Pengertian Model-model Perilaku
Konsumen David L, Loudon dan Albert J. Della Bitta (1984: 29) mengemukakan
tentang model perilaku konsumen yaitu suatu model dapat didefenisikan sebagai
suatu wakil realitas yang disederhanakan.
Gerald Zaltman dan Melanie
Wallendrof mengatakan bahwa model perilaku konsumen adalah suatu model adalah
sesuatu yang mewakili sesuatu dalam hal ini adalah suatu proses.
Berdasarkan pendapat para ahli di
atas, model perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai suatu skema atau
kerangka kerja yang disederhanakan untuk menggambarkan aktivitas-aktivitas
konsumen.
Model perilaku konsumen dapat
pula diartikan sebagai kerangka kerja atau sesuatu yang mewakili apa yang
diyakinkan konsumen dalam mengambil keputusan membeli.
2. Tujuan dan Fungsi Model Perilaku Konsumen
Ada dua tujuan utama dari suatu
model, yaitu pertama sangat bermanfaat untuk mengembangkan teori dalam
penelitian perilaku konsumen. Kedua untuk mempermudah dalam mempelajari apa yang
telah diketahui mengenai perilaku konsumen. Sedangkan fungsi model perilaku
konsumen adalah sebagai berikut :
a. Deskriptif, yaitu fungsi yang
berhubungan dengan pendalaman mengenai langkahlangkah yang diambil konsumen
dalam memusatkan suatu penelitian membeli.
b. Prediksi, yaitu meramalkan
kejadian-kejadian dari aktivitas konsumen pada waktu yang akan datang. Misalnya
meramalkan merek produk yang paling mudah diingat oleh konsumen.
c. Explanation, yaitu mempelajari
sebab-sebab dari beberapa aktivitas pembelian, seperti mempelajari mengapa
konsumen sering membeli barang dagangan dengan merek yang sama. Apakah itu
merupakan kebiasaan ataukah karena mereka menyukai barang tersebut ?
d. Pengendalian, yaitu
mempengaruhi dan mengendalikan aktivitas-aktivitas konsumen pada masa yang akan
datang.
3. Kriteria Untuk Evaluasi Model Perilaku Konsumen
Gerald Zaltman dan Melanie
Wallendorf (1979:518-519) mengemukakan sepuluh kriteria untuk mengevaluasi
model perilaku konsumen, yaitu :
a. Mampu menerangkan maupun meramalkan.
b. Umum, menyeluruh, atau keluasan.
c. Mempunyai kekuatan yang besar untuk
menyelidiki.
d. Mempunyai kekuatan yang besar untuk
mempersatukan.
e. Ketetapan secara internal.
f. Keaslian.
g. Dapat dipercaya, mempunyai kesahihan.
h. Sederhana.
i. Didukung oleh fakta-fakta.
j. Dapat diuji, dapat diperiksa
benar tidaknya
4. Macam-macam Model Perilaku Konsumen
a. Model Henry Assael, yang
memfokuskan pada perilaku pembuatan keputusan pembelian konsumen berdasarkan
pengaruh-pengaruh individu, lingkungan dan stimuli pemasaran.Dalam penelitian
ini, akan coba digali tentang model perilaku konsumen Henry Assael, yang
berkaitan dengan pengambilan keputusan yang didasarkan pada aspek-aspek
individu konsumen, aspek lingkungan dan stimulus pemasaran, terhadap laptop
yang dibeli oleh konsumen.
b. Model Kotler (Terjemahan,
2001:195), perilaku membeli konsumen atau consumer buyying behaviour merujuk
pada perilaku membeli yang dilakukan oleh konsumen akhir atau individu dan
rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi secara pribadi.Kotler
(Terjemahan, 2001: 219) menyatakan bahwa terdapat beberapa tipe perilaku
membeli berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan merek,
yaitu :
1) Perilaku Membeli yang Kompleks
Merupakan model perilaku
pembelian yang mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut: terdapat keterlibatan
mendalam oleh konsumen dalam memilih produk yang akan dibeli dan adanya
perbedaan pandangan yang signifikan
terhadap merek yang satu dengan merek yang lain konsumen menerapkan perilaku
“membeli yang kompleks” ketika mereka benar-benar terlibat dalam pembelian dan
mempunyai pandangan yang berbeda antara merek yang satu dengan yang lain.
Keterlibatan konsumen mencerminkan bahwa produk yang akan dibelinya merupakan
produk yang mahal, beresiko, jarang dibeli, dan sangat menonjolkan ekspresi
diri konsumen yang bersangkutan. Dalam hal ini, konsumen harus banyak belajar
mengenai kategori produk tersebut. Misalnya: sesorang konsumen yang akan
membeli sebuah handphone, dalam hal ini mereka akan menyediakan waktu untuk
mempelajari hal-hal yang terkait dengan produk yang akan dibelinya,
membandingkan spesifikasi dan kelebihan-kelebihan antara merek yang satu dengan
yang lain.
2) Perilaku Membeli yang
Mengurangi Ketidakcocokan
Merupakan model perilaku
pembelian dalam situasi bercirikan keterlibatan konsumen yang tinggi tetapi
sedikit perbedaan yang dirasakan diantara merek-merek yang ada. Perilaku
membeli yang mengurangi ketidakcocokan terjadi ketika konsumen sangat terlibat
dengan pembelian yang mahal, jarang, atau beresiko, tetapi hanya melihat
sedikit perbedaan diantara merek-merek yang ada. Contohnya, pembeli yang akan
membeli karpet mungkin menghadapi keputusan dengan katerlibatan tinggi karena
harga karpet mahal dan karpet mencerminkan ekspresi diri seorang konsumen.
