Selasa, 31 Oktober 2017

MENGENALI DAN MEMAHAMI PERILAKU KONSUMEN

Mengetahui dan memahami apa yang diinginkan konsumen dan bagaimana mereka bertindak merupakan bagian penting dari bisnis apapun. Ada berbagai cara yang dapat Anda lakukan untuk mengetahui perilaku konsumen, tergantung pada bidang mana yang menarik bagi Anda. Melakukan riset pasar secara teratur merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mengenal dan memahami perilaku pelanggan Anda. Dengan mengetahui perilaku pelanggan, tentu saja akan meningkatkan bisnis dan keuntungan Anda.

Berikut beberapa cara untuk mengetahui perilaku pelanggan Anda: Melakukan survei Consumer Behaviour untuk mengenali perilaku konsumen. Ada dua jenis utama dari survei konsumen ini yaitu: kualitatif atau kuantitatif. Melalui studi kualitatif Anda akan melibatkan sedikit responden yang akan diberikan banyak pertanyaan mendetail. Sedangkan jika menggunakan studi kuantitatif, Anda akan melibatkan banyak responden, namun akan mengajukan beberapa pertanyaan. Untuk menentukan pasar bagi produk yang samasekali baru mungkin akan lebih tepat jika Anda menggunakan penelitian kuantitatif, karena Anda hanya perlu mencari tahu apakah orang akan membelinya. Namun jika Anda ingin mengubah produk, atau membuat produk lain yang serupa, penelitian kualitatif dapat dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih rinci.

Melakukan pengamatan terhadap perilaku konsumen. Jika Anda ingin mengamatinya di tempat-tempat seperti toko, mall, atau pusat perbelanjaan, mungkin Anda perlu meminta izin kepada toko atau pusat perbelanjaan yang Anda amati. Dengan mengamati konsumen, Anda dapat melihat dan mendapatkan banyak informasi tentang perilaku mereka. Informasi seperti ketinggian optimal penempatan produk, lokasi produk, dan tata letak toko bisa diperoleh dengan mengamati reaksi dan perilaku konsumen.

Gunakan data mentah sebagai alat pengukuran. Misalnya, jika Anda telah meluncurkan produk baru, lihat apakah produk tersebut dibeli secara rutin bersamaan dengan produk lain. Jika ya, maka Anda dapat mengasumsikan bahwa Anda memiliki demografi yang mirip dengan produk lain tadi. Gunakan data mentah ini untuk menentukan waktu, hari, tahun, atau musim ketika orang membeli produk Anda. Semua ini memberikan informasi mengenai perilaku konsumen. Pisahkan antara data obyektif dan subyektif. Jika Anda melakukan sebuah wawancara atau survei, Anda mungkin saja akan mempengaruhi jawaban orang. Dengan mendapatkan data sebanyak mungkin, Anda dapat membuat penilaian obyektif, yang bebas dari bias, baik sengaja atau tidak.


B. VARIABEL-VARIABEL DALAM MEMPELAJARI PERILAKU KONSUMEN

Di samping mempelajari pemakaian konsumen dan evaluasi pasca-pembelian produk yang mereka beli, para peneliti konsumen juga tertarik untuk mengetahui cara individu membuang produk yang dulu pernah baru. Sebagai contoh, setelah konsumen menggunakan produk tertentu, apakah mereka menyimpan, membuangnya atau menghadiahkan, menjual, menyewakan, atau meminjamkannya kepada orang lain ?
Ada tiga variabel dalam mempelajari perilaku konsumen, yaitu :
1.     Variabel Stimulus
 Variabel stimulus merupakan variabel yang berada di luar diri individu (faktor eksternal) yang sangat berpengaruh dalam proses pembelian. Contohnya merek dan jenis barang, iklan pramuniaga, penataan barang (display), dan ruangan toko.
2.     Variabel Respon
Variabel respon merupakan hasil aktivasi individu sebagai reaksi dari variabel stimulus. Variabel respon sangat bergantung pada faktor individu dan kekuatan stimulus contohnya keputusan membeli barang, pembeli penilaian terhadap barang, perubahan sikap terhadap suatu produk.
3.     Variabel Interverning
Variabel Interverning adalah variabvel antara variabel stimulus dan respons variabel ini merupakan factor internal individu, termasuk motif-motif membeli, sikap terhadap suatu peristiwa, dan persepsi terhadap suatu barang.
C. KEBUTUHAN KONSUMEN
1. Pengertian kebutuhan
Orang membutuhkan pangan, sandang, rumah, rasa aman, rasa memiliki, harga diri dan lain-lain untuk tetap hidup. Kebutuhan-kebutuhan ini tidak diciptakan oleh masyarakat atau oleh para pemasar; kebutuhan ini sudah ada dan terlekat dalam tubuh dan kondisi manusia.
 Kebutuhan sendiri adalah sesuatu gap atau pembatas antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi sebenarnya. Kebutuhan muncul karena konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan. Adapun faktor-faktor yang mendorong munculnya kebutuhan tersebut, yaitu:
a. Faktor Dalam (biologis & fisiologis): rasa lapar dan haus
 b. Faktor Luar (lingkungan): aroma makanan
 c. Kebutuhan juga dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu:
 d. Kebutuhan Primer yaitu untuk mempertahankan kelangsungan hidup
e. Kebutuhan Skunder yaitu sebagai reaksi terhadap lingkungan dan budayanya
f. Kebutuhan yang dirasakan (felt needs), yaitu kebutuhan yang dibedakan berdasarkan kepada manfaatnya, antara lain: kebutuhan utilitarian (utilitarian needs), yaitu berdasarkan kepada manfaat fungsional dan karakteristik. Sedangkan, kebutuhan hedonik (ekspresive), yaitu berdasarkan sifat psikologis seperti rasa puas, emosi dan gengsi. Tujan ada karena adanya kebutuhan, artinya untuk memenuhi kebutuhan konsumen harus memiliki tujuan akan tindakannya.
Kebutuhan merupakan fundamen yang yang mendasari perilaku konsumen. Kita tidak mungkin memahami perilaku konsumen tanpa mengerti kebutuhannya. Kebutuhan konsumen mengandung elemen dorongan biologis, psikologis, dan sosial. Kebutuhan manusia menurut Abrham Maslow digambarkan pada kerucut di bawah ini.
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam menjaga keseimbangan baik secara fisiologis maupun psikologis yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Teori Hierarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu:
a.     Kebutuhan Fisiologis, yang merupakan kebutuhan paling dasar pada manusia. Antara lain; pemenuhan kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, cairan (minuman), nutrisi (makanan), eliminasi, istirahat dantidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh.

