Senin, 13 November 2017

Strategi Pertumbuhan


Untuk mengembangkan perusahaan supaya berhasil tergantung pada bagaimana menjalankan bisnis sesuai dengan aturan dan memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi. Bisnis tidak akan sukses kecuali jika memenuhi berbagai perubahan yang terjadi dalam menjalankan bisnis. Untuk itu diperlukan kemampuan-kemampuan manajemen yang baik dalam mengelola sebuah bisnis.

Seiring globalisasi dan persaingan bebes menuntut setiap perusahaan untuk selalu mengembangkan strateginya agar dapat bertahan hidup, berkembang dan berdaya saing.  Untuk itu perusahaan perlu mengembangkan suatu strategi yang tetap agar perusahaan bisa mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki kinerjanya. Salah satu strategi perusahaan yaitu strategi pertumbuhan, yang berarti berkaitan erat dengan langkah yang ditempuh oleh perusahaan untuk melakukan pertumbuhan dan perkembangan dari perusahaan yang bersangkutan.
Strategi pertumbuhan adalah strategi bersaing yang berusaha mengembangkan (membesarkan) perusahaan sesuai dengan ukuran besaran yang disepakati untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan. Strategi ini dilakukan pada kondisi bisnis yang tumbuh dan berkembang, meliputi:

a.     Konsentrasi
Strategi konsentrasi adalah jenis strategi pertumbuhan dan merupakan strategi yang paling umum dijumpai pada berbagai perusahaan dimana perusahaan hanya memfokuskan pada satu lini bisnis utamanya dengan menonjolkan prinsip ‗melakukan satu hal dengan sangat baik.
Strategi konsentrasi digunakan bagi perusahaan yang memiliki bisnis tunggal untuk mengejar pertumbuhannya. Fokus strategi konsentrasi adalah bagaimana meningkatkan pertumbuhan perusahaan dengan mengonsentrasikan pada bisnis intinya. Perusahaan yang menerapkan strategi konsentrasi dapat memilih salah satu strategi konsentrasi berikut ini:

1) Perusahaan berusaha meningkatkan tingkat penggunaan barang dari   konsumen yang sudah dimiliki.

2) Perusahaan berusaha menarik pelanggan yang dimiliki pesaing dan dialihkan menjadi calon konsumen perusahaan.

3) Perusahaan dapat mencoba menarik calon pembeli baru yang selama ini  belum menjadi konsumen perusahaan dan belum menjadi pelanggan pesaing. 

b.    Perluasan Pasar
Strategi pengembangan pasar (market development) merupakan strategi yang memasarkan produk atau jasa saat ini kepada konsumen di segmen pasar yang baru maupun di wilayah area geografis pasar yang baru.
Strategi pengembangan pasar pada umumnya menempati urutan kedua strategi pertumbuhan setelah strategi konsentrasi, karena relatif tidak mahal dan tidak berisiko. Pilihan pengembangan pasar dilakukan dengan berusaha menarik calon pembeli baru yang selama ini belum menjadi konsumen perusahaan dan belum menjadi pelanggan pesaing. Strategi ini dapat diterapkan dengan cara :

1)    Menjual produk yang sudah ada ke pasar baru dengan  memasuki/menambahsaluran distribusi yang baru.

2) Memperluas pasar pada tambahan area geografis dan segmen pasar yang berlainan untuk memaksimalkan potensi yang ada.

3) Mendorong konsumen untuk mencoba memakai produk dengan diberikan contoh sampel produk untuk dicoba.

4) Mengidentifikasi kegunaan baru dari produk yang ada saat ini maupun mengemas ulang dengan kemasan yang lebih ekonomis, praktis dan mudah dibawa.

5) Mempromosikan di media yang baru dengan menggunakan teknik promosi yang lebih kreatif.

6) Menawarkan harga yang lebih menarik dalam mempromosikan di wilayah baru dengan segmen yang baru.

7) Mengubah konten iklan, dan penempatannya dari publikasi perdagangan ke surat kabar.

8) Membuka kantor cabang baru di kota, daerah, atau negara lain maupun menambah penjualan personalnya.

c.     Pengembangan Produk
Strategi dengan melakukan perubahan produk secara subtansial dan atau membuat produk yang sebelumnya belum pernah dihasilkan sebagai produk baru. Perusahaan berusaha bertahan, memperkuat posisi, dan memperluas pangsa pasar yang lebih besar dengan menggunakan tambahan pilihan produk/jasa yang baru. Perusahaan menggunakan pilihan pengembangan perubahan produk secara substansial untuk menarik pelanggan di pasar yang telah ada maupun yang dimiliki pesaing. Pelanggan yang dimiliki pesaing untuk dialihkan menjadi calon pembeli yang potensial bagi perusahaan. Strategi pengembangan produk termasuk usaha memperpanjang daur hidup produk untuk memanfaatkan reputasi atau merek yang menguntungkan, dapat diterapkan dengan cara :
1) Memperkenalkan model produk yang lebih bervariasi.
2) Menyempurnakan atau memodifikasi produk yang telah ada sebagai produk baru.
3) Memperjelas keunikan dan kelebihan produk dibanding yang dimiliki pesaing.
4) Memberikan tambahan pada bentuk, pilihan, ukuran, dan kandungan yang baru  terhadap suatu produk.  

d.    Integrasi Horizontal
Strategi integrasi horizontal merupakan strategi untuk memperluas operasi perusahaan dengan mengkombinasikan perusahaannya dengan perusahaan yang lain dalam industri yang sama dengan jenis operasi yang sama. Strategi ini menghasilkan pertumbuhan melalui akuisisi atau merger bisnis pesaing, yang mempunyai lini bisnis yang sama, dengan tujuan meniadakan pesaing dan memberikan perusahaan akses ke pasar dan teknologi yang baru.

Alasan yang mendasari pilihan strategi integrasi horizontal adalah perusahaan berusaha memperbesar penguasaan pangsa pasar, yang diharapkan dapat memperbesar kekuatan pasar yang dimiliki. Perusahaan dapat bersaing dalam medan yang lebih luas, jika perusahaan mampu melakukan akuisisi pada beberapa perusahaan sejenis yang ada dalam satu industri dan berpeluang menjadi perusahaan yang dominan.

