Senin, 26 November 2018

Minat Beli


Pengertian
Menurut Mowen (1995), minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian. Sedangkan Kinnear dan Taylor (1995) dalam Dwityanti (2008) mendefinisikan minat beli sebagai tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Minat beli dianggap sebagai pengukuran kemungkinan konsumen membeli produk tertentu, dimana tingginya minat beli akan berdampak pada kemungkinan yang cukup besar dalam terjadinya keputusan pembelian (Shiffman Kanuk, 2009).

Tahapan Minat Beli
Henry Assel membagi kedalam dua tahapan minat beli, yaitu :
1.      Purchase
Di dalam suatu proses keputuan pembelian yang kompleks jeda waktu antara minat beli dan keputusan pembelian akan mempunyai jangka waktu yang lebih lama.
2.      No Purchase
Ketika konsumen memilii minat beli terdapat kemungkinan konsumen menunda memakai atau tidak jadi memakai merek tersebut dikarenakan oleh outside constraints (pengaruh dari luar).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli
Menurut Kotler dan Susanto (2001), minat beli merupakan bagian dari perilaku membeli sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli kurang lebih sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku membeli. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli yaitu:
A.    Faktor-faktor Kebudayaan
1.      Budaya
Faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Jika makhluk yang lebih rendah perilakunya sebagian besar diatur oleh naluri, maka  perilaku manusia sebagian besar adalah dipelajari.
2.      Sub Budaya
Mempunyai kelompok-kelompok sub budaya yang lebih kecil yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku anggotanya. Ada empat macam sub budaya yaitu kelompok kebangsaan, kelompok keagamaan, kelompok ras dan wilayah geografis.
B.     Faktor-faktor Sosial
1.      Kelompok Referensi
Kelompok-kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok ini biasanya disebut dengan kelompok keanggotaan, yaitu sebuah kelompok yang dapat memberikan pengaruh secara langsung terhadap seseorang. Adapun anggota kelompok ini biasanya merupakan anggota dari kelompok primer seperti keluarga, teman, tetangga dan rekan kerja yang berinteraksi dengan secara langsung dan terus menerus dalam keadaan yang informal.
2.      Keluarga
Anggota keluarga dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku pembeli. Dalam sebuah organisasi pembelian konsumen, keluarga dibedakan menjadi dua bagian. Pertama keluarga yang dikenal dengan istilah keluarga orientas. Keluarga jenis ini terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang yang dapat memberikan orientasi agama, politik dan ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri dan cinta. Kedua, keluarga yang terdiri dari pasangan dan jumlah anak yang dimiliki seseorang. Keluarga jenis ini biasa dikenal dengan keluarga prokreasi.
3.      Peranan dan Status
Kedudukan seseorang dalam setiap kelompok dapat dijelaskan dalam pengertian peranan dan status. Setiap peranan membawa satu status yang mencerminkan penghargaan umum oleh masyarakatnya meliputi kelompok acuan, keluarga serta peran dan status. Peran dan status seseorang di dalam masyarakat dapat mempengaruhi perilaku pembelian. Semakin tinggi peran seseorang didalam sebuah organisasi maka akan semakin tinggi pula status mereka dalam organisasi tersebut dan secara langsung dapat berdampak pada perilaku pembeliannya.
C.     Faktor-faktor Pribadi
1.      Usia dan Tahap Daur Hidup
Pembelian seseorang terhadap barang dan jasa akan berubah-ubah selama hidupnya. Demikian halnya dengan selera seseorang berhubungan dengan usianya.
2.      Pekerjaan
Dengan adanya kelompok-kelompok pekerjaan, perusahaan dapat memproduksi produk sesuai dengan kebutuhan kelompok pekerjaan tertentu.
3.      Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi seseorang dapat dilihat dari tingkat pendapatan yang dapat berpengaruh terhadap pilihan produk. Biasanya pemilihan produk dilakukan berdasarkan keadaan ekonomi seseorang seperti besaran penghasilan yang dimiliki, jumlah tabungan, hutang dan sikap terhadap belanja atau menabung.
4.      Gaya Hidup
Dapat diartikan sebagai sebuah pola hidup seseorang yang terungkap dalam aktivitas, minat dan opininya yang terbentuk melalui sebuah kelas sosial dan pekerjaan. Tetapi, kelas sosial dan pekerjaan yang sama tidak menjamin munculnya sebuah gaya hidup yang sama. Melihat hal ini sebagai sebuah peluang dalam kegiatan pemasaran, banyak pemasar yang mengarahkan merek kepada gaya hidup seseorang.
5.      Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian merupakan cirri- ciri psikologis yang membedakan setiap orang sedangkan konsep diri lebih kearah citra diri. Setiap orang memiliki berbagai macam karateristik kepribadian yang bebeda-beda yang dapat mempengaruhi aktivitas kegiatan pembeliannya. Kepribadian merupakan ciri bawaan psikologis manusia yang berbeda yang menghasilkan sebuah tanggapan relatif konsiten dan bertahan lama terhadap rangsangan lingkungannya. Kepribadian biasanya digambarkan dengan menggunakan cirri bawaan seperti kepercayaan diri, dominasi, kemampuan bersosialisasi, pertahanan diri dan kemapuan beradaptsi.
D.    Faktor-faktor Psikologis
1.      Motivasi
Suatu kebutuhan yang cukup kuat mendesak untuk mengarahkan seseorang agar dapat mencari pemuasan terhadap kebutuhan itu.


