melalui elektronik (infomercial).
6. Mesin Penjual Otomatis
(Automatic Vending). Mesin penjual otomatis ini memiliki beberapa keunggulan,
seperti penjualan 24 jam sehari, serta mudah ditemukan di banyak tempat yang
strategis.
7. Jasa Pembelian (Buying Service). Suatu pengecer tanpa toko yang
melayani konsumen khusus, seperti sekolahan, rumah sakit, ataupun lembaga
pemerintahan. Anggota organisasi tersebut dapat menjadi anggota jasa pembelian
dan mereka boleh membeli berbagai produk dengan harga diskon.
Ciri-ciri
dari bisnis ritel tradisional sederhana adalah sebagai berikut :
1. Tempatnya tidak
terlalu luas.
2. Barang yang dijual tidak terlalu banyak macam dan jenisnya.
3. Sistem pengelolaan/manajemennya masih terbilang sangat sederhana sekali.
4. Tidak menawarkan kenyamanan berbelanja muluk-muluk dan berlebihan seperti ritel modern.
5. Masih terdapat proses tawar-menawar harga dengan para pedagang.
6. Produk yang dijual juga tidak dipajang terlalu terbuka sehingga para pelanggan tidak mengetahui apakah pengusaha ritel tersebut memiliki barang yang memang dicari atau tidak.
2. Barang yang dijual tidak terlalu banyak macam dan jenisnya.
3. Sistem pengelolaan/manajemennya masih terbilang sangat sederhana sekali.
4. Tidak menawarkan kenyamanan berbelanja muluk-muluk dan berlebihan seperti ritel modern.
5. Masih terdapat proses tawar-menawar harga dengan para pedagang.
6. Produk yang dijual juga tidak dipajang terlalu terbuka sehingga para pelanggan tidak mengetahui apakah pengusaha ritel tersebut memiliki barang yang memang dicari atau tidak.
Ciri-ciri
khusus dari bisnis ritel modern adalah kebalian dari bisnis ritel tradisional
sederhana, yaitu :
1. Menawarkan
tempat yang lebih luas.
2. Barang yang dijual juga sangat banyak jenis dan macamnya.
3. Memiliki sistem manajemen yang terkelola dengan sangat baik dan hati-hati.
4. Menawarkan tingkat kenyamanan yang tinggi dalam berbelanja.
5. Harga jual sudah tetap (fixed price) sehingga sama sekali tidak ada proses tawar-menawar dan adanya sistem swalayan/pelayanan secara mandiri.
6. Pemajangan dari produk pada rak-rak terbuka sehingga para pelanggan bisa dengan bebas melihat dan memilih barang-barang apa saja yang dibutuhkan, bahkan beberapa swalayan ada yang memberikan produk tester agar bisa dicoba oleh para pelanggan terlebih dahulu sebelum memutuskan akan membelinya.
2. Barang yang dijual juga sangat banyak jenis dan macamnya.
3. Memiliki sistem manajemen yang terkelola dengan sangat baik dan hati-hati.
4. Menawarkan tingkat kenyamanan yang tinggi dalam berbelanja.
5. Harga jual sudah tetap (fixed price) sehingga sama sekali tidak ada proses tawar-menawar dan adanya sistem swalayan/pelayanan secara mandiri.
6. Pemajangan dari produk pada rak-rak terbuka sehingga para pelanggan bisa dengan bebas melihat dan memilih barang-barang apa saja yang dibutuhkan, bahkan beberapa swalayan ada yang memberikan produk tester agar bisa dicoba oleh para pelanggan terlebih dahulu sebelum memutuskan akan membelinya.
0 komentar:
Posting Komentar