Integrasi horizontal juga diaplikasikan dengan tujuan untuk mengurangi persaingan yang sekarang atau yang potensial bagi pelanggan dan pemasok. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengambil pangsa pasar, fasilitas produksi, outlet distribusi atau teknologi dalam penelitian dan pengembangan maupun dengan mengakuisisi perusahaan lain yang sejenis dalam industri yang sama.

e.    Integrasi Vertikal  
Strategi integrasi vertikal merupakan strategi pertumbuhan karena melakukan perluasan usaha dengan menambah bidang usaha dari perusahaan pemasok atau bidang usaha dari perusahaan distributornya. Strategi ini dalam menghasilkan pertumbuhan melalui pertumbuhan internal atau mengakuisisi bisnis lain dengan penguasaan tahap-tahap proses produksi-konsumsi dari hulu ke hilir.
Strategi ini bertujuan untuk memperoleh kontrol yang lebih besar atas suatu lini bisnis serta meningkatkan profit melalui efisiensi dan upaya penjualan yang lebih baik. Terdapat dua jenis integrasi vertikal, yaitu :

1)    Integrasi Vertikal ke Belakang
Integrasi vertikal ke belakang atau ke arah hulu merupakan strategi untuk meningkatkan pengendalian atas pasokan bahan baku, sumber daya atau jasa. Ini terjadi jika perusahaan menguasai atau membeli perusahaan pemasoknya dengan menjadi pemasoknya sendiri. Sebagai contoh, sebuah produsen kemeja mengakuisisi produsen tekstil dengan membeli sahamnya, atau membeli asetnya, karena perusahaan yang dibeli beroperasi pada tahap sebelumnya dari rangkaian proses produksi.

2)    Integrasi Vertikal ke Depan
 Integrasi vertikal ke depan atau ke arah hilir merupakan strategi untuk meningkatkan pengendalian terhadap distribusi output maupun terhadap pengecer atas produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan dengan menjadi distributor bagi dirinya sendiri. Ini terjadi jika perusahaan menguasai atau membeli perusahaan yang lebih dekat dengan konsumen, seperti distributor pedagang beras, pedagang eceran, dan konsumen industri.

f.      Diversifikasi Konsentrik (Menambahkan produk/jasa baru yang masih berkaitan dengan produk/jasa lama )
Strategi diversifikasi konsentris merupakan strategi konsentrasi terkait dengan masuk pada bisnis baru yang masih terkait atau memiliki kesesuaian yang tinggi dengan bisnis yang dilakukan perusahaan pada saat ini. Strategi diversifikasi konsentris menekankan pada kesamaan dalam hal pasar, saluran distribusi, produk dan teknologi, dengan sinergi pasar produk.

Implementasi strategi ini cocok dilakukan bila perusahaan memiliki posisi kompetitif yang kuat, tetapi daya tarik industri yang rendah. Hal ini dapat diaplikasikan dengan mengakuisisi bisnis yang memiliki jenis teknologi yang terkait, komplementaritas pemakaian antar produk, kebutuhan sumber daya yang serupa, jenis saluran distribusi yang digunakan, dan pasar yang dilayani sama dengan perusahaan induknya yang mengakuisisi. Strategi ini bertujuan agar perusahaan mendapat sinergi, efisiensi, atau pengaruh pasar yang lebih besar serta membagi resiko dengan prinsip ‗membagi telur ke berbagai keranjang‘ melalui penggunaan bersama sumber daya yang dimiliki tapi bukan saling ketergantungan. Penekanan strategi ini adalah membangun kapabilitas sumber daya kunci dan kompetensi inti perusahaan.  

g.     Diversivikasi Konglomerasi
Strategi diversifikasi konglomerat merupakan strategi pertumbuhan dengan menambah atau mengakuisisi yang lini bisnisnya berbeda sekali atau baru dengan produk atau jasa baru yang tidak berkaitan, kepada pelanggan baru. Motivasi perusahaan melakukan strategi ini adalah sinergi keuangan dengan mencari keseimbangan dalam portofolio perusahaan antara bisnis yang keuntungannya stabil. 

Motivasi dari perusahaan yang mengakuisisi adalah meningkatkan nilai saham perusahaan, meningkatkan tingkat pertumbuhan perusahaan, memperoleh sumber daya yang dibutuhkan secara cepat, meningkatkan efisiensi dan profitabilitas terutama jika terdapat sinergi antara perusahaan yang mengakuisisi dengan perusahaan yang diakuisisi. 

Strategi ini cocok dilakukan bila posisi kompetitif perusahaan berada pada rata-rata dan daya tarik industrinya rendah. Sehingga kedua faktor tersebut mendorong perusahaan mengalihkan upaya pengembangannya ke industri lain.

Mengembangkan Perusahaan

Jika Anda melihat beberapa perusahaan besar seperti Google, Facebook, atau Apple, pasti kita semua akan tercengang bila Anda tahu bahwa Mereka (perusahaan-perusahaan) tersebut yang mulanya hanya sebuah usaha kecil saja, bahkan ada yang berawal dari sebuah garasi rumah yang kecil. Kita semua sebenarnya dapat seperti mereka bila mengerti dan mempelajari bagaimana memulai dan meraih sukses dalam usaha kecil. Berikut beberapa tipsnya 

1.     Janganlah ambil resiko sendiri
Membuka usaha baru umumnya sangat beresiko, lebih baik carilah teman/ partner yang dapat Anda percaya. Jangan menginvestasikan uang Anda semua di sana, karena bila usaha tersebut tidak berjalan sesuai semestinya, Anda tidak langsung mengalami kebangkrutan.

2.     Perbudak diri sendiri
 Menjadi wirausaha pemula Anda harus bersedia untuk bekerja keras, meluangkan waktu lebih banyak, dan bersedia kerja lembur. Pada awalnya mungkin Anda tidak mendapatkan keuntungan, bahkan harus mengeluarka dana tambahan untuk gaji karyawan.

3.     Pilih karyawan dengan hati-hati 
Lakukan rekrutmen karyawan dengan hati-hati, dan jangan tergesa-gesa. Jangan sampai karyawan Anda nantinya justru akan menjadi penghalang dan pengganggu Anda meraih visi usaha Anda.

4.     Ketahui harga dasar
Hitunglah berapa banyak uang yang Anda butuhkan untuk menjalani usaha baru Anda, mulai dari sewa toko, listrik, gaji karyawan, pajak, hingga harga kertas dan tinta printer. Lalu bagi semua itu dengan berapa hari dalam setahun Anda akan bekerja, itulah jumlah minimum pendapatan yang Anda butuhkan setiap hari.