b.    Kebutuhan rasa aman dan perlindungan, dibagi menjadi perlindungan fisik dan perlindungan psikologis. Perlindungan fisik, meliputi perlindungan dari ancaman terhadap tubuh dan kehidupan seperti kecelakaan, penyakit, bahaya lingkungan, dll. Perlindungan psikologis, perlindungan dari ancaman peristiwa atau pengalaman baru atau asing yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan seseorang.

c.     Kebutuhan rasa cinta, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, memberi dan menerima kasih sayang, kehangatan, persahabatan, dan kekeluargaan.

d.    Kebutuhan akan harga diri dan perasaan dihargai oleh orang lain serta pengakuan dari orang lain.

e.    Kebutuhan aktualisasi diri, ini merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, yang berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain atau lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.

Resolusi dan Konflik Kebutuhan
Ada empat tipe situasi konflik, yaitu :
a.     Approach-approach conflict, adalah konflik yang terjadi apabila konsumen dihadapkan kepada situasi yang positif secara serentak atau bersamaan, yang harus dipilih salah satu alternative sebagai suatu tindakannya. Misalnya konsumen harus memutuskan memilih diantara dua merek dari produk yang sama pada situasi bersamaan. Konsumen merasa kedua merek tersebut seimbang positifnya. Dalam menghadapi situasi tersebut, yang terpenting bagi manajer ialah berupaya mengembangkan strategi yang dapat membuat merek yang berbeda dari produk yang berkualitas yang seimbang.

b.    Approach-avoidance conflict, ialah konflik yang terjadi jika konsumen dihadapkan kepada situasi yang bersamaan dan ia harus segera melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Misalnya konsumen ingin membeli suatu barang, tetapi uang yang ada padanya adalah untuk memenuhi kebutuhan yang lainnya. Atau konsumen ingin memiliki suatu barang, tetapi tidak mempunyai uang untuk membelinya. Ahli pemasaran harus dapat mengidentifikasi kualitas produk yang layak atau tidak layak untuk konsumen. Di samping itu, dapat pula dilakukan pembelian barang dengan sistem kredit.


c.     Avoidance-avoidance conflict, ialah konflik yang terjadi apabila konsumen dihadapkan kepada situasi yang segera harus menghindarkan dua tujuan atau tindakan. Misalnya konsumen mempunyai kebutuhan yang mendesak untuk memiliki suatu barang, tetapi barang yang tersedia di toko adalah barang dengan merek yang tidak disukainya.


d.    Double approach-avoidance conflict, ialah konflik yang terjadi apabila konsumen dihadapkan kepada dua situasi yang bersamaan, satu situasi berpengaruh positif dan situasi lainnya berpengaruh negative jika tidak dilaksanakan. Misalnya konsumen mempunyai kebutuhan yang mendesak untuk membeli suatu barang, tetapi pada saat yang bersamaan uang yang ada padanya harus pula dibelikan obat.