2.      Persepsi
Proses individu memilih, merumuskan, dan menafsirkan masukan informasi dari panca indera untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti mengenai dunia.
3.      Belajar
Menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Kebanyakan perilaku manusia diperoleh dengan mempelajarinya. belajar adalah perubahan yang terjadi dalam proses pemikiran seseorang yang disebabkan oleh pengalaman sebelumnya. Belajar memegang peranan penting dari tingkah laku, terutama bagi seseorang yang baru pertama kali membeli barang.
4.      Kepercayaan
Suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu. Kepercayaan itu mungkin didasarkan akan pengetahuan, pendapat, dan keyakinan nyata. Keyakinan ini membentuk citra terhadap merek dan produk dan ini akan menyebabkan seseorang akan bertindak sesuai dengan kepercayaannya.
5.      Sikap
Sudut pandang seseorang terhadap sesuatu. Para produsen pada umumnya berusaha memahami sikap pelanggan potensial dan berfungsi atas dasar tersebut akan lebih efisien bagi produsen untuk menggunakan sikap pelanggan sebagai landasan bergerak daripada berusaha mengubahnya karena sikap cenderung menetap dan sulit untuk diubah.






Meraih Keunggulan Kompetitif Dari Manajemen Sumber Daya Manusia


Manajemen sumber daya manusia dapat menjadi dasar untuk mendapatkan keuntungan yang kompetitif dengan tiga alasan sebagai berikut :
1.     Perhitungan baiaya tenaga kerja yang termasuk sebagai salah satu komponen dalam biaya total ritel. Oleh karena itu, mengelola karyawan yang efektif dapat menghasilkan keuntungan dalam penghematan biaya total ritel.
2.     Pengalaman yang dimiliki sebagian besar pelanggan terhadap ritel, dapat di tentukan dari aktivitas karyawan yang menyeleksi barang dagangan di rak pajang. Oleh karena itu, karyawan menjadi fungsi utama dalam membedakan apa yang di tawarakan antar ritel.
3.     Pengelolaan SDM yang baik akan mewujudkan kinerja operasional karyawan ritel yang baik pula dan dapat mewujudkan keuntungan potensi bagi ritel. Keuntungan potensial tersebut sulit atau bahkan tidak dapat ditiru oleh pesaing. Contohnya, tiap eksekutif departement toko memahami tentang pentingnya penyediaan layanan bagi pelanggan yang di lakukan oleh karyawan dalam menyambut pelanggan secara outstanding ( karyawan berdiri di luar toko ), namun tiap eksekutif tidak mungkin secara terus – menerus melakukan pengawasan agar standar pelayanan ini konsisten dilaksanakan. Hal ini akan sangat tergantung pada komitment masing – masing pekerja ritel dan sangat berorientasi pada budaya perusahaan tersebut.