Namun pembeli mungkin mempertimbangkan hampir semua merek karpet yang berada
pada rentang harga tertentu sama saja. Dalam kasus ini, karena perbedaan merek
dianggap tidak besar, pembeli mungkin berkeliling melihatlihat karpet yang
tersedia, tetapi akan dengan cepat membeli. Mereka mungkin terutama merespon
harga yang baik atau kenyamanan berbelanja. Setelah pembelian, konsumen mungkin
mengalami ketidakcocokan pasca pembelian atau merasa tidak nyaman setelah
membeli, ketika mereka menemukan kelemahankelemahan tertentu dari merek karpet
yang mereka beli atau pun kerena mendengar hal-hal bagus mengenai merek karpet
yang tidak dibeli. Untuk melawan ketidakcocokan ini, komunikasi purna jual
orang pemasaran harus memberikan buktibukti dan dukungan yang dapat membantu
kosumen menyenangi pilihan merek mereka.
3) Perilaku Membeli karena
Kebiasaan
Merupakan model perilaku
pembelian dalam situasi yang bercirikan keterlibatan konsumen yang rendah dan
sedikit perbedaan yang dirasakan diantara merek-merek yang ada. Perilaku
membeli karena kebiasaan terjadi dalam kondisi keterlibatan konsumen yang
rendah dan kecilnya perbedaan antara merek. Contohnya, dalam pembelian bumbu
dapur garam. Konsumen akan sedikit sekali terlibat dalam kategori produk
tersebut pada saat melakukan keputusan pembelian, pada umumnya mereka mengambil
begitu saja tanpa memperhatikan merek apa yang diambil. Jika pada kenyataannya
mereka masih mengkonsumsi barang yang sama, hal ini lebih merupakan kebiasaan
dari pada loyalitas konsumen terhadap suatu merek tertentu.
4) Perilaku Membeli yang Mencari
Variasi
Merupakan model perilaku
pembelian dalam situasi yang bercirikan rendahnya keterlibatan konsumen tetapi
perbedaan diantara merek dianggap besar. Pelanggan menerapkan perilaku membeli
yang mencari variasi dalam situasi yang bercirikan rendahnya keterlibatan
konsumen namun perbedaan merek dianggap cukup berarti. Dalam kasus semacam ini
konsumen seringkali mengganti merek. Contohnya, ketika seorang konsumen akan
membeli sepotong roti. Seorang konsumen mungkin mempunyai beberapa keyakinan
memilih merek roti tanpa banyak evaluasi, lalu mengevaluasi merek roti tersebut
setelah mengkonsumsinya. Tetapi untuk waktu pembelian berikutnya konsumen
mungkin akan mengambil merek lain, dengan beberapa alasan: agar tidak bosan,
atau sekedar ingin mencoba sesuatu yang berbeda. Dalam hal ini pengantian merek
terjadi untuk tujuan mendapatkan variasi bukan untuk mendapatkan kepuasan.
c. Model Howard-Sheth Model ini
berisi empat elemen pokok, yaitu:
1) Input (ransangan/stimuli)
Merupakan dorongan (stimuli) yg
ada dalam lingkungan konsumen terdiri
dari dorongan komersial dari pemasar dan dorongan sosial. Dorongan komersial
adalah dororngan signifikaatif yang berupa merek dan stimuli simbolik yang
berhubungan dengan kegiatan periklanan perusahaan. Dorongan sosial adalah
komunikasi dari mulut kemulut yang terjadi dalam keluarga, kelas sosial, dan
kelompok referensi, yang merupakan input yang sangat efektif untuk sebuah
keputusan pembelian
.
2) Susunan hipotesis
(hypothetical construk)
Susuanan hipotesis adalah proses intern konsumen yg
menggambarkan proses hubungan antara input dan output pembelian. Susunan
hipotesis ini berdasarkan sejumlah teori belajar dan teori kesadaran. Susuan
hipotesis terdiri dari dua bagaian:
·
susunan pengamatan (perceptual contruct) terdiri
dari perhatian yg dipengaruhi oleh ketidakpastian yang mendorong (stimulus
ambiquity) dan sikap.
·
Susunan balajar (learning construct) yg terdiri
dari motif, pemahaman, merek, kriteria pemilihan, maksud atau tujuan untuk
membeli keyakinan dan kepuasan.
3) Output (respon variables)
Model Howard-Sheth menghasilkan
output yang berupa keputusan untuk membeli. Tujuannya adalah kecenderungan
konsumen untuk membeli merek yang paling disukai. Sikap merupakan penilai
konsumen tentang kemampuan merek memuaskan kebutuhan. Pemahaman merek adalah
sejumlah informasi yang dimiliki konsumen tertentu suatu produk tertentu. Perhatian adalah tanggapan terhadap
informasi yg masuk. Apa yang dikemukanakan oleh Howard-Sheth hampir serupa
dengan dengan model AIDA (attention, interest, desire, dan action) dalam
layanan.
4) Variable-variabel exsogen
(exogenous variables)
Variabel-variabel eksogen turut
mempengaruhi perilaku konsumen meskipun pengaruhnya tidak begitu besar.
Variabel-variabel eksodgen dalam model ini adalah :
(a) Pentingnya pembelian.
(b) Sifat kepribadian status
keuangan batas waktu (mendesak tidaknya).
(c) Faktor sosial dan organisasi.
(d) Kelas sosial.
(e) Kebudayaan.
0 komentar:
Posting Komentar