SIKAP DAN PERILAKU PENJUALAN

A. MEMAHAMI PERILAKU KONSUMEN
Profesi penjual adalah profesi yang cukup terhormat saat ini, bukan lagi profesi yang dianggap rendah seperti pandangan masyarakat tradisional. Banyak orang sukses karena memilih pekerjaan ini. Kini profesi penjual bukan hanya sekedar pekerjaan sampingan saja tetapi profesi yang membanggakan dan merupakan karir yang paling menantang sekaligus menguntungkan. Bahkan profesi ini merupakan profesi kehlian yang tidak mungkin digantikan dengan mesin. Di negara maju, peranan penjual menjadi sangat dominan dalam menjaga berputarnya roda industry. Sehingga perusahaan pun tidak segan-segan memberikan penghargaan yang tinggi kepada penjual dengan member hadiah, bonus, komisi, dan sebgainya yang membuat kehidupan mereka menjadi makmur. Oleh karena itu dalam pelayanan penjualan seorang pemasar (marketer) harus mampu memahami dan mengenal konsumennya.
Dalam mengenal konsumen kita perlu mempelajari perilaku konsumen sebagai perwujudan dari seluruh aktivitas jiwa manusia. Sebelum kita menganalisis perilaku konsumen, perlu dipikirkan siapakah konsumen kita? Apa yang menjadi kebutuhan konsumen? Kapan dan Bagaimana mereka membeli? kemudian dalam proses pembelian : Siapakah pencetus inisiatifnya? Siapakah pemberi pengaruhnya? Siapakah pengambil keputusan? Siapakah yang melakukan proses pembelian? Siapakah yang akan memakai produk yang akan dibeli atau sudah dibeli? Menganalisis perilaku konsumen akan lebih mendalam dan berhasil apabila kita dapat memahami aspek-aspek psikologis manusia secara keseluruhan, kekuatan faktor sosial budaya dan prinsip-prinsip ekonomis serta strategi pemasaran. Kemampuan dalam menganalisis perilaku konsumen berarti keberhasilan dalam menyelami jiwa konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian berarti pula keberhasilan pengusaha, ahli pemasaran, pimpinan toko dan pramuniaga dalam memasarkan produk yang akan membawa kepuasan kepada konsumen dan bagi diri pribadinya.
Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen Sebelum melakukan penjulan seorang seller (penjual) harus memahami dulu tentang konsumen. Konsumen itu sangat unik dan beragam. Adapun pengertian konsumen menurut :
a. Philip Kotler (2000) dalam bukunya Prinsiples Of Marketing adalah semua individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi.
b. Menurut UU Perlindungan Konsumen - Menurut pengertian Pasal 1 angka 2 UU PK, "Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan kembali." Pengertian Konsumen Menurut UU Perlindungan Konsumensesungguhnya dapat terbagi dalam tiga bagian, terdiri atas:
1) Konsumen dalam arti umum, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat barang dan/atau jasa untuk tujuan tertentu.
 2) Konsumen antara, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat barang dan/atau jasa untuk diproduksi (produsen) menjadi barang /jasa lain atau untuk memperdagangkannya (distributor), dengan tujuan komersial. Konsumen antara ini sama dengan pelaku usaha; dan
 3) Konsumen akhir, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat barang dan/atau jasa konsumen untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga atau rumah tangganya dan tidak untuk diperdagangkan kembali.
 4) Pengertian Perilaku Konsumen Berdasrkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsumen adalah adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Setelah memahami pengertian konsumen, dalam melakukan layanan penjualan suatu produk kita harus memahami perilaku konsumen. Penting bagi kita untuk mempelajari terlebih dahulu beberapa tipe atau perilaku konsumen yang menentukan perkembangan usaha atau bisnis seseorang. Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Dengan kata lain suatu tindakan yang di dalamnya terdapat aspek-aspek yang berhubungan dengan usaha untuk mendapatkan produk atau jasa guna memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian.
Beberapa pengertian perilaku konsumen menurut para ahli :
1)         Menurut Mowen (2002:6), prilaku konsumen adalah Studi tentang unit pembelian(buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan,barang, jasa, pengalaman serta ide-ide
2)         Menurut Swastha dan Handoko (2000:10), Perilaku konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikansebagaikegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan menentukan kegiatan-kegiatan tertentu.
3)         Menurut James F Engel (1994), prilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.
4)         Menurut Schiffman dan Kanuk (1994), perilaku konsumen adalah proses keputusandan aktivitas fisik individu yang terlibat dalam mengevaluasi, mendapatkan, menggunakan, atau memberikan barang dan jasa yang diperolehnya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tinladakan-tindakan, proses, dan hubungan sosial yang dilakukan individu, kelompok, atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomi yang dapat dipengaruhi lingkungan.
Peranan konsumen sangatlah penting di dalam menentukan perkembangan pasar. Apabila produk dari suatu perusahaan disukai para konsumen, maka dapat dipastikan penjualannyapun akan laris dipasaran. Konsumen tidak hanya rutin melakukan pembelian, tetapi akan berfungsi sebagai pemberi rekomendasi yang positif kepada orang terdekat yang mereka kenal. Jadi jelaslah sukses tidaknya strategi pemasaran dari suatu produk sangat dipengaruhi oleh perilaku konsumen yang dimiliki oleh perusahaan atau produk tersebut.
Tipe Perilaku Konsumen Yang Menentukan Perkembangan Pasar
Untuk mendapatkan respon positif dari setiap konsumen, penting bagi perusahaan atau seorang seller untuk mempelajari terlebih dahulu beberapa tipe atau perilaku konsumen yang menentukan perkembangan pasar bisnis perusahaan anda.

