Pengertian Budaya Politik
Budaya Politik adalah satu komponen dalam sistem politik, dan komponen
tersebut adalah sistem poltik lainnya yaitu struktur politik.
Budaya Poltik dapat dipandang sebagai landasan sistem politik, yang memberi jiwa atau warna pada sistem politik, atau yang memberi arah pada peran-peran politik yang dilakukan oleh struktur politik.
Budaya Poltik dapat dipandang sebagai landasan sistem politik, yang memberi jiwa atau warna pada sistem politik, atau yang memberi arah pada peran-peran politik yang dilakukan oleh struktur politik.
Tipe-tipe Budaya Politik
Berdasarkan nilai, sikap, informasi, dan kecakapan politik yang dimiliki,
orientasi warga negara terhadap kehidupan politik dan pemerintahan negaranya
(budaya politiknya) dapat digolongkan ke dalam 3 (tiga) tipe, yaitu diuraikan
sebagai berikut :
Menurut Almond & Verba, tipe budaya politik dibagi menjadi 3
jenis, yaitu
1.
Budaya politik parokial
•
Umumnya
terdapat pada masyarakat suku afrika atau masyarakat pedalaman di indonesia
•
Tidak
ada peran-peran politik yang bersifat khusus
•
Bagi
anggota masyarakat, peran-peran yang dipancarkan oleh pemimpinnya ini tidak
dapat dipisahkan
•
Frekuensi
orientasi terhadap empat dimensi penentu budaya politik mendekati nol
(tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap keempat dimensi tersebut)
2.
Budaya
politik subjek
•
Adanya frekuensi orientasi yang tinggi terhadap
pengetahuan sistem politik secara umum dan objek output (terhadap pemahaman
mengenai penguatan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah)
•
Sudah ada pengetahuan yang memadai tentang
sistem politik secara umum serta proses penguatan kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah
3.
BUDAYA POLITIK PARTISIPAN
•
bentuk
budaya politik yang anggota masyarakatnya sudah memiliki pemahaman yang
baik mengenai empat dimensi penentu budaya politik
•
memiliki
pengetahuan yang memadai mengenai sistem politik secara umum
•
masyarakat
cenderung diarahkan pada peran pribadi yang aktif
Sementara itu, Machtar Masoed dan Colid MacAndrews pada tahun 1986:42
menyebutkan adanya tiga model kebudayaan politik berdasarkan proporsi ketiga
tipe budaya politik sebagaimana disebutkan Almond dan Sidney Verba.
Dibawah ini adalah 3 (tiga) model
mengenai budaya poltik, yaitu adalah sebagai berikut :
•
Masyarakat demokratis industrial, yaitu dalam
sistem ini jumlah partisipan mencapai 40-60% dari penduduk dewasa. Mereka
sendiri atas para aktifitas politik dan para peminat politik yang kritis
mendiskusikan masalah-masalah masyarakat dan pemerintahan. Selain itu, mereka
adalah kelompok-kelompok pendesak yang mengusulkan kebijakan-kebijakan baru
unutk melindungi kepentingan khusus mereka. Sementara itu, jumlah yang
berbudaya politik subjek kurang lebih dari 60%, sedangkan parokial kira-kira
antara 10%.
•
Masyarakat
dengan sistem Politik otoriter, yaitu didalam sistem ini sebagian besar rakyat
hanya menjadi subjek yang pasif. Mereka mengakui pemerintah dan tunduk pada
hukumnya, akan tetapi tidak melibatkan diri dalam urusan pemerintahan. Sebagian
keicl rakyat dan lainnya berbudaya politik partisipan dan parokial. Kelompok
partisipan berasal dari mahasiswa dan kaum intelektual, pengusaha, dan tuan
tanah. Mereka menentang dan bahkan memprotes sistem politik yang ada. Sedangkan
kaum parokial yang sedikit sekali kontaknya terhadap sistem politik terdiri
dari para petani dan buruh tani yang hidup dan bekerja di
perkebunan-perkebunan.
•
Sistem demokratis pra-industrial, yaitu sebagian
besar warga negaranya menganut budaya politik parokial. Mereka hidup di
pedesaan dan buta huruf. Pengetahuan dan keterlibatannya mereka dalam kehidupan
politik sangat kecil. Sementara, kelompok partisipan sangat sedikit jumlahnya,
biasanya berasal dari professional terpelajar, usahawan, dan tuan tanah.
Demikian pula proporsi jumlah pendukung budaya politik sibjek juga relatif
kecil.
Budaya politik yang berkembang
di indonesia
•
Gambaran
sementara tentang budaya politik Indonesia, yang tentunya haruus di telaah dan
di buktikan lebih lanjut, adalah pengamatan tentang variabel sebagai
berikut :
•
a)
Konfigurasi subkultur di Indonesia masih aneka ragam, walaupun tidak sekompleks
yang dihadapi oleh India misalnya, yang menghadapi masalah perbedaan bahasa,
agama, kelas, kasta yang semuanya relatif masih rawan/rentan.
•
b)
Budaya politik Indonesia yang bersifat Parokial-kaula di satu pihak dan budaya
politik partisipan di lain pihak, di satu segi masa masih ketinggalan dalam
mempergunakan hak dan dalam memikul tanggung jawab politiknya yang mungkin di
sebabkan oleh isolasi dari kebudayaan luar, pengaruh penjajahan, feodalisme,
bapakisme, dan ikatan primordial.
•
c)
Sikap ikatan primordial yang masih kuat berakar, yang di kenal melalui
indikatornya berupa sentimen kedaerahan, kesukaan, keagamaan, perbedaan
pendekatan terhadap keagamaan tertentu; purutanisme dan non puritanisme dan
lain-lain.
•
d) kecendrungan budaya
politik Indonesia yang masih mengukuhi sikap paternalisme dan sifat
patrimonial; sebagai indikatornya dapat di sebutkan antara lain bapakisme,
sikap asal bapak senang.
•
e)
Dilema interaksi tentang introduksi modernisasi (dengan segala konsekuensinya)
dengan pola-pola yang telah lama berakar sebagai tradisi dalam masyarakat
0 komentar:
Posting Komentar