Hasil dari sasaran strategis pengelolaan manajemen sumber daya manusia pada ritel adalah menyelaraskan antara perilaku dan kemampuan karyawan dengan banyaknya karyawan. Dalam suatu pengelolaan SDM diukur produktivitas karyawan, yaitu dengan membagi penjulan dan keuntungan ritel dengan banyaknya karyawan. Produktivitas karyawan bisa ditingkatkan dengan menaikkan jumlah penjulan yang di hasilkan oleh karyawan, mengurangi karyawan, atau dapat juga dilakukan keduanya. Sedangkan untuk menambah karyawan perlu dilakukan survei untuk mengukur sikap tentang perilaku sebagai tingkat putaran karyawan.
Kegagalan untuk memperhitungkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang dapat mengakibatkan kesalahan dalam menangani SDM yang kemudian berakibat pada turunya kinerja perusahaan. Dalam sebuah usaha ritel, SDM adalah hal yang penting, oleh karena itu tidak boleh di abaikan. Secara keseluruhan potensi SDM dalam ritel memiliki tiga unsur yang saling berhubungan, yaitu pengelolaan SDM, manajer toko, dan karyawan.
Pengelolaan SDM dalam penjualan ritel sangat menantang karena beberapa hal berikut ini.
1.     Adanya kebutuhan tenaga kerja paruh waktu
Hal ini di sebabkan terdapat banyak ritel yang membuka gerai 24 jam sehari yang biasanya dilakukan pada akhir pekan untuk memnuhi kebutuhan pelanggan. Oleh karena itu ritel harus melegkapinya dengan menambah giliran (shift ) kerja pada saat harus beroperasi 24 jam dalam sehari.
2.     Penekanan terhadap kontrol biaya
Ritel harus beroperasi dengan batasan biaya yang terkontrol. Pleh sebab itu pengelola perlu sangat berhati- hati merinci pembayaran gaji untuk tiap jam kerja karyawan dan tingkatan kehalian pekerja.
3.     Perubahan demografis pekerja
Ritel yang beroperasi dalam pasar internasional akan menhadapi tantangan yang lebih berat. Perubahan pola demografis karyawan bisa mengurangi kulitas penjualan secara drastis.


Membangun Komitment Karyawan



    Tantangan utama dalam penjualan eceran adalah untuk mengurangi tingkat keluar masuk ( perputaran ) karyawan. Perputaran karyawan yang tinggi akan mengurangi penjulan dan meningkatkan biaya. Sedangkan penjulan yang menurun dapat di sebebkan oleh beberapa hal, antara lain karyawan yang kurang berpengalaman dalam menjalankan tugasnya, serta kurang terampilnya sumber daya maupun pengetahuan tentang kebijakan perusahaan dan barang dagangan agar dapat berinteraksi dengan konsumen secara efektif.
    Biaya – biaya meningkatkan karena kebutuhan untuk merekrut dan melatih karyawan baru terus menerus dilakukan. Beberapa pendekatan yang di gunakan ritel untuk membanguun komitment timbal balik adalah :

1.     Mengembangkan ketereampilan karyawan
Terdapat du aktivitas yang dilakukan ritel untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan dalam manajemen sumber daya manusia, yaitu dengan seleksi dan pelatihan.
·         Selektif mendengar
Untuk membangun kekutan kerja awalnya harus dilakukan perekrutan orang – orang yang benar.
·         Pelatihan
Pelatihan sangat penting untuk toko ritel sebab lebih dari 60 persen karyawannya mempunyai kontak langsung dengan pelanggan. Ini adalah untuk menanamkan modal keterampilan karyawan untuk memberi informasi dan sekaligus jawaban atau kesukaran dalam menemukan pekerjaan jasa atau layanan yang berkualitas.

2.     Memberdayakan karyawan
Memberdayakan karyawan (enpowerment) adalah proses dimana para menajer mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan dengan karyawan.

3.     Menciptkan hubungan kemitraan dalam karyawan
Riset menunjukkan bahwa ketika praktik kenerja manajemen sumber daya manusia meningkat berarti perusahaan juga meningkatkan pengaturan keuangan bagi karyawan.

    Terdapat tiga aktivitas menajemen sumber daya manusia yang dapat membangun dan mengembangkan komitment karyawan melalui hubugan kemitraan :

1.     Mengurangi perbedaan status
Beberapa ritel mencoba untukmengurangi perbedaan status antara karyawan. Dengan membatasi perbedaan status, karyawan akan dapat merasa betah menjalankan tugasnya dalam perusahaan dan dalam pencapaian keberhasilan tujuan perusahaan. Perbedaan status dapat di kurangi melalui penggunaan bahasa dan mempertipis perbedaan imbalan yang di terima karyawan dan meningkatkan komunikasi antar manajer dengan tingkatan yang berbeda dalam perusahaan.