a.         Inovators
Inovators adalah mereka yang ingin mendapatkan produk-produk terkini dan berani membayar harga mahal untuk mendapatkan produk limited edition yang belum beredar masal Sang innovator adalah mereka yang ingin mendapatkan produk-produk terkini dan berani membayar harga mahal untuk mendapatkan produk limited edition yang belum beredar secara massal di pasar. Perusahaan atau seller dapat memanfaatkan tipe konsumen seperti ini untuk memperkenalkan produk baru ke konsumen kelas atas, sebab biasanya sang innovatoingkanr lebih mempertimbangkan kepuasan dan kualitas barang dibandigngkan dengan harga jual dari suatu produk.
b.         Early Adopters
 Early adsebuopter adalah konsumen yang mulai tertarik menggunakan produk tertentu setelah mendapatkan rekomendasi dan melihat manfaat atau keunggulan produk tersaebut. Rekomendasi bisa berdasarkan referensi dari orang terdekat atau yang lebih dikenal dengan istilah strategi pemasaran world of mouth, atau rekomendasi dari iklan media massa seperti internet, televisi, radio, media cetak, dan lain sebagainya.
c.          Early Majority
 Early Maijority adalah konsumen yang mulai tertarik menggunakan produk-produk tertentu yang sedang booming di pasaran agar tidak dianggap ketinggalan zaman. Mereka melihat manfaat produk dari pengalaman konsumen sebelumnya (early adopters), baru kemudian tertarik ikut membeli produk tersebut.
d.         Late Majority
Late majority adalah konsumen yang tertarik menggunakan sebuah produk setelah mayoritas orang menggunakannya. Biasanya perilaku konsumen seperti ini menghendaki harga produk yang lebih murah dan mempertimbangkan manfaat serta fasilitas pendukung lainnya. Mereka mengumpulkan banyak informasi dan mempertimbangkan harga produk, sebelum akhirnya memutuskan untuk melakukan transaksi pembelian.
e.         Laggards
Laggards adalah tipe konsumen yang paling lamban, yaitu mereka yang membeli sebuah produk karena tidak ada alternatif lain dan kisaran harganya juga sangat murah karena produk tersebut sudah mulai ditinggalkan para konsumen. Di saat konsumen lainnya sedang berburu model terbaru yang mulai keluar di pasaran, maka kelompok konsumen laggards lebih tertarik membeli produk lama untuk mendapatkan harga beli yang paling rendah.

Sifat-sifat Dasar yang Harus Dimiliki Seorang Penjual
Penjual yang berhasil dalam penjualan barang dan jasa adalah yang disenangi pembeli dan pelanggan. Sifat-sifat dasar tersebut adalah :
  
a.         Pengetahuan akan diri sendiri
Seorang penjual sebelum mengenal langganan-langgannya harus lebih dahulu mengenalnya dirinya sendiri.

b.         Pengetahuan akan barang dan jasa yang akan dijual
 Seorang penjual harus mengenal barang dan jasa yang dijualnya dilihat dari kepentingan calon pembeli.

c.          Pengetahuan tentang langganan-langganan atau calon pembeli kita, dari golongan apakah, bagaimanakah sifatnya, tabiatnya, dan sebagainya.
Hal yang penting sekali adalah kita harus mengetahui siapakah calon pembeli kita, dari golongan apakah, bagaimanakah sifatnya, dan sebaginya.

d.         Kepribadian penjualan
          Kepribadian penjual yang baik ditunjukan dengan mempunyai rasa percaya diri, kesopanan, kesabaran, kebijaksanaan, kejujuran, suka menolong, semangat, ketepatan atau kedisiplinan, ingatan dan berpikir positif, dapat mencari penyelesaian konflik dengan baik. Selain itu dapat merasakan apa yang dirasakan oleh pembeli dan dapat mengakui kesalahan yang dilakukannya.
Dalam dunia penjualan, terdapat berbagai macam teori yang berkenaan dengan teknikteknik menjual. Teori ini mengajarkan bagaimana mengawali dan mengakhiri proses penjualan dengan sukses. Satu diantaranya adalah taknik AIDAS,yaitu :
a. Attention (perhatian), penjual harus berusaha supaya calon pembeli memperhatikan penawaran yang dilakukan calon penjual.
b. Interes (minat), penjual harus mengubah perhatian calon pembeli menjadi minat yang kuat.
c. Desire (keinginan), meyakinkan  pembeli dengan menjelaskan keuntungan yang akan didapat calon pembeli jika pembeli membeli produk yang ditawarkan serta kerugian jika tidak membeli produk tersebut.
 d. Action (tindakan), meyakinkan kepada pembeli bahwa keputusan untuk membeli produk yang ditawarkan adalah keputusan yang tepat.
 e. Satisfaction (kepuasan), bahwa kualitas produk yang ditawarkan sesuai dengan apa yang dijelaskan.
Peranan dari pelayanan  pelanggan sangatlah penting dan tidak dapat terpisah dari kegiatan atau aktivitas pemasaran penjual.


