Senin, 13 November 2017

Kriteria Waralaba


Dalam PP No. 42 tahun 2007 disebutkan bahwa waralaba harus memenuhi 6 (enam) kriteria , yakni:

a.     Memiliki ciri  khas usaha.
Yang dimaksud dengan ―ciri khas adalah suatu usaha yang memiliki keunggulan atau perbedaan yang tidak mudah ditiru dibandingkan dengan usaha lain sejenis, dan konsumen selalu mencari ciri khas yang dimaksud. Misalnya, sistem manajemen, cara penjualan dan pelayanan, atau penataan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik khusus dari pemberi waralaba.

b.    Terbukti sudah memberikan keuntungan.
 Yang dimaksud ―sudah memberi keuntungan adalah menunjuk kepada pemberi waralaba yang telah dimiliki kurang lebih 5 (lima) tahun dan telah mempunyai kiat-kiat bisnis untuk mengatasi masalah-masalah dalam perjalanan usahanya, dan ini terbukti dengan masih bertahan dan berkembangnya usaha tersebut dengan menguntungkan.

c.     Memiliki standar atas pelayanan barang dan jasa yang ditawarkan yang dibuat secara tertulis.
Yang dimaksud adalah standar secara tertulis supaya penerima waralaba dapat melaksanakan usaha dalam kerangka kerja yang jelas dan sama (standar operasional kerjanya). 

d.    Mudah diajarkan dan diaplikasikan.
Yang dimaksud dengan ―mudah diajarkan dan diaplikasikan adalah mudah dilaksanakan sehingga penerima waralaba yang belum memiliki pengalaman atau pengetahuan mengenai usaha sejenis dapat melaksanakannya dengan baik sesuai dengan bimbingan operasional dan manajemen yang berkesinambungan yang diberikan oleh pemberi waralaba.

e.    Adanya dukungan yang berkesinambungan.
Yang dimaksud dengan ―dukungan yang berkesinambungan adalah dukungan dari pemberi waralaba secara terus menerus seperti bimbingan operasional, pelatihan, dan promosi.

f.      Hak dan kekayaan intelektual yang telah terdaftar.
Yang dimaksud dengan ―hak kekayaan intelektual yang telah terdaftar adalah hak kekayaan intelektual yang terkait dengan usaha seperti merek, hak cipta, hak paten, rahasia dagang sudah di daftarkan dan mempunyai sertifikat atau sedang dalam proses pendaftaran di instansi yang berwenang.



Waralaba di Indonesia

Di Indonesia sistem waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembayaran lisensi. Perkembangan ke dua dimulai pada tahun 1970-an, yaitu dengan dimulainya sistem pembelian lisensi plus,franchise tidak sekedar jadi penyalur,namun juga memiliki hak untuk memproduksi produknya.

 Agar waralaba dapat berkembang dengan pesat, maka persyaratan utama yang harus dimiliki satu wilayah adalah kepastian hukum yang mengikat baik franchisor maupun franchisee,karenanya,kita dapat melihat bahwa di negara yang memiliki kepastian hukum yang jelas,waralaba berkembang pesat, misalnya di AS dan Jepang. 

Tonggak kepastian hukum akan format waralaba diindonesia dimulai pada tanggal 18 Juni 1997, yaitu dengan dikeluarkanya peraturan pemerintah (PP) RI No.16 Tahun 1997 tentang waralaba. PP No.16 Tahun 1997 tentang waralaba ini telah dicabut dan diganti dengan PP No.42 Tahun 2007 Tentang Waralaba.

Ketentuan-ketentuan yang mendukung kepastian hukum dalam format bisnis waralaba adalah sebagai berikut :

a. Keputusan menteri perindustrian dan perdagangan RI No 259/MPP/KEP/7/1997 tanggal 30 juni 1997 tentang ketentuan tata cara pelaksanaan  pendaftaran usaha waralaba.

b. Undang-undang No 14 tahun 2001 tentang paten

c. Undang-undang no 15 tahun 2001 tentnag merek

d. Undang-undang no 30 tahun 2000 tentang rahasia dagang 

Banyak orang masih skeptis dengan kepastian hukum terutama dalam bidang waralaba di Indonesia. Namun saat ini kepastian hukum untuk berusaha dengan format bisnis waralaba jauh lebih baik dari sebelum tahun 1997. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya payung hukum yang dapat melindungi bisnis waralaba tersebut. 

Perkembangan waralaba di Indonesia, khususnya di bidang rumah makan siap saji sangan pesat. Hal ini dimungkinkan karena para pengusaha kita yang berkedudukan sebagai penerima waralaba (Franchisee) diwajibkan mengembangkan bisnis melalui master franchise yang diterimanya dengan cara mencari atau menunjuk penerima waralaba lanjutanden gan mempergunakan sistem piramida atau sistem sel, suatu jaringan format bisnis waralaba akan terus berekspansi.



Keuntungan dan kerugian bisnis waralaba

Bisnis waralaba merupakan suatu solusi terbaik untuk kita memulai bisnis, karena bisnis waralaba sudah memiliki sistem dan branding yang cukup dikenal oleh pasar, namun demikian untuk memilih bisnis waralaba terkadang tidak semudah yang dibayangkan, karena bisnis  waralaba memiliki keuntungan dan kerugian yang harus diketahui oleh penerima waralaba. 

a.       Keuntungan bisnis waralaba

1) Sebuah sistem waralaba relatif lebih aman daripada memulai dari awal.

2) Lebih ada struktur dalam usaha waralaba

3) Usaha waralaba dapat dikatakan sebagai sebuah usaha mandiri karena adanya keterbatasan campur tangan dari pihak pewaralaba

4) Merek yang relatif lebih mudah dikenal oleh konsumen

5) terwaralaba mendapatkan penghematan waktu usaha dalam rangka riset produk, tempat, kebutuhan karyawan,  pembuatan merek dan sistem, jaringan pemasaran dan lain-lain.