5.     Jual kelebihan, bukan harga
Jangan terjebak dengan perang harga yang justru memaksa Anda menjual harga di bawah modal dan melupakan kualitas. Komunikasikan dengan pelanggan bahwa produk Anda mempunyai nilai lebih dibanding yang lain.

6.     Hargailah waktu 
Sebagai wirausahawan baru, Anda harus menggunakan waktu Anda sebaik-baiknya untuk mencari peluang pelanggan baru dan bagaimana memperkenalkan produk Anda kepada pelanggan. Konsentrasikan waktu dan pikiran Anda lebih banyak untuk membesarkan usaha Anda.

7.     Manfaatkan teknologi 
Manfaatkan teknologi terkini, seperti internet untuk memperkenalkan usaha Anda dan pemasaran produknya. Gunakanlah fasilitas iklan gratis di beberapa situs penjualan secara online agar lebih banyak orang yang mengenal produk Anda.

8.     Perlakukan supplier Anda dengan baik 
Perlakukan vendor dan supplier Anda sebaik mungkin, seperti halnya Anda memperlakukan para pelanggan. Dengan hubungan yang terjalin dengan baik, mereka bisa saja memberikan diskon berdasarkan besarnya volume pemesanan Anda, memahami keterlambatan pembayaran, bahkan memberikan pengiriman gratis.

9.     Berusaha menjadi yang terbaik

 Berikan yang terbaik bagi pelanggan Anda, maka Anda akan tercengang dengan kekuatan marketing dari mulut ke mulut. Bagi usahawan baru, mungkin keadaan yang tidak begitu diinginkan menjadikan semangat untuk berusaha menjadi mengendor bahkan sampai titik nol. Namun jangan berputus asa di tengah jalan, berusahalah lebih keras, ulet dan tekun, maka perlahan - lahan Anda akan mulai merasakan hasil jerih payah Anda.

Karakteristik Lain dari Waralaba


a. Pihak-pihak yang terkaiit dalam waralaba sifatnya berdiri sendiri.
Terwaralaba berada dalam posisi independen terhadap pewaralaba. Independen maksudnya adalah terwaralaba berhak atas laba dari usaha yang dijalankanya,bertanggung jawab atas beban-beban usaha waralabanya sendiri.

b. Perbedaan sistem waralaba dengan sistem reseller.
Sistem waralaba berbeda dengan sistem reseller hosting yang ada pada perusahaan hosting pada umumnya. Pada sistem reseller,kita sebagai reseller harus membuat brand sendiri, mempromosikan sendiri, dan membangun pasar dari awal.selain itu, pada sistem reseller tidak didukung online customer support dan juga tidak didukung tim teknis.

c. Bentuk bisnis waralaba
Waralaba dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu : waralaba produk dan merek dagang (product and trade franchise) serta waralaba format bisnis (busines format franchise). Waralaba produk dan merek dagang adalah bentuk waralaba yang sangat sederhana . dalam waralaba produk dan merek dagang,pemberi waralaba memberikan hak kepada  penerima waralaba untuk menjual produk yang dikembangkan oleh pemberi waralaba disertai dengan pemberian izin untuk menggunakan merek dagang milik pemberi waralaba. Atas pembelian izin penggunaan merek dagang tersebut biasanya pemberi waralaba mendapatkan suatu bentuk pembayaran royaliti.

Selanjutnya pemberi waralaba  memperoleh keuntungan melalui penjualan produk yang diwaralabakan kepada penerima waralaba. Dalam bentuknya yang sangat sederhana ini Waralaba produk dan merek dagang sering sekali mengambil bentuk keagenan,distributor,lisensi penjualan.contoh dealer mobil (Auto 2000 dari Toyota) dan stasiun pompa bensin (pertamina),sedangkan waralaba format bisnis adalah pemberian sebuah lisensi oleh seseorang kepada pihak lain. 

Lisensi tersebut memberikan hak kepada penerima waralaba untuk berusaha dengan menggunakan merek dagang atau nama dagang pemberi waralaba untuk menggunakan seluruh paket, yang terdiri dari  seluruh element yang diperlukan untuk membuat seseorang yang sebelumnya belum terlatih menjadi terampil dalam bisnis untuk menjalankan dengan bantuan yang terus-menerus.

Dalam bisnis franchise ini,yang dapat diminta dari franchisor  oleh franchisee adalah:

a. Brand name yang meliputi logo,peralatan,dan lain-lain. Franchisor baik juga memiliki aturan mengenai tampilan/display perwakilan toko (shop front) dengan baik  dan detail.

b. Sistem dan manual oprasional bisnis. Setiap franchisor memiliki standar operasi yang sistematis,praktis serta mudah untuk diterapkan  dan mestinya juga tertuang dalam bentuk tertulis.

c. Dukungan dalam beroprasi karena franchisor memiliki pengalaman yang lebih luas serta membina banyak franchise yang baru.

d. Pengawasan (monitoring). Franchisor yang baik akan melakukan pengawasan terhadap franchise untuk memastikan, bahwa sistem yang disediakan dijalankan dengan baik dan benar serta konsisten.

e. Penggabungan promosi/joint promotion. Ini berkaitan dengan unsur pertama,yaitu masalah sosialisasi brand name pemasokan. Ini berlaku bagi franchise tertentu.misalnya bagi franchise makanan dan minuman dimana franchisor juga merupakan supplier bahan makanan/minuman.

Skema Umum Bisnis Waralaba

Untuk sampai kepada bentuk kerjasama yang saling menguntungkan kedua belah pihak, hubungan franchisee dengan franchisor memerlukan :

a. penerimaan total terhadap visi, misi dan nilai bersama, baik oleh franchisor, franchisee dan staf mereka masing-masing.

b. Rasa saling mempercayai dan menghargai

c. Hak dan kewajiban yng terdefinisi jelas


d. Mempraktikan komunikasi yang baik di semua tingkat

e. Memiliki dedikasi pada keberhasilan jangka panjang

f. Saling memberi dukungan pada masa yang baik maupun yang buruk


g. Memberikan kontribusi pada pertumbuhan melalui umpan balik, riset dan pengmbangan serta promosi berkelanjutan.