2.     Promosi kerja
Promosi kerja adalah suatu kebijakan susunan kepegawaian yang merekrut karyawan baru hanya untuk posisi tingkatan yang paling bawah, sedangkan hirerarki pekerjaan yang lebih tinggi diberikan untuk karyawan yang telah ada.

3.      Kehadiran karyawan untuk menyeimbangkan karier dan keluarga
Jumlah pendapatan yang berbeda membuat karyawan merasa sulit untuk secara efektif melakukan pekerjaan bersama. Oleh karena itu diperlukan flextime dan pembagian kerja ( job sharing ). Flextime adalah sistem penjadwalan pekerjaan karyawan yang memungkinkan karyawan untuk memilih waktu kerja. Sedangkan pembagian kerja adalah dua karyawan secara sukarela bertanggung jawab atas satu pekerjaan yang sebelumnya hanya di jalankan oleh satu orang.

Kualitas Produk


Pengertian
     Kualitas produk ialah kemampuan produk untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan konsumen ( Cannon. Dkk. 2008 ). Definisi lain dari kulitas produk adalah karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan konsumen yang di nyatakan atau diimplikasikan ( Kotler & Armstrong, 2008 ). Menurut Kotler dan Keller (2009), kualitas produk adalah totalitas fitur dan karakteristik produk dan jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.
     Mc Charty dan Perreault (2003:107) mengemukakan bahwa, “Produk merupakan hasil dari produksi yang akan dilempar kepada konsumen untuk didistribusikan dan dimanfaatkan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya”. Saladin (2002) menambahkan bahwa produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan.

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Produk
  Menurut Husein (2000 : 37), konsumen pada dasarnya memandang kualitas atas 5 dimensi yaitu :
a.       Performance.
  Merupakan dimensi yang paling basic dan berhubungan dengan fungsi utama dari suatu produk. Konsumen akan senang apabila harapan mereka terhadap suatu dimensi terpenuhi. Bagi setiap produk, performance tergantung dari fungtional value yang di janjikan oleh perusahaan.
b.      Features
  Yaitu aspek performansi yang berguna untuk menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.
c.       Durability
  Merupakan keawetan yang menunjukkan suatu pengukuran terhadap siklus produk, baik secara teknis maupun waktu. Produk tersebut disebut awet kalau sudah banyak digunakan atau sudah lama sekali digunakan. Bagi konsumen, awet yang berhubungan dengan aspek waktu lebih mudah dimengerti. Karna itu, sebagian besar produk-produk yang menjanjikan keawetan lebih menonjolkan masalah awet dalam hal waktu.
d.      Conformance
  Dimensi ini menunjukkan seberapa jauh suatu produk dapat me standar atau spesifikasi tertentu. Hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang telah di tuturkan sebelumnya berdasarkan keinginan konsumen. Konfirmasi merefleksikan derajat ketepatan antara karakteristik desain produk dengan karakteristik kualitas standar yang telah ditetapkan.
e.       Reliability
  Reliability menunjukkan keadaan atau kualitas produk yang dapat memberikan keyakinan kepada konsumen untuk memilih produk tersebut, dengan kata lain konsumen akan percaya dengan kualitas produk tersebut.

Harga


Pengertian
Menurut Stanton (2006: 22), harga adalah sejumlah uang (kemungkinan ditambah dengan barang) yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya. Adapun pendapat lain tentang harga adalah menurut Kotler and Armstrong (2005:353), harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.

Tujuan Penetapan Harga
Adapun beberapa tujuan dari ditetapkannya suatu harga, yaitu :
1.      Meningkatkan penjualan
Untuk melihat apakah strategi harga yang dterapkan suatu perusahaan berhasil dilihat dari tingkat penjualannya.
2.      Menstabilkan harga
Menstabilkan harga dipasaran agar tidak terjadi kesengjangan yang sangat signifikan pada harga dipasaran.
3.      Mencapai lmaba maksimum.
Seperti pada tujuan utama sebuah usaha yaitu untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecilnya.
4.      Mendapatkan atau merebut pangsa pasar / Market Share
Menarik perhatian para konsumen yang menjadi target market / target pasar maka suatu perusahaan sebaiknya menetapkan harga yang serendah mungkin. Dengan harga turun, maka akan memicu peningkatan permintaan yang juga datang dari market share pesaing / kompetitor.
5.      Balik modal ROI / Return On Investment
ROI yang tinggi dapat dicapai dengan jalan menaikkan profit margin serta meningkatkan angka penjualan.
6.      Menjaga status quo pangsa pasar
Dengan penyesuaian harga menjadi lebih murah dari pesaing akan membuat konsumen tetap setia dengan produk yang dijual.