6) Terwaralaba mendapatkan jaminan suplai serta kekuatan dalam kegiatan promosi yang efisien.


b.      Kerugian bisnis waralaba

1) Walaupun usaha milik sendiri, kebijakan umumnya masih ditentukan oleh franchisor

2) Untuk membentuk sisitem yang baku, perlu proses yang birokratis

3) Kebijakan penjual peluang usaha tidak selalu disampaikan kepada pembeli peluang usaha secara kontinu

4)  Format bisnis waralaba cenderung ―mengekang‖ kreativitas dan ego franchise masih harus membeayar royalti fee kepada franchisor. Hal ini patut dipertimbangkan mengingat profit dari bisnis ritel yang relatif kecil


Penggolongan Franchise

Mengenal jenis-jenis franchise yang terdapat di dunia tentulah kita harus melihat penggolongan franchise menurut East Asian Executive Report. East AsianExecutive Report telah menggolongkan franchise dalam 3 golongan yakni sebagai berikut:

a.     Product franchise
 Franchise  jenis ini, seorang atau badan usaha penerima franchise  hanya bertindak mendistribusikan produk dari rekannya dengan pembatasan areal, seperti : pengecer bahan bakar Shell yang telah dibagi jaringan atau divisi wilayah pendistribusiannya.

b.    Processing franchisee or manufacturing franchise
 Franchise  jenis ini, seorang atau badan usaha pemberi franchise (franchisor) hanya memegang peranan memberi know-how, dari suatu proses produksi, seperti : Minuman ringan Coca Cola. 

c.     Business formal / system franchise
Franchise jenis ini, seorang atau badan usaha pemberi franchise (franchisor) sudah memiliki cara yang unik dalam menyajikan produk dalam satu paket kepada konsumen, seperti : Dunkin Donuts dan Kentucky Fried Chicken.

Dari penggolongan yang telah dikemukakan oleh East Asian Executive Report  tentang penggolongan franchise, ternyata terdapat adanya kesamaan dengan penggolongan yang dikemukakan oleh Bryce Webster. Bryce Webster mengemukakan 3 (tiga) bentuk franchise, yaitu sebagai berikut:

a.     Product franchising
  Product franchising  adalah suatu franchise  yang franchisornya memberikan lisensi kepada franchise  untuk menjual barang hasil produksinya, sedangkan franchise hanya  berfungsi sebagai distributor dari produk franchisor. Sering kali terjadi franchise diberi hak eksklusif untuk memasarkan produk tersebut di suatu wilayah tertentu. 

b.    Manufacturing franchises
  Manufacturing franchises  adalah suatu franchise  di mana franchisor memberikan resep atau rahasia dari suatu proses produksi. Franchise memasarkan barang-barang itu dengan standar produksi dan merek yang sama dengan yang dimiliki oleh franchisor. Bentuk franchise semacam ini banyak digunakan dalam produksi dan distribusi minuman soft drink.  

c.     Business format franchising
 Business format franchising  adalah suatu franchise  yang franchisenya mengoperasikan suatu kegiatan bisnis dengan memakai nama franchisor. Franchise  tetap diakui sebagai anggota kelompok yang berusaha dalam bisnis ini dan sebagai imbalan dari penggunaan nama franchisor, maka franchise  harus mengikuti metode-metode standar pengoperasian dan berada di bawah pengawasan franchisor  dalam hal bahan-bahan yang digunakan, pilihan tempat usaha, desain tempat usaha, jam penjualan, persyaratan karyawan.

Selain ketiga bentuk atau golongan franchise  yang juga berkembang di Indonesia, pada masa sekarang ini juga telah mulai berkembang suatu franchise jenis baru yang dikenal dengan group trading franchise, yang menunjuk pada pemberian hak toko grosir maupun pengecer, seperti yang telah dilakukan oleh toko Seven Eleven, Indomaret maupun Alfamart. Bahkan toko Indomart dapat dikatakan telah merajai perkembangan franchise  jenis ini.

Pengertian Waralaba

1.       Pengertian Waralaba (Franchise) Beberapa defenisi waralaba menurut berbagai sumber

a.       Secara harfiah, waralaba berarti ―hak untuk menjalankan usaha/bisnis di daerah yang telah di tentukan. Dalam bahasa Prancis waralaba bermakna kejujuran atau kebebasan. Dan Secara historis, definisi waralaba itu sendiri adalah sebagai penjualan khusus suatu produk disuatu daerah tertentu (seperti mesin jahit) dimana produsen memberikan pelatihan kepada perwakilan penjualan dan menyediakan produk informasi dan iklan, sementara ia mengontrol perwakilan yang menjual produk di daerah yang telah di tentukan.

b.      Menurut peraturan pemerintah RI no 16 tahun 1997 tanggal 18 juni 1997, pengertian waralaba (franchising) adalah suatu bentuk kerjasama dimana pewaralaba (franchisor) memberikan izin pada terwaralaba (franchisee) untuk menggunakan hak atas kekayaan intelektualnya, seperti nama, merek usaha dagang produk dan jasa serta operasi usahanya. Sebagai timbal baliknya , terwaralaba membayar suatu jumlah tertentu atas pemberian dan penggunaan hak atas kekayaan intelektual yang dimiliki oleh pewaralaba dalam kurun waktu tertentu.

c.       Menururt asosiasi franchise indonesia yang dimaksud dengan waralaba ialah suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, di mana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu / perusahaan utnuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur, dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.


d.      Menurut Ensiklopedia Ekonomi, keuangan, perdagangan, franchise adalah suatu persetujuan atau perjanjian antara leveransir dan pedagang eceran atau pedagang besar yang menyatakan bahwa yang tersebut pertama itu memberikan kepada yang tersebut terakhir itu suatu hak untuk memperdagangkan produknya dengan syarat-syarat yang disetujui oleh kedua belah pihak.

e.      Menurut Amir Karamoy waralaba adalah suatu pola kemitraan usaha natara perusahaan yang memiliki merek  dagang dikenal dan sistem menejemen , keunagan dan pemasaran yang telah mantap, disebut pewaralaba dengan perusahaan atau individuyang memanfaatkan atau menggunakan merek dan sistem milik pewaralaba disebut terwaralaba.


f.        Menurut Peraturan Meneteri Perdagangan No. 12/2006, warlaba (franchise) adalah perikatan antara pemberi waralaba dengan penerima waralaba dimana penerima waralaba diberikan hak untuk menjalankan usaha yang dimiliki pemberi waralaba dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pemberi waralaba dengan sejumlah kewajiban menyediakan dukungan konsultasi operasional yang berkesinambungan oleh pemberi waralaba kepada penerima waralaba.