Sumber : KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 2014

Senin, 30 Oktober 2017

Akuntansi Persediaan

Gambar 1.10 Siklus akuntansi

Akuntansi adalah suatu aktivitas jasa (mengidentifikasikan, mengukur, mengklasifikasikan dan mengikhtisarkan) kejadian atau transaksi ekonomi yang menghasilkan informasi kuantitatif terutama yang bersifat keuangan yang digunakan dalam pengambilan keputusan (Amin. W, 1997).

Menurut Stice,et.al dalam bukunya “Intermediate Akuntansi” yang diterjemahkan oleh Safrida Rumondang dan Ahmad Maulana (2004:687) bahwa:

“Tujuan pokok akuntansi terhadap persediaan adalah:

1.      Penentuan laba rugi periodik (income determination), yaitu melalui proses mempertemukan antara harga pokok barang yang dijual dengan hasil penjualan dalam periode akuntansi yang bersangkutan.

2.      Penentuan jumlah persediaan yang akan disajikan dalam neraca. Dalam hal ini di samping adanya penggolongan persediaan sesuai dengan jenisnya, juga sangat penting artinya masalah penilaian (inventory valuation) terhadap persediaan itu sendiri”.

Konsep penting akuntansi persediaan adalah arus biaya. Jika seluruh persediaan diperoleh atau dibuat pada periode terjualnya, maka harga pokok penjualan akan sama dengan biaya pembelian atau pembuatan barang. Namun jika persediaan tersisa pada akhir periode akuntansi, penting untuk menentukan persediaan mana yang telah terjual dan biaya mana yang tersisa pada neraca.

Bagaimana dengan sistem?. Sistem menurut Mcleod, Jr., R., dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Teguh H. (2001:11), yaitu sekelompok elemen yang terintegrasi untuk mencapai suatu tujuan perusahaan, terdiri dari sejumlah sumber data (manusia, material, mesin, uang, dan informasi) yang ditentukan oleh pemilik atau manajemen.

Sistem akuntansi terdiri dari metode catatan yang diciptakan untuk mengidentifikasi, menghimpun, menganalisis, mengelompokkan, mencatat, dan melaporkan transaksi satuan usaha dan untuk menyelenggarakan pertanggung jawaban aktiva dan kewajiban yang bersangkutan dengan transaksi tersebut(IAI dalam SPAP 2001:319.5)

Sistem akuntansi persediaan terdiri dari beberapa prosedur antara lain:

1.      Prosedur pencatatan produk jadi.

2.      Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang dijual.

3.      Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang diterima kembali dari pembeli.

4.      Prosedur pencatatan tambahan dan penyesuaian kembali harga pokok persediaan produk dalam proses.

5.      Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli.

6.  Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan kepada pernasok.

7.      Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang.

8.      Prosedur pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena pengembalian barang gudang.

9.      Sistem perhitungan fisik persediaan.

Prosedur-prosedur tersebut merupakan unsur penting dan bagian dari sistem persediaan yang digunakan untuk mengendalikan persediaan perusahaan. Terdapat dua prosedur yang cukup penting untuk mengendalikan persediaan bahan baku yaitu prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang serta sistem perhitungan fisik persediaan. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang dibutuhkan perusahaan untuk mengendalikan keluar dan masuknya barang yang disimpan dalam gudang, serta untuk memenuhi permintaan bahan baku bagi suatu order produksi.

Dokurnen sumber yang digunakan pada prosedur ini adalah bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang. Bukti ini dipakai oleh Bagian Gudang untuk mencatat pengurangan persediaan karena pemakaian intern. Bukti ini digunakan oleh Bagian Kartu Persediaan untuk mencatat berkurangnya kuantitas dan harga pokok persediaan karena pemakaian intern.

Konsep penting akuntansi persediaan adalah arus biaya. Jika seluruh persediaan diperoleh atau dibuat pada periode terjualnya, maka harga pokok penjualan akan sama dengan biaya pembelian atau pembuatan barang. Namun jika persediaan tersisa pada akhir periode akuntansi, penting untuk menentukan persediaan mana yang telah terjual dan biaya mana yang tersisa pada neraca.
Menurut Stice,et.al dalam bukunya “Intermediate Akuntansi” yang diterjemahkan oleh Safrida Rumondang dan Ahmad Maulana (2004:687) bahwa:

“Tujuan pokok akuntansi terhadap persediaan adalah:

1.      Penentuan laba rugi periodik (income determination), yaitu melalui proses mempertemukan antara harga pokok barang yang dijual dengan hasil penjualan dalam periode akuntansi yang bersangkutan.