Peranan Harga
Menurut Tjiptono (1997:152) harga memiliki dua peranan utama dalam pengambilan keputusan pembelian, yaitu peranan alokasidari harga dan peranan informasi dari harga.
1.      Peranan alokasi dari harga
Fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya.
2.      Peranan informasi dari harga
Fungsi harga dalam “mendidik” konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Menurut (Tjiptono, 2006:152) persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.





Brand Image


Pengertian
     Menurut Tjiptono (2008:104) menyatakan definisi merek sebagai nama, istilah, simbol, atau lambang, desain, warna, gerak, atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan sebagai pembeda terhadap produk pesaing. Dengan demikian dapat dijelaskan merek  mempunyai 2 unsur yaitu yang pertama brand name yang terdiri dari kata-kata yang dapat dibaca dan yang kedua brand mark yang terdiri dari simbol, desain dan warna yang lebih jelas. Kedua unsur inilah yang dapat mempermudah konsumen dalam mengenali produk yang dapat menciptakan citra merek dari produk tersebut.
Brand Image merupakan asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek  tertentu (Tjiptono, 2005:49). Brand image itu sendiri memiliki arti kepada suatu pencitraan sebuah produk dibenak konsumen secara massal. Konsumen yang memiliki image positif mengenai suatu merek mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan pembelian. Karena citra yang baik akan memberikan nilai tambah terhadap sebuah produk dan layanan jasa yang berujung pada peningkatan keinginan pembelian konsumen.
Sedangkan Zeithaml (1998) dalam (Lin & Lin, 2007) menyatakan bahwa citra merek adalah faktor paling penting yang menjadi pertimbangan konsumen sebelum melakukan pemilihan produk atau layanan jasa. Pencitraan dan asosiasi, keduanyalah yang mewakili berbagai persepsi yang dapat mencerminkan realita obyektif. Suatu merek yang telah sukses akan memiliki posisi yang kuat karena didukung oleh berbagai asosiasi yang kuat. Cara mereflesikan sebuah persahaan yang sedang berusaha dipersepsikan  bisa mengunakan 2 cara yaitu dengan positioning dan positioning strategy.

Komponen Brand Image
Brand image akan sukses apabila didukung oleh komonen-komponen didalam brand image itu sendiri. Menurut Aaker dan Biel (1993), brand image memiliki tiga komponen yaitu :
1.      Citra pembuat (corporate image)
Sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk dan jasa dalam penelitian ini yang meliputi : popularitas, kredibilitas, dan jaringan perusahaan.
2.      Citra pemakai (user image)
Sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan barang atau jasa, meliputi pemakai itu sendiri, gaya hidup, atau kepribadian, serta status sosial.
3.      Citra produk (product image)
Sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk, yang meliputi atribut produk tersebut, manfaat bagi konsumen, pernggunanya, serta jaminan.


Brand Awareness


Pengertian
Menurut Dyan (2010).Kesadaran merek atau brand awareness adalah kesanggupan seseorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.
Menurut Surachman (2008) Brand Awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.
Peran brand awareness dalam membantu suatu merek dapat dipahami bagaimana brand awareness tersebut menciptakan suatu nilai. Nilai-nilai tersebut adalah Jangkar yang menjadi pengait bagi asosiasi lain, Familiar (menjadi terkenal), Komitmen, Mempertimbangkan merek, Durianto dkk (2004).
Menurut buku karya Darmadi Durianto, Sugiarto, Tony Simanjuntak yang berjudul Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Konsumen (2004:54), definisi dari Brand Awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk. Bagian dari suatu kategori produk perlu ditekankan karena terdapat suatu hubungan yang kuat antara kategori produk dengan merek yang dilibatkan.
Kesadaran merek (brand awareness) adalah kesanggupan seseorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu (Aaker, 1997).