Dari pengertian tersebut, secara sederhana dapat dipahami bahwa dalam suatu perjanjian waralaba, ada dua pihak yang terlibat, yaitu pemberi waralaba (franchisor) dan  penerima  waralaba  (franchisor).  Demikian  juga,  ada  dua  hal  yang  saling diperdagangkan‘, yaitu hak intelektual usaha dari si franchisor dan franchisee dan royalty  fee  dari  si  franchisee.

Minggu, 05 November 2017

Karakteristik Demografi, Sosial dan Ekonomi


Demografi akan menggambarkan karakteristik suatu penduduk. Beberapa karakteristik demografi yang sangat penting untuk memahami konsumen konsumen adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, pendapatan, jenis keluarga, status pernikahan, lokasi geografi, dan kelas sosial. Dengan memahami karakteristik demografi, sosial dan ekonomi pemasar dapat menentukan segmentasi pasar dan promosi. Di bawah ini beberapa contoh produk (barang dan jasa) yang ditawarkan kepada konsumen, dan akan mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan membeli

3. Keluarga
Keluarga dapat diartikan sebagai suatu unit masyarakat yang terkecil yang perilakunya sangat mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan keputusan membeli suatu produk (barang dan jasa). Dalam menganalisis perilaku konsumen, faktor keluarga dapat berperan sebagai berikut :
a.       Siapa pengambil inisiatif, yaitu siapa yang mempunyai inisiatif membeli, tetapi tidak melakukan proses pembelian. Apakah tokoh ayah, ibu, kakek atau nenek?
b.      Siapa pemberi pengaruh, yaitu siapa yang mempengaruhi keptusan membeli. Apakah tokoh ayah, ibu, anak, kakek atau nenek?
c.        Siapa pengambil keputusan, yaitu siapa yang menentukan keputusan apa yang dibeli, bagaimana cara membelinya, kapan dan dimana tempat membeli. Apakah tokoh ayah atau ibu?
d.      Siapa yang melakukan pembelian, yaitu siapa diantara keluarga yang akan melakukan proses pembelian. Apakah tokoh ibu atau anak?
e.      Pemakai, yaitu siapa yang akan menggunakan produk yang dibeli, apakah ayah, ibu, anak, kakek, nenek?

Para pemasar perlu memahami bagaimana peranan anggota keluarga dalam pengambilan keputusan membeli suatu produk. Memahami siapa yang berperan dalam pengambilan keputusan membeli suatu produk sangat bermanfaat dalam menyusun strtategi pemasaran untuk menentukan target pasar dari produk tersebut. Berikut adalah contoh-contoh strategi pemasaran yang membawa pesan keluarga.

4. Kelompok Acuan
Kelompok acuan (refrence group) adalah seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang. Kelompok acuan digunakan oleh seseorang sebagai dasar untuk perbandingannya atau sebuah referensi dalam membentuk respon afektif, kognitif, dan perilaku, serta  akan memberikan standard dan nilai yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam pemasaran kelompok acuan adalah kelompok yang berfungsi sebagai referensi bagi seseorang dalam keputusan pembelian dan konsumsi.

5. Jenis-Jenis Kelompok
Acuan Sumarwan(2003,p.253) menggolongkan kelompok referensi (acuan) berdasarkan posisi dan fungsinya, terdiri dari :

b) Kelompok Formal
 yaitu kelompok yang memiliki struktur organisasi secara tertulis dan keanggotaannya terdaftar secara resmi. Contohnya, Serikat Pekerja Indonesia, Universitas dll.

 c) Kelompok Informal
yaitu kelompok yang tidak memiliki struktur organisasi secara tertulis dan keanggotaannya tidak terdaftar secara resmi. Contohnya, kelompok bermain futsal, kelompok arisan dll.

d) Kelompok Aspirasi
yaitu kelompok yang memperlihatkan keinginan untuk mengikuti norma,nilai,maupun perilaku dari orang lain yang dijadikan kelompok acuan. Anggota kelompok aspirasi tidak harus menjadi anggota dalam kelompok referensinya, atau antar anggota aspirasi tidak harus menjadi anggota kelompok referensinya dan saling berkomunikasi. Contoh, anak-anak muda yang mengikuti gaya berpakaian para selebriti Korea atau Amerika.

e) Kelompok Disosiasi yaitu seseorang atau kelompok yang berusaha menghindari asosiasi dengan kelompok referensi. Terdapat lima jenis kelompok acuan serta karakteristiknya (Peter, J. Paul and Olson, Jerry C., 2005; Hawkins, Del I., 2004) :

Tiga Macam Pengaruh Kelompok Acuan Kelompok acuan yang telah disebutkan di atas dapat memberikan tiga jenis pengaruh, antara lain :

a) Pengaruh informasional (informational influence) Hal ini terjadi ketika seseorang atau individu meniru perilaku dan pendapat dari anggota suatu kelompok acuan yang memberikan informasi yang berguna. Informasi ini dapat disajikan secara verbal maupun melalui demonstrasi langsung.

b) Pengaruh normatif (normative influence atau sering disebut juga utilitarian influence) Pengaruh ini terjadi jika individu mengikuti ketentuan kelompok acuan dengan tujuan untuk memperoleh imbalan atau menghindari hukuman.

c) Pengaruh ekspektasi-nilai (value expressive influence) Hal ini terjadi ketika individu merasa turut memiliki dan membentuk nilai dan norma dari suatu kelompok. Beberapa Kelompok Acuan yang Terkait dengan Konsumen

(1) Kelompok Persahabatan
 Konsumen membutuhkan teman dan sahabat. Teman atau sahabat bagi seorang konsumen akan memenuhi beberapa kebutuhan konsumen. Para pemasar telah memahami bagaimana pentingnya pengaruh persahabatan terhadap konsumen. Para penjual jasa asuransi sering menggunakan konsep persahabatan dalam menjual jasa tersebut. Di bawah ini ada beberapa contoh iklan produk yang menggunakan konsep persahabatan.

(2) Kelompok Belanja
Kelompok belanja adalah dua atau lebih orang konsumen yang berbelanja bersama pada waktu yang sama. Kelompok belanja ini bisa merupakan kelompok persahabatan atau keluarga, namun bisa juga orang lain yang yang bertemu di toko untuk membeli produk bersama. Di bawah ini beberapa contoh kelompok belanja.