2.      Penentuan jumlah persediaan yang akan disajikan dalam neraca. Dalam hal ini di samping adanya penggolongan persediaan sesuai dengan jenisnya, juga sangat penting artinya masalah penilaian (inventory valuation) terhadap persediaan itu sendiri”.

Menurut Mulyadi (2001:559), "Sistem akuntansi persediaan terdiri dari jaringan prosedur antara lain:

1.      Prosedur pencatatan produk jadi.

2.      Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang dijual.

3.      Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang diterima kembali dari pembeli.

4.      Prosedur pencatatan tambahan dan penyesuaian kembali harga pokok persediaan produk dalam proses.

5.      Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli.

6.  Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan kepada pernasok.

7.      Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang.

8.    Prosedur pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena pengembalian barang gudang.
9.      Sistem perhitungan fisik persediaan.

SOP Pengelolaan Administrasi Gudang

Standard Operating  Prosedure (SOP) Pergudangan

Operasional Warehouse/Gudang sehari-hari diharapkan mengacu kepada satu Standard Operating Prosedure (SOP) Pergudangan yang jelas dan feasible untuk dilakukan oleh karyawan di gudang. Terkadang dalam  penyusunan Standard Operating Prosedure (SOP) Pergudangan departemen Quality manajemen / Assurance menjadi inisiator.  Hal itu dikarenakan keberadaan SOP pada satu bagian adalah indokator sistem manajemen yang baik.

Tetapi jika perusahaan anda saat ini belum  memiliki Departemen Quality Management/ Assurance dan saat ini Warehouse /gudang belum memiliki SOP yang jelas sehingga berjalan sesuai “kebiasaan” karyawan atau sebaliknya SOP ada namun tidak cukup jelas dan mudah untuk dipraktikkan dalam operasional gudang, kira-kira apa yang akan terjadi? Hal seperti itu sering terjadi dan dampak ketidak jelasan SOP tersebut adalah  : 
1.   Kebocoran aset perusahaan yang ada di gudang dalam berbagai macam jenis penyimpanan karena tidak adanya panduan SOP yang jelas.
2.   Budaya kerja ‘semau atasan’ atau ‘turun temurun’ dimana hal ini mengakibatkan demotivasi bagi karyawan di bawah yang tentu menghendaki adanya satu standarisasi kerja.
3.   Kualitas pekerjaan yang tidak standard. Berbeda orang yang mengerjakan akan berbeda perlakuannya, sehingga kualitas kerja tergantung kepada ‘orang’ dan bukan kepada sistem.
Untuk menghindari ketiga hal di atas tentu dibutuhkan adanya satu dokumen SOP sebagai panduan kerja standard bagi seluruh karyawan yang bekerja di Warehouse. 
Untuk itu pada buku ini diuaraikan salah satu contoh SOP pergudangan secara detail untuk kebutuhan terutama bagi industri skala kecil menengah melalui adanya sebuah Standard Operating Prosedure (SOP) Pergudangan.

        Contoh SOP Pergudangan untuk operasional penerimaan barang di gudang.



Catatan :
a.   Pada halaman 1 SOP adalah lembaran documen history yang menjelaskan history SOP mulai saat pertama kali dibuat, revisi 1, revisi 2 dan seterusnya, termasuk perubahan yang setiap bagian. Halaman 1 SOP ini juga memuat lembar pengesahan SOP.
 Pada bagian atas (header) SOP memuat beberapa hal berikut : Logo perusahaan di kiri atas,         judul SOP, efektif berlaku nya SOP, keterangan dokumen. Bagian atas SOP merupakan bagian yang sama untuk halaman selanjutnya, hanya berubah di penunjuk saja.


Catatan   : 
Pada halaman 2 dari SOP memuat informasi : Tujuan SOP dibuat Ruang Lingkup SOP, penanggung jawab SOP, Definisi dan singkatan dari istilah-istilah yang ada dalam SOP. Bagian ini diperlukan untuk mengetahui keterangan-keterangan SOP yang tidak dapat di paparkan dalam diagram visual (pada halaman selanjutnya).

Bagian ini dapat dikatakan merupakan bagian yang paling penting karena membuat seluruh informasi alur proses dari aktifitas sesuai judul pada SOP (dalam hal ini penerimaan barang).
Terbagi atas 3 kolom  ; Aktifitas dokumen / catatan Mutu dan keterangan. Bagian Aktifitas menunjukan proses tahapan demi tahapan pada aktifitas penerimaan. Dokumen / Catatan Mutu memberikan informasi dokumen-dokumen apa saja yang terlihat dalam seyiap tahapan. Bagian keterangan menunjukan detail catatan dan definisi-definisi pada setiap jahapan proses.
Secara umum beberapa hal di atas mendeskripsikan isi Standar Operating Prosedure (SOP) Pergudangan pada aktifitas penerimaan barang, tentu setelah proses-proses ini masih terdapat aktifitas operasional lain di gudang, seperti Put Away, Packing, Checking, Loading, Return, Stock Opname dan sebagainya.

Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab atas barang-barang dalam gudang, maka kepala gudang harus membuat mengadakan pembukuan barangbarang di dalam gudangnya.

Kepala gudang harus membuat sistem pembukuan sedemikian rupa sehingga dapat diketahui bahwa catatan barang-barang cocok dengan barang-barang secara fisik. Kecocokan ini menyangkut baik jenisnya, jumlahnya, nilainya, tempatnya di gudang, kapan diterimanya dan lain-lain yang dianggap perlu.

Untuk keperluan tersebut, maka kepala gudang harus membuat kartu gudang untuk setiap macam barang yang memuat tentang penambahan barang, pengurangan dan persediaan /saldo barang dalam gudang. Kartu gudang yang diletakkan pada tumpukan barang yang bersangkutan, dinamakan pula kartu gudang (label).

Disamping kartu gudang, maka kepala gudang harus membuat pula buku atau kartu stock barang untuk setiap jenis /ukuran barang. Kartu ini disimpan dalam kotak kartu, dengan susunan secara alfabetis. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bendaharawan  barang/ kepala gudang/ pengurus barang dan unit-unit menyelenggarakan barang/kepala gudang / pengurus barang dan unit-unit harus menyelenggarakan administrasi pergudangan yang baik, yaitu : 
a.   Menyelenggarakan tata buku pergudangan yang jelas dan mudah diperiksa
b.   Membukukan mutasi barang setiap terjadi mutasi
c.   Menyelenggarakan pembukuan dan administrasi barang dalam buku-buku dan/ atau kartu barang misalnya : 
1. Buku penerimaan 
Gudang buku ini memuat semua keterangan-keterangan tentang buktibukti atau dokumen-dokumen penerimaan barang 
2. Buku Pengeluaran Gudang 
Buku ini memuat semua keterangan tentang bukti-bukti penyerahan atau penerimaan barang
3.    Buku Kekayaan Gudang
Buku ini memuat dan menunjukkan setiap saat dan jumlah nilai dalam uang dari semua barang yang di simpan di gudang 
4. Kartu Persediaan Barang 
Kartu ini memuat semua keterangan yang meliputi penambahan, pengurangan, persediaan dan harga dari suatu jenis barang (bahkan dari setiap ukuran dari jenis barang) tertentu.

Ini berarti bahwa setiap jenis, bahkan setiap ukuran tipe dari suatu jenis barang harus dibuatkan kartu sendiri. Kartu-kartu yang begitu banyak jumlahnya itu, harus disimpan dalam kotak peti khusus untuk itu, dengan susunan secara alfabetis.

Dasar dalam melakukan administrasi gudang pada perusahaan ritel adalah :
Barang,PO dan Faktur.
a.   Barang yang dikirim suplier diterima oleh bagian Receiving atau Ekspedisi kemudian di cek silang berdasarkan PO
b.   PO (Purchase Order) dikeluarkan oleh Divisi Pembelian (Divisi Buyer) di periksa (chek list) pada bagian tanggal permintaan barang kuantitas atau jumlah barang per unit, dan keadaan fisik barang.
Apabila kondisi tersebut sesuai dengan permintaan kemudian PO di tandatangani oleh supplier, petugas receiving dan bagian pembelian sebagai bukti persetujuan. Dokumen-dokumen tersebut terdiri dari tiga rangkap, 1 lembar kebagian EDP (Entry Data Procesing), 1 lembar ke bagian keuangan, dan 1 lembar lagi ke bagian gudang

Barang dari bagian Receiving di distribusikan sesuai dengan sifat/ kondisi barang. Barang-barang dalam jumlah banyak, sudah di dapat, barang-barang program, langsung dikirim ke bagian gudang, akan tetapi barang-barang Fast Moving di distribusikan langsung ke area toko.

Tiap-tiap counter setiap hari mendata barang-barang yang dijual, apabila barang sudah habis atau berkurang seorang pramuniaga bisa melakukan permintaan barang ke gudang. Pencatatan persediaan barang di gudang bisa dilakukan dengan cara manual dan komputerisasi.
 
Sumber : Direktorat Pembinaan SMK 2014




Administrasi Gudang


Gudang pada gambar diatas menunjukkan posisinya di dalam sistem produksi yang mempunyai peranan sangat penting bagi operasi dan kelangsungan sistem produksi. Peranan gudang sendiri bukan hanya dalam aliran sistem internal produksi melainkan juga aliran sistem eksternal pada proses distribusi ke konsumen. Oleh karena itu, sistem manajemen gudang perlu diterapkan secara konsisten pada setiap bisnis yang memiliki bagian pergudangan.