Konsep Dasar Bisnis Waralaba


Menurut International Franchise Associatio, franchise atau waralaba pada hakikatnya memiliki tiga elemen, yaitu merek, sistem bisnis, dan biaya.

a. merek , dalam setiap perjanjian waralaba, sang pewaralaba selaku pemilik dari sistem waralabanya memberikan lisensi kepada terwaralaba utnuk menggunakan merek dagang/jasa dan logo yang dimiliki oleh pewaralaba

b. sistem bisnis, keberhasilan dari suatu organisasi waralaba tergantung dari penerapan sistem / metode bisnis yang sama antara pewaralaba dan terwaralaba. Sistem bisnis tersenut berupa pedoman yang mencakup standarisasi produk, metode untuk mempersiapkan atau mengplah produk atau jasa , standar rupa, dan fasilitas bisnis


c. biaya (fees) , dalam setiao format bisnis waralaba, sang pewaralaba baik secara langsung atau tidak langsung menarik pembayaran dari terwaralaba atas penggunaan merek dan atas partisipasi dalam sistem waralaba yang dijalankan. Biaya biasanya terdiri atas biaya awal, biaya royalti, biaya jasa, biaya lisensi dan atau biaya pemasaran bersama.  

Ragam Tipe Waralaba


a. unit franchising
bentuk waralaba ini adalah yang paling umum. Dalam unit franchise, pewaralaba memberikan hak kepada terwaralaba untuk menjalankan sejumlah satu (single) bisnis waralabanya dalam lokasi atau daerah yang telah ditentukan. Ada dua pihak yang berkepentingan dalam bentuk ini, yaitu pewaralaba dan terwaralaba.

b. Area Development Franchising
Dalam area development franchising, pewaralaba memberikan hak kepada terwaralaba (area developer) suatu daerah tertentu yang harus dikembangkan. Terwaraaba tersebut memiliki hak dan kewajiban untuk membuka dan mengoperasikan sendiri sejumlah unit waralaba tertentu sesuai dengan jadwal rencana pengembangan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika target jadwal rencana pengembangan waralaba yang bersangkutan tidak tercapai, pewaralaba akan memutuskan kontrak perjanjian pengembangan waralaba pada daerah tersebut. Namun unit waralaba yang telah berdiri tetap dapat dioperasikan oleh terwaralaba.

c. Subfranchising
Subfranchising kadang disebut juga master franchising, sifatnya mirip dengan area development franchising, hanya saja waralaba ini melibatkan tiga pihak. Perbedaannya pada bentuk waralaba ini franchisee memiliki pilihan antara membuka sendiri unit waralabanya atau menjual kembali unit waralaba kepada pihak ke-3, selama tujuan pengembangan waralaba dalam suatu daerah dapat tercapai. Bentuk kesepakatan ini umum digunakan oleh sistem waralaba internasional.

d. conversion or affiliation franchising
Bentuk waralaba ini terjadi jika seorang pemilik dari suatu bisnis yang telah berjalan ingin berafiliasi dengan suatu jaringan waralaba yang telah terkenal. Tujuannya adalah agar bisnis tersebut dapat memanfaatkan keuntungan dari merek terkenal dan juga sistem operasi dari jejaring waralaba yang bersangkutan. Dalam affiliation franchising ini, terwaralaba biasanya diperbolehkan untuk tetap menggunakan merek lama yang telah mereka miliki diikuti dengan merek terkenal dari sang pewaralaba. Bentuk waralaba ini banyak diterapkan di industry hotel.

e. nontradistional franchising
Pada bentuk waralaba ini, pewaralaba menjual waralabanya untuk ditempatkan pada tempat-tempat tertentu yang khusus. Misalkan, suatu unit waralaba yang dijual di dalam lokasi bisnis milik orang lain. Dalam hal ini pewaralaba membuat dua perjanjian dengan terwaralaba dan perjanjian dengan pemilik bisnis.



Kriteria Waralaba


Dalam PP No. 42 tahun 2007 disebutkan bahwa waralaba harus memenuhi 6 (enam) kriteria , yakni:

a.     Memiliki ciri  khas usaha.
Yang dimaksud dengan ―ciri khas adalah suatu usaha yang memiliki keunggulan atau perbedaan yang tidak mudah ditiru dibandingkan dengan usaha lain sejenis, dan konsumen selalu mencari ciri khas yang dimaksud. Misalnya, sistem manajemen, cara penjualan dan pelayanan, atau penataan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik khusus dari pemberi waralaba.

b.    Terbukti sudah memberikan keuntungan.
 Yang dimaksud ―sudah memberi keuntungan adalah menunjuk kepada pemberi waralaba yang telah dimiliki kurang lebih 5 (lima) tahun dan telah mempunyai kiat-kiat bisnis untuk mengatasi masalah-masalah dalam perjalanan usahanya, dan ini terbukti dengan masih bertahan dan berkembangnya usaha tersebut dengan menguntungkan.

c.     Memiliki standar atas pelayanan barang dan jasa yang ditawarkan yang dibuat secara tertulis.
Yang dimaksud adalah standar secara tertulis supaya penerima waralaba dapat melaksanakan usaha dalam kerangka kerja yang jelas dan sama (standar operasional kerjanya). 

d.    Mudah diajarkan dan diaplikasikan.
Yang dimaksud dengan ―mudah diajarkan dan diaplikasikan adalah mudah dilaksanakan sehingga penerima waralaba yang belum memiliki pengalaman atau pengetahuan mengenai usaha sejenis dapat melaksanakannya dengan baik sesuai dengan bimbingan operasional dan manajemen yang berkesinambungan yang diberikan oleh pemberi waralaba.

e.    Adanya dukungan yang berkesinambungan.
Yang dimaksud dengan ―dukungan yang berkesinambungan adalah dukungan dari pemberi waralaba secara terus menerus seperti bimbingan operasional, pelatihan, dan promosi.

f.      Hak dan kekayaan intelektual yang telah terdaftar.
Yang dimaksud dengan ―hak kekayaan intelektual yang telah terdaftar adalah hak kekayaan intelektual yang terkait dengan usaha seperti merek, hak cipta, hak paten, rahasia dagang sudah di daftarkan dan mempunyai sertifikat atau sedang dalam proses pendaftaran di instansi yang berwenang.



Waralaba di Indonesia

Di Indonesia sistem waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembayaran lisensi. Perkembangan ke dua dimulai pada tahun 1970-an, yaitu dengan dimulainya sistem pembelian lisensi plus,franchise tidak sekedar jadi penyalur,namun juga memiliki hak untuk memproduksi produknya.

 Agar waralaba dapat berkembang dengan pesat, maka persyaratan utama yang harus dimiliki satu wilayah adalah kepastian hukum yang mengikat baik franchisor maupun franchisee,karenanya,kita dapat melihat bahwa di negara yang memiliki kepastian hukum yang jelas,waralaba berkembang pesat, misalnya di AS dan Jepang. 

Tonggak kepastian hukum akan format waralaba diindonesia dimulai pada tanggal 18 Juni 1997, yaitu dengan dikeluarkanya peraturan pemerintah (PP) RI No.16 Tahun 1997 tentang waralaba. PP No.16 Tahun 1997 tentang waralaba ini telah dicabut dan diganti dengan PP No.42 Tahun 2007 Tentang Waralaba.

Ketentuan-ketentuan yang mendukung kepastian hukum dalam format bisnis waralaba adalah sebagai berikut :

a. Keputusan menteri perindustrian dan perdagangan RI No 259/MPP/KEP/7/1997 tanggal 30 juni 1997 tentang ketentuan tata cara pelaksanaan  pendaftaran usaha waralaba.

b. Undang-undang No 14 tahun 2001 tentang paten

c. Undang-undang no 15 tahun 2001 tentnag merek

d. Undang-undang no 30 tahun 2000 tentang rahasia dagang 

Banyak orang masih skeptis dengan kepastian hukum terutama dalam bidang waralaba di Indonesia. Namun saat ini kepastian hukum untuk berusaha dengan format bisnis waralaba jauh lebih baik dari sebelum tahun 1997. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya payung hukum yang dapat melindungi bisnis waralaba tersebut. 

Perkembangan waralaba di Indonesia, khususnya di bidang rumah makan siap saji sangan pesat. Hal ini dimungkinkan karena para pengusaha kita yang berkedudukan sebagai penerima waralaba (Franchisee) diwajibkan mengembangkan bisnis melalui master franchise yang diterimanya dengan cara mencari atau menunjuk penerima waralaba lanjutanden gan mempergunakan sistem piramida atau sistem sel, suatu jaringan format bisnis waralaba akan terus berekspansi.



Keuntungan dan kerugian bisnis waralaba

Bisnis waralaba merupakan suatu solusi terbaik untuk kita memulai bisnis, karena bisnis waralaba sudah memiliki sistem dan branding yang cukup dikenal oleh pasar, namun demikian untuk memilih bisnis waralaba terkadang tidak semudah yang dibayangkan, karena bisnis  waralaba memiliki keuntungan dan kerugian yang harus diketahui oleh penerima waralaba. 

a.       Keuntungan bisnis waralaba

1) Sebuah sistem waralaba relatif lebih aman daripada memulai dari awal.

2) Lebih ada struktur dalam usaha waralaba

3) Usaha waralaba dapat dikatakan sebagai sebuah usaha mandiri karena adanya keterbatasan campur tangan dari pihak pewaralaba

4) Merek yang relatif lebih mudah dikenal oleh konsumen

5) terwaralaba mendapatkan penghematan waktu usaha dalam rangka riset produk, tempat, kebutuhan karyawan,  pembuatan merek dan sistem, jaringan pemasaran dan lain-lain.

6) Terwaralaba mendapatkan jaminan suplai serta kekuatan dalam kegiatan promosi yang efisien.


b.      Kerugian bisnis waralaba

1) Walaupun usaha milik sendiri, kebijakan umumnya masih ditentukan oleh franchisor

2) Untuk membentuk sisitem yang baku, perlu proses yang birokratis

3) Kebijakan penjual peluang usaha tidak selalu disampaikan kepada pembeli peluang usaha secara kontinu

4)  Format bisnis waralaba cenderung ―mengekang‖ kreativitas dan ego franchise masih harus membeayar royalti fee kepada franchisor. Hal ini patut dipertimbangkan mengingat profit dari bisnis ritel yang relatif kecil


Penggolongan Franchise

Mengenal jenis-jenis franchise yang terdapat di dunia tentulah kita harus melihat penggolongan franchise menurut East Asian Executive Report. East AsianExecutive Report telah menggolongkan franchise dalam 3 golongan yakni sebagai berikut:

a.     Product franchise
 Franchise  jenis ini, seorang atau badan usaha penerima franchise  hanya bertindak mendistribusikan produk dari rekannya dengan pembatasan areal, seperti : pengecer bahan bakar Shell yang telah dibagi jaringan atau divisi wilayah pendistribusiannya.

b.    Processing franchisee or manufacturing franchise
 Franchise  jenis ini, seorang atau badan usaha pemberi franchise (franchisor) hanya memegang peranan memberi know-how, dari suatu proses produksi, seperti : Minuman ringan Coca Cola. 

c.     Business formal / system franchise
Franchise jenis ini, seorang atau badan usaha pemberi franchise (franchisor) sudah memiliki cara yang unik dalam menyajikan produk dalam satu paket kepada konsumen, seperti : Dunkin Donuts dan Kentucky Fried Chicken.

Dari penggolongan yang telah dikemukakan oleh East Asian Executive Report  tentang penggolongan franchise, ternyata terdapat adanya kesamaan dengan penggolongan yang dikemukakan oleh Bryce Webster. Bryce Webster mengemukakan 3 (tiga) bentuk franchise, yaitu sebagai berikut:

a.     Product franchising
  Product franchising  adalah suatu franchise  yang franchisornya memberikan lisensi kepada franchise  untuk menjual barang hasil produksinya, sedangkan franchise hanya  berfungsi sebagai distributor dari produk franchisor. Sering kali terjadi franchise diberi hak eksklusif untuk memasarkan produk tersebut di suatu wilayah tertentu. 

b.    Manufacturing franchises
  Manufacturing franchises  adalah suatu franchise  di mana franchisor memberikan resep atau rahasia dari suatu proses produksi. Franchise memasarkan barang-barang itu dengan standar produksi dan merek yang sama dengan yang dimiliki oleh franchisor. Bentuk franchise semacam ini banyak digunakan dalam produksi dan distribusi minuman soft drink.  

c.     Business format franchising
 Business format franchising  adalah suatu franchise  yang franchisenya mengoperasikan suatu kegiatan bisnis dengan memakai nama franchisor. Franchise  tetap diakui sebagai anggota kelompok yang berusaha dalam bisnis ini dan sebagai imbalan dari penggunaan nama franchisor, maka franchise  harus mengikuti metode-metode standar pengoperasian dan berada di bawah pengawasan franchisor  dalam hal bahan-bahan yang digunakan, pilihan tempat usaha, desain tempat usaha, jam penjualan, persyaratan karyawan.

Selain ketiga bentuk atau golongan franchise  yang juga berkembang di Indonesia, pada masa sekarang ini juga telah mulai berkembang suatu franchise jenis baru yang dikenal dengan group trading franchise, yang menunjuk pada pemberian hak toko grosir maupun pengecer, seperti yang telah dilakukan oleh toko Seven Eleven, Indomaret maupun Alfamart. Bahkan toko Indomart dapat dikatakan telah merajai perkembangan franchise  jenis ini.