(3) Kelompok Kerja
Kelompok yang telah bekerja akan menghabiskan waktu 35 sampai 40 jam di di tempat kerja. Ia akan berinteraksi dengan teman-temannya skerjanya. Interaksi yang sering dan intensif memungkinkan teman-teman sebagai kelompok kerja mempengaruhi perilaku konsumsi dan pengambilan keputusan konsumen dalam membeli produk dan jasa, dan pemilihan merek.

(4) Kelompok atau Masyarakat maya
 Konsumen yang menjadi anggota kelompok maya atau internet tentu akan sering mengakses informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan dalam pemilihan dan pembelian produk. Masyarakat internet memberikan pengaruh besar kepada pengambilan keputusan konsumen.

(5) Kelompok Pegiat Konsumen
Konsumen yang kecewa dalam pembelian produk dan jasa, akan melakukan beberapa tindakan, sperti :
·         Diam dan kesal
·         Menyampaikan kekecewaannya kepada teman
·         Berkirim surat dan mengeluh kepada kabar atau majalah
·         Mengadu ke lembaga perlindungan konsumen
Tindakan tersebut merupakan bentuk tindakan protes dari konsumen, sehingga mereka memerlukan kelompok yang bisa membantunya ketika di rugikan oleh produsen.

(6) Beberapa Kelompok Acuan yang Digunakan dalam Komunikasi Pemasaran

(a) Selebriti
Kelompok selebriti adalah para atis film, sinetron, penyanyi, musisi, pelawak, dan semua orang-orang terkenal yang bergerak di bidang hiburan, atau para pemain olah raga, politikus, pejabat pemerintah, para pakar pengamat ekonomi, sosial, dan politik.  Dalam mempromosikan suatu produk, para selebriti bisa berfungsi untuk :
·         Memberikan kesaksian
·         Memberikan dorongan dan penguatan
·         Bertindak sebagai aktor dalam iklan
·         Bertindak sebagai juru bicara perusahaan

(b) Ahli atau Pakar
Perusahaan sering menggunakan para ahli untuk mengiklankan produknya yang relevan. Para digunakan untuk membantu konsumen dalam mengevaluasi produk dan jasa. Para ahli diharapkan dapat member keyakinan kepada konsumen mengenai produk dan jasa yang diiklankan tersebut.

(c) Orang Biasa
Perusahaan yang menampilkan atau menggunakan konsumen yang puas terhadap produknya dalam iklan disebut sebagai penggunaan orang biasa. Dengan menggunakan konsumen biasa perusahaan berusaha menampilkan sustu situasi yang alamiah kepada konsumen potensial bahwa seseorang seperti mereka telah menggunakan produk dan merasa puas terhadap produk tersebut.

(d) Para eksekutif dan Karyawan
 Para eksekutif sering dipakai untuk mempromosikan produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan yang dipimpinnya. Hal ini dilakukan agar konsumen lebih percaya kepada produk dan jasa yag ditawarkan tersebut. Contoh iklan yang menggunakan para eksekutifnya sebagai bintang iklan.

(4) Karakter Dagang atau Juru Bicara
 Karakter dagang atau karakter juru bicara adalah symbol dari perusahaan yang digunakan dalam komunikasi pemasaran. Contoh perusahaan yang menggunakan karakter dagang atau juru bicara.

(5) Penguatan Lainnya sebagai Kelompok Acuan
Para pemasar sering memasang suatu simbol atau tanda persetujuan  dari sebuah lembaga pada kemasan produknya atau iklan produknya. Simbol atau tanda tersebut memberikan jaminan akan standard an kualitas produk yang diakui oleh lembaga yang berwenang memberikan jaminan tersebut.

(6) Lingkungan dan situasi Konsumen

(a) Lingkungan konsumen
Berdasarkan kedekatannya dengan konsumen, lingkungan konsumen terbagi ke dalam lingkungan mikro dan makro. Lingkungan mikro adalah lingkungan yang sangat dekat dengan konsumen. Sedangkan lingkungan makro adalah lingkungan yang jauh dari konsumen. Lingkungan konsumen memiliki dimensi yang luas, karena itu sangatlah sulit untuk mengidentifikasi faktor lingkungan mana yang paling kuat dalam mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen. (

b) Situasi Konsumen Situasi
konsumen merupakan perilaku disebuah lingkungan untuk mencapai tujuan.  Mowen dan Minor (1998) mengemukakan bahwa situasi konsumen adalah faktor lingkungan sementara yang menyebabkan suatu situasi dimana perilaku konsumen muncul pada waktu tertentu dan tempat tertentu.

(c) Situasi Komunikasi

Situasi komunikasi terdiri dari tiga macam, yaitu :
1.       Situasi komunikasi (pencarian informasi)
Situasi komunikasi adalah suasana dimana konsumen memperoleh informasi  atau melakukan komunikasi.

2.       Situasi pembelian (mengunjungi toko dan belanja)
Situasi pembelian adalah yang dialami atau dihadapi konsumen ketika membeli produk dan jasa. Misalnya ketika konsumen berada di bandara atau daerah pariwisata, ia mungkin akan bersedia membayar sekaleng coca cola berapa saja harganya ketika haus.

3.       Situasi pemakaian (konsumsi dan pembuangan produk)
 Situasi pemakaian atau penggunaan produk dan jasa, yaitu situasi atau suasana ketika konsumsi terjadi.  Para produsen sering menggunakan konsep situasi pemakaian dalam memasarkan produkproduknya. Produk sering diposisikan sebagai produk untuk digunakan pada situasi pemakaian tertentu.

(7) Teknologi
Teknologi dalam bentuk perangkat keras dan lunak telah berkembang dengan pesat dan peralatan atau perangkat teknologi tersebut  telah tersedia di pasar dengan harga terjangkau oleh sebagian besar konsumen. Perangkat atau peralatan teknologi yang dimiliki dan digunakan seorang konsumen akan mempengaruhi sikap dan perilakunya

PEMASARAN DAN PERILAKU KONSUMEN

Pemasaran adalah suatu proses bagaimana mengidentifikasi kebutuhan konsumen, kemudian memproduksi barang atau jasa yang dibutuhkan konsumen tersebut dan meyakinkan konsumen bahwa mereka membutuhkan barang atau jasa tersebut, sehingga terjadi transaksi atau pertukaran antara produsen dengan konsumen. Pertukaran atau transaksi tersebut menyebabkan konsumen mendapatkan barang dan jasa yang dapat memberikan manfaat kepada mereka, dan konsumen memberikan sejumlah imbalan dalam bentuk uang atau lainnya kepada produsen.

Konsep pemasaran adalah suatu konsep bisnis yang menekankan bahwa strategi pemasaran yang berhasil adalah strategi yang dibangun berdasarkan kepada pemahaman yang lebih baik dari perilaku konsumen. Pemahaman yang baik kepada perilaku konsumen akan membantu para manajer pemasaran untuk melakukan hal-hal berikut :

1.       Analisis lingkungan
Para manajer dapat mengevaluasi faktor kekuatan luar yang berpengaruh terhadap perusahaan dan pelanggannya, serta yang menciptakan tantangan dan peluang. Faktor yang harus diamati dan dievaluasi adalah sebagai berikut :
a) Demografi
 b) Ekonomi
c) Alam
d) Teknologi
e) Politik
f) Budaya
 g) Riset pasar
Para manajer dapat mengumpulkan data dan informasi, membeli , mengkosumsi, dan melakukan keputusan dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Data tersebut dibutuhkan oleh manajemen perusahaan agar dapat menyusun strategi pemasaran dengan baik.

2.       Segmentasi
Segmentasi adalah pengelompokan pasar atau konsumen berdasarkan kesamaan karakteristik tertentu, misalnya berdasarkan kesamaan kebutuhan barang dan jasa. Kelompok konsumen atau segmen tersebut dapat dipilih oleh produsen untuk dijadikan sasaran atau target penjualan produknya. Perusahaan atau produsen dapat saja menjadikan semua segmen yang ada sebagai sasarannya dengan cara merancang bauran pemasaran yang berbeda yang dapat mencapai semua segmen yang ada. Dasar untuk melakukan segmentasi adalah :
a)      Karakteristik konsumen
·      Demografi
·      Perilaku konsumen
·      Profil psikografik
·      Karakteristik personal

b)      Situasi
·      Defenisi tugas
·      Waktu
·      Lingkungan fisik
·      Lingkungan sosial

c)       Geografis
·    Batas negara
·    Wilayah
·    Batas provinsi

d)      Budaya
·         Norma, nilai, adat, dan kebiasaan
·         Sub-kultur

3.       Positioning
Positioning adalah menciptakan membangun persepsi mengenai karakteristik atau citra suatu produk atau merek dibandingkan dengan produk dan merek pesaing. Positioning merek yang berhasil adalah ketika konsumen memiliki persepsi atau citra merek sesuai dengan yang diinginkan produsen. Positioning sangat terkait dengan tindakan diferensiasi yaitu merancang barang dan jasa yang memiliki fitur atau karakteristik yang berbeda dengan produk pesaing. Diferensiasi menjadi dasar untuk melakukan positioning. Pemahaman yang baik terhadap perilaku konsumen akan memudahkan para manajer pemasaran untuk mempengaruhi persepsi konsumen, sehingga mereka memiliki persepsi terhadap produk sesuai dengan rancangan positioning yang diinginkan perusahaan.

4.       Bauran pemasaran

Bauran pemasaran atau marketing mix adalah sejumlah alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan pemasarannya. Alat pemasaran yang sangat popular dibagi ke dalam empat kelompok yang dikenal dengan nama produk (product), harga (price), distirbusi (place), dan promosi (promotion). Alat pemasaran untuk jasa dikenal dengan sebutan 7P (4P = 3P) atau 4P yang diperluas ke 3P itu adalah orang-orang (people), proses (process), dan bukti (proof). Pemahaman yang baik mengenai perilaku konsumen dapat membantu para pemasar dan para manajer pemasaran dapat merancang bauran pemasaran dengan lebih baik. Semua unsure bauran pemasaran harus dirancang berdasarkan kebutuhan konsumen.

Cara Melayani Tipe Konsumen


Sebagai tenaga penjualan, tentu kita akan memberikan perhatian khusus untuk pelayanan pelanggan karena pelanggan ibarat seorang raja. Pelayanan yang masksimal saja belum tentu menghasilkan penjualan, apalagi pelayanan yang seadanya. Ada berbagai karakter pelanggan dengan berbagai keunikan yang akan kita temui. Lalu bagaimana cara mengenali pelanggan sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal dan produktif? Dan bagaimana mengetahui tipe-tipe konsumen lain disamping tipe konsumen menurut Ernerst Kretschmer dan Johnstone.

Biasanya sebelum melakukan pendekatan kepada calon konsumen, seorang penjual  akan menjelaskan hal-hal yang umum seperti memperkenalkan diri dan produk yang akan ditawarkan. Kita bisa melakukannya sekitar 2-3 menit. Waktu tersebut kita gunakan untuk menentukan tipe konsumen dan menilai apakah calon konsumen tersebut termasuk kategori sangat prospek, semi prospek atau tidak prospek. Sebaiknya kita sering mengikuti pelatihan penjualan sehingga kemampuan praktik kita dilengkapi dengan ilmu pengetahuan yang memadai.

Setelah kita belajar menentukan konsumen, maka kita sudah harus bisa mengambil sikap dan tindakan untuk melayani konsumen sesuai dengan tipe-tipe konsumen. Berikut ini adalah tipe-tipe konsumen dan cara melayaninya:

a.       Pendiam
 Konsumen tipe ini biasanya tidak banyak bicara.Jika tidak mendapatkan pancingan dari lawan bicaranya maka mereka tidak akan berbicara. Less talk more action, mungkin itulah semboyan konsumen tipe ini. Konsumen tipe ini biasanya jaringan pertemanannya terbatas karena mereka jarang bergaul. Namun jika mereka memiliki teman, mereka sangat dekat sehingga setiap ucapannya akan selalu dipercaya. Dan jika sudah sekali percaya, mereka akan terus mempercayainya sampai kapan pun. Sifat ini akan menguntungkan bagi tenaga penjualan, sebab referensi dari si pendiam dapat sangat diandalkan.
Langkah-langkah komunikasi ketika berhadapan dengan konsumen tipe ini adalah:
 1) Kita sebagai marketer  harus menyiapkan mental untuk lebih banyak bicara daripada mendengar.
 2) Memulai pembicaraan dengan hal-hal yang ringan dan tidak perlu membicarakan sesuatu yang berat dengannya, apalagi langsung ke urusan penjualan. Anda bisa memulainya dengan membicarakan hobi, keluarga dan sebagainya.

b.      Cerewet
 Meski tidak memancingnya Konsumen tipe ini sangat aktif bicara. Bahkan tidak jarang mereka terlihat mengenal dan dekat dengan kita . Mereka sangat mudah diajak berbicara dengan gaya yang santai dan akrab. Terkadang pembicaraan mereka juga berlebihan, tapi itulah tipe konsumen cerewet.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk berkomunikasi dengan tipe ini yaitu:
1) Coba untuk menjadi pendengar dan biarkan konsumen berbicara.
2) Ikuti alur mereka sampai pada tahap tertentu. Kemudian belokkan alur pembicaraan sesuai keinginan kita sebagai marketer.
3) Jangan ragu mengatakan, “Bolehkah saya berbicara sekarang?”

c.       Arogan
 Arogan merupakan salah satu tipe konsumen yang sulit menerima pendapat orang lain dan selalu menganggap pendapatnyalah yang paling benar. Jika kita tidak mengenal karakter ini, jangan menyalahkan diri kita jika presentasi selalu gagal. Konsumen arogan merasa tahu segala hal, termasuk produk kita sekalipun. Dan dalam menghadapinya, Anda harus sabar dan tidak boleh tersinggung sama sekali.
Cara menghadapi konsumen seperti ini adalah:
 1) Beri mereka kesempatan untuk memahami produk Anda sesuai keinginannya. Anda bisa memberikan informasi mengenai produk Anda lewat brosur atau melihat produk sendiri.
 2) Jangan coba-coba menganggu “kesendiriannya” jika tidak ingin mendapatkan cacian.
3) Anda hanya bisa bertanya, “Apakah Anda sudah jelas tentang produk kami?” atau pertanyaan lain yang sejenis.
 4) Tipe seperti ini sangat senang dipuji. Oleh karena itu pujilah mereka dengan sopan dan proporsional.

d.      Sombong
 Sebagai seorang marketer kita harus mengetahui perbedaan sombong dengan arogan? Dalam konteks ini, tipe sombong dimaknai sebagai seseorang yang terlalu bangga dengan dirinya dan suka banyak berbicara dan sering kali memamerkan kemampuannya dan apa yang dimiliki. Padahal yang dikatakan mereka belum tentu benar. Bagi penjual, tipe seperti ini adalah konsumen yang paling mudah dipengaruhi.
Berikut ini yang harus Anda lakukan untuk tipe seperti ini agar mudah menghadapinya:
1) Biarkan mereka bicara sesuka hatinya
 2) Memberi kesan seolah-olah Anda menyetujui semua pendapat mereka. Misalnya dengan mengatakan “Anda benar”, “Saya setuju dengan Anda”, dan pernyataan lain sejenisnya.
3) Sampaikan manfaat dan fungsi setiap produk kepada konsumen
4) Misalnya, jika konsumen Andamemiliki banyak perhiasan, berikan pujian tentang hal itu.
5) Rayu konsumen Anda untuk menggunakan produk Anda berdasarkan pembicaraan merekasendiri. Contoh pernyataan, “Jika mampu membeli barang mewah seperti yang telah Anda ceritakan, Anda pasti bersediamembeli produk kami”.

e.      Hemat
 Orang hemat adalah orang yang terlalu memperhitungkan untung rugi dan memanfaatkan setiap hal yang akan dibelinya. Konsumen ini memang harus memperhitungkan seberapa besar manfaat yang akan diperoleh jika membeli sesuatu. Namun, tipe hemat cenderung berlebihan. Mereka sangat detail dan tidak akan melewatkan satu pun perhitungannya.
 Trik untuk menghadapinya yaitu:
1) Siapkan data hitung-hitungan setia produk secara lengkap
2) Sampaikan manfaat dan fungsi setiap produk kepada konsumen
3) Jangan pernah mengabaikan perhitungan produk, bahkan perhitungan paling sepele sekali pun.
4) Jangan pernah mengabaikan manfaat dan fungsi produk, bahkan manfaat yang paling minor sekali pun

f. Pembanding
Tipe pembanding adalah konsumen yang sangat paham akan produk yang di tawarkan. Bisa jadi konsumen tipe ini justru lebih menguasai produk kita  bahkan produk kompetitor, untuk itu kita harus menguasai produk sendiri dan produk pesaing dalam menghadapi konsumen bertipe pembanding. Tipe pembanding akan selalu membandingkan produk-produk kita dengan produk kompetitor. Bisa saja kita terperosok ke dalam jebakan perbandingannya. Pastinya setiap penjual selalu mengunggulkan kualitas produk sendiri dan merendahkan produk pihak lain. Jika kita tidak menguasai produk yang akan ditawarkan , mungkin saja kita akan mati kutu ketika berhadapan dengan mereka.
Trik untuk menghadapinya yaitu:
(1) Kuasai produk semaksimal mungkin dan ilmu presentasi agar mampu meyakinkan tipe pembanding.
 (2) Pelajari produk-produk sejenis kompetitor
 (3) Jangan pernah bersedia masuk ke dalam jebakan membanding-bandingkan produk tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan.
(4) Untuk menghadapi tipe ini, jika kita belum paham betul, sebaiknya mengajak serta rekan kerja senior.


KARAKTER KONSUMEN


Perilaku dalam hal ini adalah perilaku seseorang, pelanggan (konsumen), erat kaitannya dengan watak, asal daerah (suku bangsa), tingkat pendidikan, taraf hidup orang atau pelanggan tersebut. Oleh karena itu, dalam mengamati perilaku pelanggan tentunya kita tidak akan meyamaratakan satu sama lain.

 Perbedaan orang-orang tersebut a dari akan terlihat jelas dari bagaimana ia berbicara, melakukan komunikasi, mengemukakan pendapat dan bertindak. Oleh karena itu, petugas pelayanan dituntut untuk betul-betul memahami perilaku pelanggan dengan membuka diri dan banyak berkomunikasi dengan pelanggan, belajar dan banyak membaca buku-buku pengetahuan mengenai ilmu perilaku. Dengan demikian, para petugas pelayanan akan banyak memperoleh bahan-bahan masukan yang sangat berguna sebagai bekal memahami perilaku dan keinginan pelanggan.

 Sebagai pemasar atau marketer, kita harus mengenali dan memahami perilaku konsumen. Dengan mengenali pelanggan kita bisa melihat kebutuhan mereka dan hal-hal yang harus kita perhatikan adalah bagaimana tipe orang tersebut sehingga kita mudah melayani mereka.

1.       Tipe-tipe Konsumen Menurut Ernerst Kretschmer
Dalam hubungannya dengan perilaku konsumen, Ernest Kretschmer mengkategorikan tipetipe konsumen sebagai berikut :

a)      Tipe Piknis
 Tipe Piknis pada umunya mempunyai bentuk badan bulan, anggota badan umumnya agak pendek, dan wajahnya bulat lebar. Karakter tipe ini menunukkan sifat peramah, suka berbicara, tenang, suka humor, ada pula yang sifatnya pendiam, baik hati, serta bersifat praktis energik. Cara menghadapi atau melayani konsumen dengan tipe ini :
(1) Perhatikan suasana hatinya, dan usahakan untuk berbincang jika ia menghendakinya.
 (2) Lakukan percakapan yang menarik, ramah, dan sedikit humor.
 (3) Jangan mengadakan debat kusir karena mereka pada umumnya pandai bersilat lidah.
(4) Untuk tipe piknis yang pendiam, sebaiknya diberi perhatian, dengan mengucapkan, misalnya: “Ada yang perlu dibantu, Ibu?”
 (5) jika mereka menunjukkan perilakutertentu yang kurang pantas didengar, janganlah dipersoalkan karena mereka suka guyon atau humor.

b) Tipe Leptosom
Untuk tipe Leptosom, Bentuk tubuh agak kecil dan lemah, bahu tampak kecil, leher dan anggota badan menunjukkan kesan kurus panjang. Karakter leptosom menunjukkan orang yang angkuh, orang idealis. Cara menghadapi atau melayani:
(1) Hormatilah mereka seperti seorang raja yang harus siap dilayani.
 (2) Bersikaplah sabar, hormat, dan bijaksana, dan menurutnya.
(3) Jangan menegur mereka dengan cara yang kurang enak, tetapi sapalah mereka dengan sikap hormat, tunduk kepada mereka.

b)      Tipe Atletis
Sedangkan untuk tipe Atletis bentuk badan kokoh, pundak tampak lebar, dan pinggul berisi. Anggota badannya cukup panjang, badan berotot dan kekar. Wajahnya bulat telur atau lonjong. Karakternya menunjukkan sikap banyak gerak, tetapi penampilannya kalem, jarang humor, dan mempunyai sifat tidak lekas percaya dan kaku.
(1) Cara menghadapi atau melayani :
(2) Hindari berdiskusi atau berdebat kusir.
 (3) Berilah kesan seolah-olah mereka orang yang pandai.
(4) Bersabarlah dan jangan menunjukkan sikap terburu-buru kepada mereka.
 (5) Sebaiknya, jika ada pertanyaan yang mereka kemukakan, hendaknya dijawab dengan penjelasan yang sistematis dan, kalau memungkinkan, dengan alat peragaan. Karena mereka umumnya tidak cepat percaya.
 (6) Hindarilah sikap yang mengecewakan mereka, terutama jika mereka tidak jadi membeli barang.

2.       Tipe-tipe Konsumen Menurut Johnstone
Johnstone mengkategorikan konsumen sebagai konsumen pria, konsumen wanita, konsumen remaja, konsumen lanjut usia, konsumen pendiam, konsumen suka berbicara, konsumen penggugup, konsumen ragu-ragu, kosnumen pembantah, konsumen pendatang, konsumen sadar, konsumen curiga, konsumen angkuh, dan konsumen lainnya.

a.       Pembeli Pria
Ciri-cirinya:
1) Mudah terpengaruh oleh bujukan penjual.
2) Sering tertipu karena tidak sabaran untuk memilih dulu sebelum membeli.
 3) Punya perasaan kurang enak jika memasuki toko tanpa membeli sesuatu.
4) Kurang begitu berminat untuk berbelanja sehingga sering terburu-buru mengambil keputusan pembelian.
 5) Mudah terpengaruh olrh nasihat yang baik, argumentasi yang objektif.

b. Wanita
 Ciri-cirinya:
 1) Tidak mudah terbawa arus atau bujukan penjual.
2) Lebih bayak tertarik pada warna dan bentuk, bukan pada kegunaannya, karena wanita lebih perasaan daripada pria.
3) Juga lebih banyak tertarik pada gejala mode, terutama pada remaja putrid, dan bahkan belakangan ini remaja putra pumn mulai tertarik.
4) Mementingkan status sosial, wanita jauh lebih peka.
 5) Menyenangi hal-hal yang romantis daripada objektif.
 6) Mudah meminta pandangan, pendapat, atau pun nasihat dari orang lain.
 7) Kurang begitu tertarik pada hal-hal teknis dari barang yang akan dibelinya.
 8) Senang berbelanja, sehingga sering kali sukar untuk cepat menentukan barang mana yang akan dibelinya.
 9) Cepat merasakan suasana toko.

c. Remaja
 Ciri-cirinya:
 1) Remaja amat mudah terpengaruh oleh bujukan penjual.
2) Mudah terbujuk iklan.
 3) Tidak berpikir hemat.
4) kurang realistis, romantis, dan impulsive.

d. Lanjut usia
Ciri-cirinya :
1) Umumnya kelompok ini memiliki pola berpikir yang sesuai dengan pengalaman hidupnya. Seringkali menampakkan tingkah laku seolah-olah mereka adalah terpandai, penjual sering dianggap anak kecil yang tidak mengetahui apa pun.
 2) Tidak bisa mengikuti perputaran jaman, sehingga seringkali menanyakan barangbarang yang sudah tidak diproduksi lagi.
3) Tidak terburu-buru dalam mebeli barang, bahkan senang berbincang dulu dengan penjual.
4) Kehidupan sekarang dirasakannya amat tidak menyenangkan.
 5) Bersikap tenang dan ramah, terutama kaum wanitanya cenderung menunjukkan rasa keibuannya kepada yang lebih muda.

e. Pendiam
Ini merupakan tipe pelanggan yang paling sulit dihadapi sebab penjual tidak punya pegangan untuk dapat mulai mencoba mengadakan percakapan. Hal ini biasanya disebabkan oleh
1) Adanya rasa malu sehingga pembeli tidak memiliki keberanian untuk menyatakan pendapatnya dengan jelas. Kesukaran yang demikian tidak terdapat pada anak kecil saja, tetapi pada orang dewasa juga.
2) Adakalanya pembeli tidak mau atau segan berbicara karena memikirkan sesuatu, mungkin sedang berpikir tentang untung ruginya jika ia membeli barang ini, atau sedang memikirkan harganya. Biasanya langganan yang demikian adalah orang yang mengetahui betul apa-apa yang diinginkannya.
3) Biasanya, jika pembeli tidak dapat memusatkan pikirannya pada suatu barang, sering dapat menunjukan kesan gugup, ia mencoba untuk mencari sesuatu yang ia sendiri tidak tahu sehingga sebelum pelayanan selesai menerangkan suatu produk, perhatian pelanggan sudah beralih lagi pada produk lain tanpa ia dapat memberikan komentar terlebih dahulu.

 4) Kurang kemampuan berbicara yang mungkin dapat disebabkan oleh adanya kerusakan organis ataupun kelainan psikis. 

FAKTOR LINGKUNGAN KONSUMEN


1.       Budaya

Tujuan dari pemasaran adalah untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan secara lebih baik dari pada pesaing. Perilaku konsumen merupakan studi tentang cara individu, kelompok, organisasi dalam menyeleksi, membeli, menggunakan, dan mendisposisikan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.

Studi konsumen memberikan petunjuk untuk memperbaiki dan memperkenalkan produk atau jasa, menetapkan harga, perencanaan saluran, menyusun pesan, dan mengembangkan kegiatan pemasaran lain termasuk dalam mengetahui perilaku konsumen. Pemasar harus sepenuhnya memahami teori maupun realitas perilaku konsumen, mencakup beberapa fakta penting tentang konsumen dan tren konsumen masa depan, seperti PT. Toyota-Astra Motor dengan mulai menganalisa pasar dengan perencanaan tren mobil keluarga ideal terbaik Indonesia.


Perilaku pembelian konsumen sebenarnya di pengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Sedangkan faktor yang paling berpengaruh dan paling luas dan paling dalam adalah faktor budaya. 


Berikut beberapa defenisi budaya menurut beberapa ahli :

a)      Menurut Koentjaraningrat
 Budaya adalah suatu sistem gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar.

b)      Menurut E.B. Taylor
Budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari manusia sebagai anggota masyarakat.

c)       Menurut Linton
Budaya adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu.

d)      Kluckhohn dan Kelly
Budaya adalah semua rancangan hidup yang tercipta secara historis, baik yang eksplisit maupun implisit, rasional, irasional, yang ada pada suatu waktu, sebagai pedoman yang potensial untuk perilaku manusia.

Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa budaya adalah segala nilai, pemikiran, dan simbol yang mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan masyarakat. Rumah, kendaraan, peralatan elektronik, dan pakaian adalah contoh-contoh produk yang bisa dianggap sebagai budaya masyarakat.

Produk dan jasa memainkan peranan yang yang sangat penting dalam mempengaruhi budaya, karena produk mampu membawa pesan makna budaya. Makna budaya adalah nilai-nilai, norma-norma, dan kepercayaan yang dikomunikasikan secara simbolik. Makna budaya akan dipindahkan ke produk dan jasa, dan produk kemudian dipindahkan ke konsumen.

Produk, swalayan, pusat belanja, merek dan kemasan sering menggambarkan makna budaya atau simbolik. Makna budaya yang telah melekat kepada produk akan dipindahkan kepada konsumen dalam bentuk pemilikan produk, pertukaran, pemakaian, dan pembuangan. Proses komunikasi makna budaya.

a)      Budaya Populer

Masyarakat modern yang hidup di semua negara memiliki kesamaan budaya, yaitu budaya popular. Budaya popular dapat diperoleh dan dibeli dengan mudah, dan akan mempengaruhi perilaku konsumen. Yang termasuk ke dalam jenis budaya popular adalah :
1)      Iklan
2)      Televisi
Televisi telah menjadi media yang sangat banyak menciptakan budaya popular, dan banyak digunakan oleh para produsen dalam menyampaikan iklan.
3) Musik
4) Radio
5) Komputer
6) Pakaian dan asesoris
7) Permainan
8) Film
Film telah mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia bahkan masyarakat dunia. Hampir setiap hari dan malam, semua statsiun televisi menayangkan beragam film baik untuk orang dewasa, anak-anak maupun remaja.

b)      Budaya dan Strategi Pemasaran
Pemahaman tentang budaya suatu masyarakat dan bangsa akan memberikan inspirasi mengenai produk yang dibutuhkan oleh konsumen. Selama berabad-abad bangsa Indonesia telah memiliki budaya untuk menggunakan tumbuh-tumbuhan lokal untuk merawat kecantikan, menjaga kebugaran tubuh dan menyembuhkan berbagai penyakit.
 Beberapa orang yang memiliki insting bisnis memanfaatkan pengetahuan budaya tersebut untuk membuat produk-produk obat tradisional atau yang dikenal sebagai jamu. Beberapa strategi pemasaran bisa dilakukan berkenaan dengan pemahaman budaya suatu masyarakat.
Dengan memahami budaya suatu masyarakat, pemasar dapat merencanakan stretegi pemasaran sebagai berikut :

(1)    Menciptakan ragam produk
Beragamnya budaya dalam berbagai masyarakat bagi pemasar seharusnya menjadi peluang yang sangat baik. Contoh: budaya mudik lebaran, yaitu membutuhkan banyak sekali barang-barang yang diperlukan oleh para pemudik dari pakaian baru, sajadah, sarung, kue dan lain sebagainya

(2)    Segmentasi pasar
Ritual budaya yang dijalankan oleh suatu masyarakat merupakan satu segmen pasar tersendiri.misalnya saja ritual budaya ulang tahun, dimana pemasar dapat menciptakan produk-produk yang khusus yang biasa dipakai dalam acara ulang tahun tersebut

(3)    Promosi Strategi
 promosi dapat difokuskan pada segmen sasaran saja agar efektif dan efesien. Namun demikian, pemahaman budaya juga bisa dijadikan dasar untuk memosisikan produk melalui iklan. Iklan dirancang sedemikian rupa, sehingga isinya memosisikan produk untuk ritual budaya-budaya tertentu.