Bagaimana sistem manajemen pergudangan yang baik dan aplikatif sesuai kebutuhan bisnis? Sistem manajemen gudang sendiri secara umum memiliki aturan dasar yang sama, yaitu sebagai sistem yang menjamin akurasi, kesesuaian dan kualitas penyimpanan sehingga tidak terjadi penurunan kualitas produk dan jasa bisnis yang bersangkutan.

Karena kompleksnya karakter barang atau material yang akan disimpan di gudang maka tiap tipe gudang perlu memperhatikan sistem penanganan yang spesifik. Material yang mempunyai bentuk padat perlu disimpan dan ditangani oleh tipe gudang yang sesuai, begitu pula dengan material yang bersifat cair ataupun material yang berbentuk bubuk dan gas perlu disimpan dan ditangani oleh tipe gudang yang sesuai.
Untuk menghasilkan produk yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan konsumen, maka dibutuhkan bahan baku yang sesuai dan berkualitas. Pada dasarnya penyimpanan tidak dapat meningkatkan kualitas produk yang disimpan, melainkan hanya bisa menjaga atau menekan penurunan kualitas produknya. Ilustrasinya adalah sistem produksi sebagai kokinya, sedangkan gudang adalah penyedia bahan masakannya artinya sang koki tidak akan bisa memasak makanan yang enak jika bahan masakannya sendiri tidak sesuai dan berkualitas. Pekerjaan mempunyai keterkaitan dan kedekatan dengan pekerjaan perkantoran. Sebab contoh gudang harus memberi laporan berkala data stok, baik dalam komputer maupun data fisik yang keduanya harus sinkron agar jelas dan akurat. Laporan yang dibuat harus dapat menunjukkan angka-angka dengan cepat dan jelas serta serta harus sesuai dengan yang diharapkan. Perbedaan yang jelas antara produksi dan gudang adalah jika pabrik menangani barang (produk) dan mesin sedangkan gudang menangani fisik produk atau material dan informasi (jasa). Dalam pengelolaan gudang pekerjaan harus dilakukan untuk menyempurnakan efisiensi dan untuk mengamankan pekerjaan, sehingga setiap orang dapat melakukan dan memahami apa yang dilakukan.

Manajemen pergudangan merupakan kombinasi antara ilmu dan seni untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengaturan sumber daya pergudangan yang meliputi (tenaga kerja, material, peralatan kerja, waktu kerja, metode yang digunakan dan modal) untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan cara yang efektif dan efisien. Tujuan dari manajemen pergudangan adalah untuk meminimalkan total biaya produksi dan memaksimalkan produksi. Kedua tujuan ini saling bertentangan satu dengan lainnya. Untuk meminimalkan total biaya produksi maka sebaiknya gudang ditiadakan karena sebenarnya gudang tidak membawa manfaat ekonomis dalam hal peningkatan kualitas barang yang disimpan, bahkan dapat menimbulkan kerugian dan penambahan ongkos operasional perusahaan. Disisi lain untuk memaksimalkan produktivitas atau untuk menjamin kelangsungan produksi maupun distribusi barang mutlak dibutuhkan gudang karena material dan sparepart mesin harus tersedia untuk menjamin produksi dapat berjalan dengan lancar. Kekurangan material atau kehabisan sparepart mesin akan berdampak pada macetnya proses produksi yang berakibat pada kerugian perusahaan. Untuk itu perlu dicari solusi yang terbaik (optimal) berkaitan dengan persediaan yang disimpan di gudang.

Kegiatan dalam manajemen pergudangan meliputi beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1)      Pemilihan lokasi, penempatan bahan baku, suku cadang atau sparepart, barang setengah jadi dan barang jadi. 
2)      Penggunaan fasilitas yang tersedia. 
3)   Penyiapan transportasi serta peralatan penanganan material-material yang ada di dalamnya. 
4)     Penanganan masalah pencatatan, pembukuan dan administrasi serta inventaris barang yang dikelola perusahaan. 
5)  Pelaksanaan komunkasi yang persuasif sebagai penyampaian ide, konsep, gagasan, informasi dari individu satu atau bagian-bagian lain dalam perusahaan. 
6)      Kegiatan pengurusan sebagai kegiatan untuk mengelola bahan baku, suku cadang, barang setengah jadi dan barang jadi yang disesuaikan dengan jenis dan spesifikasinya. Jenis dan spesifikasi barang yang berbeda akan memerlukan penanganan yang berbeda pula. 
7)      Kegiatan penyimpanan sebagai kegiatan untuk menahan bahan baku, suku cadang, barang setengah jadi dan barang jadi sampai pada batas waktu tertentu tanpa mengurangi kualitas barang yang bersangkutan. 

Kegiatan yang ada pada sistem pergudangan merupakan perpaduan dan sistem manajemen distribusi fisik, manajemen material dan pemindahan material dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini menyangkut masalah segala aspek gerakan fisik dari dan ke lokasi serta fasilitas yang merupakan struktur operasi dan organisasi perusahaan yang bersangkutan.


Sumber : Direktorat Pembinaan SMK 2014