Pengertian Waralaba

1.       Pengertian Waralaba (Franchise) Beberapa defenisi waralaba menurut berbagai sumber

a.       Secara harfiah, waralaba berarti ―hak untuk menjalankan usaha/bisnis di daerah yang telah di tentukan. Dalam bahasa Prancis waralaba bermakna kejujuran atau kebebasan. Dan Secara historis, definisi waralaba itu sendiri adalah sebagai penjualan khusus suatu produk disuatu daerah tertentu (seperti mesin jahit) dimana produsen memberikan pelatihan kepada perwakilan penjualan dan menyediakan produk informasi dan iklan, sementara ia mengontrol perwakilan yang menjual produk di daerah yang telah di tentukan.

b.      Menurut peraturan pemerintah RI no 16 tahun 1997 tanggal 18 juni 1997, pengertian waralaba (franchising) adalah suatu bentuk kerjasama dimana pewaralaba (franchisor) memberikan izin pada terwaralaba (franchisee) untuk menggunakan hak atas kekayaan intelektualnya, seperti nama, merek usaha dagang produk dan jasa serta operasi usahanya. Sebagai timbal baliknya , terwaralaba membayar suatu jumlah tertentu atas pemberian dan penggunaan hak atas kekayaan intelektual yang dimiliki oleh pewaralaba dalam kurun waktu tertentu.

c.       Menururt asosiasi franchise indonesia yang dimaksud dengan waralaba ialah suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, di mana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu / perusahaan utnuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur, dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.


d.      Menurut Ensiklopedia Ekonomi, keuangan, perdagangan, franchise adalah suatu persetujuan atau perjanjian antara leveransir dan pedagang eceran atau pedagang besar yang menyatakan bahwa yang tersebut pertama itu memberikan kepada yang tersebut terakhir itu suatu hak untuk memperdagangkan produknya dengan syarat-syarat yang disetujui oleh kedua belah pihak.

e.      Menurut Amir Karamoy waralaba adalah suatu pola kemitraan usaha natara perusahaan yang memiliki merek  dagang dikenal dan sistem menejemen , keunagan dan pemasaran yang telah mantap, disebut pewaralaba dengan perusahaan atau individuyang memanfaatkan atau menggunakan merek dan sistem milik pewaralaba disebut terwaralaba.


f.        Menurut Peraturan Meneteri Perdagangan No. 12/2006, warlaba (franchise) adalah perikatan antara pemberi waralaba dengan penerima waralaba dimana penerima waralaba diberikan hak untuk menjalankan usaha yang dimiliki pemberi waralaba dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pemberi waralaba dengan sejumlah kewajiban menyediakan dukungan konsultasi operasional yang berkesinambungan oleh pemberi waralaba kepada penerima waralaba.

Dari pengertian tersebut, secara sederhana dapat dipahami bahwa dalam suatu perjanjian waralaba, ada dua pihak yang terlibat, yaitu pemberi waralaba (franchisor) dan  penerima  waralaba  (franchisor).  Demikian  juga,  ada  dua  hal  yang  saling diperdagangkan‘, yaitu hak intelektual usaha dari si franchisor dan franchisee dan royalty  fee  dari  si  franchisee.

Minggu, 05 November 2017

Karakteristik Demografi, Sosial dan Ekonomi


Demografi akan menggambarkan karakteristik suatu penduduk. Beberapa karakteristik demografi yang sangat penting untuk memahami konsumen konsumen adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, pendapatan, jenis keluarga, status pernikahan, lokasi geografi, dan kelas sosial. Dengan memahami karakteristik demografi, sosial dan ekonomi pemasar dapat menentukan segmentasi pasar dan promosi. Di bawah ini beberapa contoh produk (barang dan jasa) yang ditawarkan kepada konsumen, dan akan mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan membeli

3. Keluarga
Keluarga dapat diartikan sebagai suatu unit masyarakat yang terkecil yang perilakunya sangat mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan keputusan membeli suatu produk (barang dan jasa). Dalam menganalisis perilaku konsumen, faktor keluarga dapat berperan sebagai berikut :
a.       Siapa pengambil inisiatif, yaitu siapa yang mempunyai inisiatif membeli, tetapi tidak melakukan proses pembelian. Apakah tokoh ayah, ibu, kakek atau nenek?
b.      Siapa pemberi pengaruh, yaitu siapa yang mempengaruhi keptusan membeli. Apakah tokoh ayah, ibu, anak, kakek atau nenek?
c.        Siapa pengambil keputusan, yaitu siapa yang menentukan keputusan apa yang dibeli, bagaimana cara membelinya, kapan dan dimana tempat membeli. Apakah tokoh ayah atau ibu?
d.      Siapa yang melakukan pembelian, yaitu siapa diantara keluarga yang akan melakukan proses pembelian. Apakah tokoh ibu atau anak?
e.      Pemakai, yaitu siapa yang akan menggunakan produk yang dibeli, apakah ayah, ibu, anak, kakek, nenek?

Para pemasar perlu memahami bagaimana peranan anggota keluarga dalam pengambilan keputusan membeli suatu produk. Memahami siapa yang berperan dalam pengambilan keputusan membeli suatu produk sangat bermanfaat dalam menyusun strtategi pemasaran untuk menentukan target pasar dari produk tersebut. Berikut adalah contoh-contoh strategi pemasaran yang membawa pesan keluarga.

4. Kelompok Acuan
Kelompok acuan (refrence group) adalah seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang. Kelompok acuan digunakan oleh seseorang sebagai dasar untuk perbandingannya atau sebuah referensi dalam membentuk respon afektif, kognitif, dan perilaku, serta  akan memberikan standard dan nilai yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam pemasaran kelompok acuan adalah kelompok yang berfungsi sebagai referensi bagi seseorang dalam keputusan pembelian dan konsumsi.