Tahapan Brand Awareness
Menurut Aaker ( 1997 ), ada empat tingkatan brand awareness (kesadaran merek) yang berbeda, diantaranya :
1.     Unaware Of Brand (Tidak Menyadari Merek)
Unaware Of Brand yaitu tingkat dimana konsumen tidak menyadari suatu merek walaupun sudah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan.
2.     Brand Recognition (Pengenalan Merek)
Brand Recognition merupakan tingkat dimana ingatan konsumen terhadap suatu merek akan muncul jika konsumen diberi bantuan agar dapat kembali mengingat merek tersebut. Tingkat ini merupakan tingkat minimal dari kesadaran merek.
3.     Brand Recall (Pengingatan Kembali Merek)
Brand Recall merupakan tingkat dimana konsumen dapat mengingat kembali suatu merek tanpa adanya bantuan apapun, atau disebut juga unaided recall.
4.     Top Of Mind (Puncak Pikiran)
Top Of Mind adalah tingkatan dimana suatu merek menjadi merek yang disebutkan pertama kali muncul dalam benak konsumen. Dalam tingkatan ini, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen.



Bauran Pemasaran




Pengertian

Bauran Pemasaran Menurut Kotler dan Armstrong (1997:47), bauran pemasaran adalah sebagai seperangkat variabel pemasaran, yang dapat dikendalikan dan dipadukan perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan di dalam pasar sasaran. Etzel et al. (1997:60) menyatakan bahwa bauran pemasaran adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yaitu produk, harga, tempat dan promosi. Sedangkan menurut Mc Charty dalam buku Kotler (2000:15), mengklasifikasikan alat-alat pemasaran ke dalam empat kelompok yang dikenal
dengan 4P dari pemasaran, yaitu product, price, place and promotion. Bauran pemasaran terdiri atas segala sesuatu yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mempengaruhi permintaan terhadap produknya. Kegiatankegiatan yang dimaksud adalah keputusan dalam empat variabel, yaitu produk, harga, distribusi dan promosi. Untuk mencapai pasar yang dituju dan memenuhi atau melayani konsumen seefektif mungkin maka kegiatan-kegiatan ini perlu dikombinasikan. Dalam hal ini perusahaan atau organisasi tidak sekedar memiliki kombinasi yang terbaik saja, tetapi juga harus mengkoordinasikan berbagai macam elemen bauran pemasaran tersebut untuk melaksanakan program pemasaran secara efektif. Secara ringkas tiap-tiap variabel bauran pemasaran diuraikan sebagai berikut.

1.      Produk Menurut Radio Sunu (1995:99), produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk dapat diperhatikan, dibeli atau dikonsumsikan. Basu Swastha dan Irawan (1996:165) menyatakan bahwa produk adalah suatu sifat yang kompleks, baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk pembungkus, warna, harga, prestasi perusahaan dan pengecer yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan. Menurut Tjiptono (2001:95), secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas “sesuatu” yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli.

2.      Harga Radio Sunu (1995) menyatakan bahwa harga adalah nilai suatu barang dan jasa yang diukur dengan sejumlah uang. Berdasarkan nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain. Di dalam perusahaan, harga suatu barang atau jasa merupakan penentuan bagi permintaan pasar. Harga dapat mempengaruhi posisi persaingan perusahaan.

3.      Tempat mencerminkan kegiatan-kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia untuk konsumen sasaran. Sebagian dari tugas distribusi adalah memilih perantara yang akan digunakan dalam saluran distribusi yang secara fisik menangani dan mengangkat produk melalui saluran tersebut, maksudnya agar produk dapat mencapai pasar yang dituju tepat pada waktunya.

4.      Promosi mencerminkan kegiatan-kegiatan yang mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk konsumen untuk membelinya. Jadi, promosi ini merupakan komponen yang dipakai untuk memberikan dan mempengaruhi pasar bagi produk perusahaan. Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam promosi adalah periklanan, promosi penjualan, personal selling dan publisitas. Tujuan dari promosi itu sendiri adalah untuk menyebarkan informasi tentang produk kepada konsumen, mendapatkan kenaikan penjualan, mendapat pelanggan baru dan pelanggan yang setia, menjaga kestabilan penjualan ketika pasar sedang lesu, mengunggulkan produk sendiri serta membentuk citra produk di mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan.