Pada saat
berbicara mengenai kualitas pelayanan, maka salah satu konsep yang harus
dipahami bersama adalah : apakah yang dimaksud dengan pelayanan atau jasa ?
serta bagaimana kaitannya antara pelayanan itu sendiri dengan pemasaran. Dalam
pemasaran, produk mempunyai arti yang luas, yaitu suatu kesatuan yang
ditawarkan pada pasar baik yang berwujud maupun tidak berwujud.Produk yang
berwujud biasa disebut barang (goods) dan produk yang tidak berwujud biasa
disebut jasa (service). Seperti yang diungkapkan oleh Kotler dan Armstrong
(1993:494) jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan kepada
pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan
kepemilikan sesuatu. Proses produksinya mungkin juga tidak dikaitkan dengan
suatu produk fisik.
Sementara itu
Robert D. Reid (1989:29) memberikan penjelasan mengenai jasa adalah sesuatau
yang tidak berwujud, tidak seperti produk yang berwujud Jasa bukan barang
fisik, tetapi sesuatu yang menghadirkan kegiatan atau perbuatan.Kehadirannya
ini umumnya dilakukan atas dasar personal sering berhadap-hadapan langsung
antara individu.Christian Gonroos (1990:27) mencoba memadukan pengertian jasa
sebagai aktivitas dari suatu hakikat yang tidak berwujud yang berinteraksi
antara konsumen dan pemberi jasa dan/sumber daya fisik atau barang dan/ system
yang memberikan jasa, yang memberikan solusi bagi masalah-masalah konsumen.
Kualitas
layanan merupakan suatu bentuk penilaian konsumen terhadap tingkat layanan yang
diterima (perceived service) dengan tingkat pelayanan yang diharapkan (expected
service). Definisi kualitas jasa pelayanan berfokus pada upaya pemenuhan
kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk
mengimbangi harapan pelanggan. Kepuasan pemakai mengungkapkan keselarasan antara
harapan seseorang dan hasil yang diperoleh, yang didalamnya pemakai turut
berpartisipasi.
Kualitas
pelayanan menjadi suatu keharusan yang harus dilakukan perusahaan agar dapat
mampu bertahan dan tetap mendapat kepercayaan pelanggan. Pola konsumsi dan gaya
hidup pelanggan menuntut perusahaan mampu memberikan pelayanan yang
berkualitas. Menurut Berry dan Zenthaml yang dalam Lupiyoadi (2006: 181)
berpendapat bahwa “Keberhasilan perusahaan dalam memberikan pelayanan yang
berkualitas dapat ditentukan dengan pendekatan service quality yang telah
dikembangkan oleh Parasuraman”.
Pelayanan
menurut Lovelockdidefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang menciptakan dan
memberikan manfaat bagi pelanggan pada waktu dan tempat tertentu, sebagai hasil
dan tindakan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam diri atau atas nama
penerima jasa tersebut.
Sedangkan
pengertian pelayanan menurut Kotleryaitu setiap tindakan atau kegiatan yang
dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain pada dasarnya tidak berwujud
dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Jadi
pelayanan dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kinerja yang menciptakan
manfaat bagi pelanggan dengan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam diri
atau atas nama penerima. Sehingga pelayanan itu sendiri memiliki nilai
tersendiri bagi pelanggan dalam hubungannya dengan menciptakan nilai-nilai
pelanggan.
Christian Gronroos mengemukakan
bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan, yaitu :
a. Menjaga dan memperhatikan ,
bahwa pelanggan akan merasakan karyawan dan sistem opersional yang ada dapat
menyelesaikan problem mereka.
b. Spontanitas, dimana karyawan
menunjukkan keinginan untuk menyelesaikan masalah pelanggan.
c. Penyelesaian masalah, karyawan
yang berhubungan langsung dengan pelanggan harus memiliki kemampuan untuk
menjalankan tugas berdasarkan standar yang ada, termasuk pelatihan yang
diberikan untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik.
d. Perbaikan, apabila terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan harus mempunyai personel yang dapat menyiapkan
usah-usaha khusus untuk mengatasi kondisi tersebut.
Sepuluh faktor utama yang
menentukan kualitas kepuasan pelanggan (jasa) yang di kembangkan pertama kali
pada tahun 1985 oleh Zeithaml, Berry dan Parasuraman meliputi 10 dimensi, yaitu
:
a. Tangibles yaitu keberadaan
fisik pemberi pelayanan, meliputi tempat parkir, fasilitas gedung, tata letak
dan tampilan barang, kenyamanan fasilitas fisik, peralatan dan perlengkapan
modern.
b. Reliability yaitumencakup 2
hal pokok,yaitu konsistensi kerja (performance) dan kemampuan untuk dipercaya
(dependability).Hal ini berarti perusahaan memberikan pelayanan (jasa) nya
secara tepat sejak saat pertama (right in the firts time).Selain itu juga
berarti bahwa perusahaan yang bersangkutan memenuhi janjinya.
c. Responsiveness yaitu pelayanan
yang baik harus disertai dengan tingkat keikutsertaan /keterlibatan dan daya
adaptasi yang tinggi, yaitu membantu dengan segera memecahkan masalah.
d. Competenceyaitu pelayanan yang
baik harus di dasarkan kepada kecakapan/keterampilan yang tinggi.
e. Access yaitumeliputi
memberikan/menyediakan keinginan pelanggan dan pelayanan yang mudah dihubungi.
f. Courtesy yaituxpelayanan yang
baik harus disertai dengan sikap keramahan, kesopanan kepada pihak yang dilayani.
g. Communication yaitu pelayanan
yang baik harus didasarkan kepada kemampuan berkomunikasi yang baik dengan
pihak yang di layani.
h. Credibility yaitu pelayanan
yang baik harus dapat memberikan rasa kepercayaan yang tinggi kepada pihak yang
di layani.
i. Security yaitu pelayanan yang
baik harus memberikan rasa aman kepada pihak yang di layani dan membebaskan
dari segala resiko atau keragu-raguan pelanggan.
j. Understanding The Customer
yaitu pelayanan yang baik harus didasarkan kepada kemampuan menanggapi atau
rasa pengertian kepada keinginan pihak yang dilayani.
Penilaian konsumen terhadap
kualitas jasa ada 4, yaitu:
a. Moment of Truth (Kebenaran)
b. Persepsi konsumen (pandangan,
tanggapan, penerimaan konsumen)
c. ExperienceQuality (Kualitas
Pengalaman)
d. CredenceQuality (Kualitas
Kepercayaan
0 komentar:
Posting Komentar