5. Jenis-Jenis Kelompok
Acuan Sumarwan(2003,p.253) menggolongkan kelompok referensi (acuan) berdasarkan posisi dan fungsinya, terdiri dari :

b) Kelompok Formal
 yaitu kelompok yang memiliki struktur organisasi secara tertulis dan keanggotaannya terdaftar secara resmi. Contohnya, Serikat Pekerja Indonesia, Universitas dll.

 c) Kelompok Informal
yaitu kelompok yang tidak memiliki struktur organisasi secara tertulis dan keanggotaannya tidak terdaftar secara resmi. Contohnya, kelompok bermain futsal, kelompok arisan dll.

d) Kelompok Aspirasi
yaitu kelompok yang memperlihatkan keinginan untuk mengikuti norma,nilai,maupun perilaku dari orang lain yang dijadikan kelompok acuan. Anggota kelompok aspirasi tidak harus menjadi anggota dalam kelompok referensinya, atau antar anggota aspirasi tidak harus menjadi anggota kelompok referensinya dan saling berkomunikasi. Contoh, anak-anak muda yang mengikuti gaya berpakaian para selebriti Korea atau Amerika.

e) Kelompok Disosiasi yaitu seseorang atau kelompok yang berusaha menghindari asosiasi dengan kelompok referensi. Terdapat lima jenis kelompok acuan serta karakteristiknya (Peter, J. Paul and Olson, Jerry C., 2005; Hawkins, Del I., 2004) :

Tiga Macam Pengaruh Kelompok Acuan Kelompok acuan yang telah disebutkan di atas dapat memberikan tiga jenis pengaruh, antara lain :

a) Pengaruh informasional (informational influence) Hal ini terjadi ketika seseorang atau individu meniru perilaku dan pendapat dari anggota suatu kelompok acuan yang memberikan informasi yang berguna. Informasi ini dapat disajikan secara verbal maupun melalui demonstrasi langsung.

b) Pengaruh normatif (normative influence atau sering disebut juga utilitarian influence) Pengaruh ini terjadi jika individu mengikuti ketentuan kelompok acuan dengan tujuan untuk memperoleh imbalan atau menghindari hukuman.

c) Pengaruh ekspektasi-nilai (value expressive influence) Hal ini terjadi ketika individu merasa turut memiliki dan membentuk nilai dan norma dari suatu kelompok. Beberapa Kelompok Acuan yang Terkait dengan Konsumen

(1) Kelompok Persahabatan
 Konsumen membutuhkan teman dan sahabat. Teman atau sahabat bagi seorang konsumen akan memenuhi beberapa kebutuhan konsumen. Para pemasar telah memahami bagaimana pentingnya pengaruh persahabatan terhadap konsumen. Para penjual jasa asuransi sering menggunakan konsep persahabatan dalam menjual jasa tersebut. Di bawah ini ada beberapa contoh iklan produk yang menggunakan konsep persahabatan.

(2) Kelompok Belanja
Kelompok belanja adalah dua atau lebih orang konsumen yang berbelanja bersama pada waktu yang sama. Kelompok belanja ini bisa merupakan kelompok persahabatan atau keluarga, namun bisa juga orang lain yang yang bertemu di toko untuk membeli produk bersama. Di bawah ini beberapa contoh kelompok belanja.

(3) Kelompok Kerja
Kelompok yang telah bekerja akan menghabiskan waktu 35 sampai 40 jam di di tempat kerja. Ia akan berinteraksi dengan teman-temannya skerjanya. Interaksi yang sering dan intensif memungkinkan teman-teman sebagai kelompok kerja mempengaruhi perilaku konsumsi dan pengambilan keputusan konsumen dalam membeli produk dan jasa, dan pemilihan merek.

(4) Kelompok atau Masyarakat maya
 Konsumen yang menjadi anggota kelompok maya atau internet tentu akan sering mengakses informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan dalam pemilihan dan pembelian produk. Masyarakat internet memberikan pengaruh besar kepada pengambilan keputusan konsumen.

(5) Kelompok Pegiat Konsumen
Konsumen yang kecewa dalam pembelian produk dan jasa, akan melakukan beberapa tindakan, sperti :
·         Diam dan kesal
·         Menyampaikan kekecewaannya kepada teman
·         Berkirim surat dan mengeluh kepada kabar atau majalah
·         Mengadu ke lembaga perlindungan konsumen
Tindakan tersebut merupakan bentuk tindakan protes dari konsumen, sehingga mereka memerlukan kelompok yang bisa membantunya ketika di rugikan oleh produsen.

(6) Beberapa Kelompok Acuan yang Digunakan dalam Komunikasi Pemasaran

(a) Selebriti
Kelompok selebriti adalah para atis film, sinetron, penyanyi, musisi, pelawak, dan semua orang-orang terkenal yang bergerak di bidang hiburan, atau para pemain olah raga, politikus, pejabat pemerintah, para pakar pengamat ekonomi, sosial, dan politik.  Dalam mempromosikan suatu produk, para selebriti bisa berfungsi untuk :
·         Memberikan kesaksian
·         Memberikan dorongan dan penguatan
·         Bertindak sebagai aktor dalam iklan
·         Bertindak sebagai juru bicara perusahaan

(b) Ahli atau Pakar
Perusahaan sering menggunakan para ahli untuk mengiklankan produknya yang relevan. Para digunakan untuk membantu konsumen dalam mengevaluasi produk dan jasa. Para ahli diharapkan dapat member keyakinan kepada konsumen mengenai produk dan jasa yang diiklankan tersebut.

(c) Orang Biasa
Perusahaan yang menampilkan atau menggunakan konsumen yang puas terhadap produknya dalam iklan disebut sebagai penggunaan orang biasa. Dengan menggunakan konsumen biasa perusahaan berusaha menampilkan sustu situasi yang alamiah kepada konsumen potensial bahwa seseorang seperti mereka telah menggunakan produk dan merasa puas terhadap produk tersebut.

(d) Para eksekutif dan Karyawan
 Para eksekutif sering dipakai untuk mempromosikan produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan yang dipimpinnya. Hal ini dilakukan agar konsumen lebih percaya kepada produk dan jasa yag ditawarkan tersebut. Contoh iklan yang menggunakan para eksekutifnya sebagai bintang iklan.

(4) Karakter Dagang atau Juru Bicara
 Karakter dagang atau karakter juru bicara adalah symbol dari perusahaan yang digunakan dalam komunikasi pemasaran. Contoh perusahaan yang menggunakan karakter dagang atau juru bicara.

(5) Penguatan Lainnya sebagai Kelompok Acuan
Para pemasar sering memasang suatu simbol atau tanda persetujuan  dari sebuah lembaga pada kemasan produknya atau iklan produknya. Simbol atau tanda tersebut memberikan jaminan akan standard an kualitas produk yang diakui oleh lembaga yang berwenang memberikan jaminan tersebut.

(6) Lingkungan dan situasi Konsumen

(a) Lingkungan konsumen
Berdasarkan kedekatannya dengan konsumen, lingkungan konsumen terbagi ke dalam lingkungan mikro dan makro. Lingkungan mikro adalah lingkungan yang sangat dekat dengan konsumen. Sedangkan lingkungan makro adalah lingkungan yang jauh dari konsumen. Lingkungan konsumen memiliki dimensi yang luas, karena itu sangatlah sulit untuk mengidentifikasi faktor lingkungan mana yang paling kuat dalam mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen. (

b) Situasi Konsumen Situasi
konsumen merupakan perilaku disebuah lingkungan untuk mencapai tujuan.  Mowen dan Minor (1998) mengemukakan bahwa situasi konsumen adalah faktor lingkungan sementara yang menyebabkan suatu situasi dimana perilaku konsumen muncul pada waktu tertentu dan tempat tertentu.

(c) Situasi Komunikasi

Situasi komunikasi terdiri dari tiga macam, yaitu :
1.       Situasi komunikasi (pencarian informasi)
Situasi komunikasi adalah suasana dimana konsumen memperoleh informasi  atau melakukan komunikasi.

2.       Situasi pembelian (mengunjungi toko dan belanja)
Situasi pembelian adalah yang dialami atau dihadapi konsumen ketika membeli produk dan jasa. Misalnya ketika konsumen berada di bandara atau daerah pariwisata, ia mungkin akan bersedia membayar sekaleng coca cola berapa saja harganya ketika haus.

3.       Situasi pemakaian (konsumsi dan pembuangan produk)
 Situasi pemakaian atau penggunaan produk dan jasa, yaitu situasi atau suasana ketika konsumsi terjadi.  Para produsen sering menggunakan konsep situasi pemakaian dalam memasarkan produkproduknya. Produk sering diposisikan sebagai produk untuk digunakan pada situasi pemakaian tertentu.

(7) Teknologi
Teknologi dalam bentuk perangkat keras dan lunak telah berkembang dengan pesat dan peralatan atau perangkat teknologi tersebut  telah tersedia di pasar dengan harga terjangkau oleh sebagian besar konsumen. Perangkat atau peralatan teknologi yang dimiliki dan digunakan seorang konsumen akan mempengaruhi sikap dan perilakunya

PEMASARAN DAN PERILAKU KONSUMEN

Pemasaran adalah suatu proses bagaimana mengidentifikasi kebutuhan konsumen, kemudian memproduksi barang atau jasa yang dibutuhkan konsumen tersebut dan meyakinkan konsumen bahwa mereka membutuhkan barang atau jasa tersebut, sehingga terjadi transaksi atau pertukaran antara produsen dengan konsumen. Pertukaran atau transaksi tersebut menyebabkan konsumen mendapatkan barang dan jasa yang dapat memberikan manfaat kepada mereka, dan konsumen memberikan sejumlah imbalan dalam bentuk uang atau lainnya kepada produsen.

Konsep pemasaran adalah suatu konsep bisnis yang menekankan bahwa strategi pemasaran yang berhasil adalah strategi yang dibangun berdasarkan kepada pemahaman yang lebih baik dari perilaku konsumen. Pemahaman yang baik kepada perilaku konsumen akan membantu para manajer pemasaran untuk melakukan hal-hal berikut :

1.       Analisis lingkungan
Para manajer dapat mengevaluasi faktor kekuatan luar yang berpengaruh terhadap perusahaan dan pelanggannya, serta yang menciptakan tantangan dan peluang. Faktor yang harus diamati dan dievaluasi adalah sebagai berikut :
a) Demografi
 b) Ekonomi
c) Alam
d) Teknologi
e) Politik
f) Budaya
 g) Riset pasar
Para manajer dapat mengumpulkan data dan informasi, membeli , mengkosumsi, dan melakukan keputusan dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Data tersebut dibutuhkan oleh manajemen perusahaan agar dapat menyusun strategi pemasaran dengan baik.

2.       Segmentasi
Segmentasi adalah pengelompokan pasar atau konsumen berdasarkan kesamaan karakteristik tertentu, misalnya berdasarkan kesamaan kebutuhan barang dan jasa. Kelompok konsumen atau segmen tersebut dapat dipilih oleh produsen untuk dijadikan sasaran atau target penjualan produknya. Perusahaan atau produsen dapat saja menjadikan semua segmen yang ada sebagai sasarannya dengan cara merancang bauran pemasaran yang berbeda yang dapat mencapai semua segmen yang ada. Dasar untuk melakukan segmentasi adalah :
a)      Karakteristik konsumen
·      Demografi
·      Perilaku konsumen
·      Profil psikografik
·      Karakteristik personal

b)      Situasi
·      Defenisi tugas
·      Waktu
·      Lingkungan fisik
·      Lingkungan sosial

c)       Geografis
·    Batas negara
·    Wilayah
·    Batas provinsi

d)      Budaya
·         Norma, nilai, adat, dan kebiasaan
·         Sub-kultur

3.       Positioning
Positioning adalah menciptakan membangun persepsi mengenai karakteristik atau citra suatu produk atau merek dibandingkan dengan produk dan merek pesaing. Positioning merek yang berhasil adalah ketika konsumen memiliki persepsi atau citra merek sesuai dengan yang diinginkan produsen. Positioning sangat terkait dengan tindakan diferensiasi yaitu merancang barang dan jasa yang memiliki fitur atau karakteristik yang berbeda dengan produk pesaing. Diferensiasi menjadi dasar untuk melakukan positioning. Pemahaman yang baik terhadap perilaku konsumen akan memudahkan para manajer pemasaran untuk mempengaruhi persepsi konsumen, sehingga mereka memiliki persepsi terhadap produk sesuai dengan rancangan positioning yang diinginkan perusahaan.

4.       Bauran pemasaran

Bauran pemasaran atau marketing mix adalah sejumlah alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan pemasarannya. Alat pemasaran yang sangat popular dibagi ke dalam empat kelompok yang dikenal dengan nama produk (product), harga (price), distirbusi (place), dan promosi (promotion). Alat pemasaran untuk jasa dikenal dengan sebutan 7P (4P = 3P) atau 4P yang diperluas ke 3P itu adalah orang-orang (people), proses (process), dan bukti (proof). Pemahaman yang baik mengenai perilaku konsumen dapat membantu para pemasar dan para manajer pemasaran dapat merancang bauran pemasaran dengan lebih baik. Semua unsure bauran pemasaran harus dirancang berdasarkan kebutuhan konsumen.