Minggu, 30 September 2018

Hubungan Antara Waktu Dan Tempat Penjualan



Hubungan Antara Waktu Dan Tempat Penjualan

             Sebagai seorang penjual yang sukses, mereka selalu menghargai waktu. Dalam pepatah mengatakan, waktu adalah uang ( time is money ). Jangan menyia – nyiakan waktu, karena waktu tidak akan berubah untuk kembali lagi. Setelah lewat atau lenyap untuk selama – lamanya dan yang tinggal hanya kenangan – kenangan. Disini akan  di jelaskan bagaimana pengusaha membagi waktu dalam pekerjaannya.
1.       Mencatat Perjalanan Segala Kendaraan Yang Di Pakai.
Catatlah jam keberangkatan perjalanan segala kendaraan untuk menentukan kendaraan apa yang akan di pakai. Kita harus menyediakan sebuah buku untuk mencatat perjalanan dengan berbagai macam kendaraan, misalnya perjalanan dengan pesawat udara, kapal laut, kereta api, bus dan lain – lain, menurut kepentingannya. Jam berapa datang dan jam berapa berangkatnya, kemana kita berkunjung dan sebagainya. Untuk itu, banyak jalan yang kita tempuh, misalnya mintalah keterangan pada kantor GIA, stasiun kereta apai, perusahaan bus, dan perusahaan pelayaran, atau dapat dilihat pada daftar perjalanan yang biasanya pada tempat – tampat pemberhentian bus dan lain – lain.
Nama bus juga perlu untuk di tulis agar waktu jam berangkat maupun tidak salah. Sengan mencatat itu semua, kita sudah dapat menetapkan terlebih dahulu segala rencanan, kapan kita akan berangkat naik apa. Dengan demikian kita dapat bekerja  secara efisien dan praktis.

2.       Membuat Rencana Perjalanan Sebelum Berangkat
Sebelum berangkat melakukan pekerjaan, lebih dahulu harus dicatat kemana saja kita akan pergi supaya kita dapat bekerja menurut rencana.
Bagaimana tenaga penjual, rencana semacam itu penting sekali. Mereka harus membuat rencana perjalanan sabtu minggu. Namun bilaman mereka melakukan perjalanan keliling selama satu bulan, ya dibuat rencana untuk satu bulan. Di dalam pembuatan rencana perjalanan tersebut, supaya dicantumkan dimana mereka menginap.
Dengan adanya rencana penjualan demikian, maka antara perusahaan dan penjual selalu dapat diadakan kontak apabila perlu selalu dapat di ketahui kemana pada hari – hari tertentu penjual berada. Meskipun ada kemungkinan ia mendapat halangan, akan tetapi dengan berbuat demikian, penjual itu mempunyai rencana yang efisien dan berharga.

3.       Kirim Surat Pemberitahuan
Sebelum berangkat, sebaiknya penjual kirim surat dahulu kepada langganan atau calon pembeli mengenai kedatanganya. Supaya bisa ktemu dengan pelanggan dan waktu kita tdak terbuang sia – sia.

4.       Jangan Menunda – Nunda Pekerjaan
Jangan dibiasakan menunda – menunda pekerjaan, tetapkan jam kerja menurut rencana. Sebagai penjual jangan suka menunda – nuda pekerjaan. Penundaan berarti menghilangkan waktu, kadang – kadang hampir satu hari hilang sia – sia.
Putuskan apa yang telah di rencanakan, supaya di kerjakan dengan hati yang mantap dan tidak ragu – ragu. Tentukanlah jam berapa harus bekerja, dan berangkatlah menurut apa yang di tetapkan semula. Semakin banyak hal yang ditunda mengakibatkan kerugian besar, ingatlah baik- baik.

5.       Mengambil Keputusan Dengan Cepat Dan Pasti
Untuk membagi waktu, perlu sekali seorang penjual berani mengambil keputusan dengan cepat dan pasti supaya segala pekerjaannya dpat berjalan dengan baik. Catatlah nama – nama langganan yang penting. Apabila masih sempat berulah mengerkan yang lain. Itu perlu sebab hal itu termasuk hal yang penting.  Penjual harus dapat menimbang mana yang penting dan mana yang kurang penting. Berani mengambil keputusan berarti penjual itu mempunyai dasar – dasar sebagai pemimpin. Dan akan kelihatan sebagai seorang yang dapat memikirkan dengan cepat segala perkara menurut perhitungannya. Penjual itu dapat juga berbuat salah, tetapi tidak mengapa, kesalahan atu berguna sebagai pengalaman. Pada kesempatan lain, keputusannya pasti lebih tepat. Hanya orang yang mempunyai keberanian saja yang pantas mendapat kedudukan sebagai pemimpin. Demikianlah gambaran singkat, hal – hal yang perlu diingat untuk membagi waktu bekerja agar kita berhasil dalam melakukan pekerjaan tersebut.



Rabu, 26 September 2018

Bisnis Ritel



A.    Pengertian Bisnis Ritel (Penjualan Eceran)
          Penjualan eceran atau ritel  Menurut KBBI, Eceran berarti secara satu persatu, sedikit demi sedikit (tentang penjualan/pembelian barang). Jadi yang dimaksud dengan usaha eceran/ritel adalah segala kegiatan yangterlibat dalam penjualan dan pembelian barang, jasa ataupun keduanya secara sedikit demi sedikit atau satu per satu langsung kepada para konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi, keluarga, ataupun rumah tangga dan bukan hanya untuk keperluan bisnis (dijual kembali).
·     Menurut Hendri Ma’ruf (2005:71), ritel adalah kegiatan usaha menjual barang atau jasa kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri, keluarga atau rumah tangga. Sedangkan pengecer adalah pengusaha yang menjual barang atau jasa secara eceran kepada masyarakat sebagai konsumen, ritel perorang atau peritel kecil memiliki jumlah gerai bervariasi, mulai dari satu gerai hingga lebih. 
·     Menurut Tjiptono (2008:191), Pedagang eceran (retailling) merupakan semua kegiatan penjualan barang dan jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk pemakaian pribadi dan rumah tangga, bukan untuk keperluan bisnis. 
·     Menurut Kotler (2007:592), usaha eceran (retailing) adalah semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang dan jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi bukan untuk bisnis. 
·     Menurut Gilbert (2003:6), ritel adalah semua usaha bisnis yang mengarahkan secara langsung kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa sebagai inti dari distribusi. 
·     Menurut Berman dan Evan (2007:3), penjualan eceran adalah tingkat terakhir dari proses distribusi, yang di dalamnya terdapat aktivitas bisnis dalam penjualan barang atau jasa kepada konsumen.




Tujuan dan Fungsi Penjualan Eceran (Ritel)
Perdagangan eceran melakukan aktivitas pengemasan menjadi bagian yang lebih kecil, menyimpan persediaan, menyediakan jasa agar pelanggan dapat memperoleh barang dengan mudah. Tujuan penjualan eceran (ritel) antara lain adalah sebagai berikut (Weits dkk, 2007:4):

1.  Menciptakan tersedianya pilihan akan kombinasi sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen. 
2.  Memberikan penawaran produk dan jasa pelayanan dalam unit yang cukup kecil sehingga memungkinkan para konsumen memenuhi kebutuhannya. 
3.  Menyediakan pertukaran nilai tambah dari produk (ready exchange of value).
4.  Mengadakan transaksi dengan para konsumen-nya.
Sedangkan menurut Sudjana (2005:117
1.      Perantara antara distributor dengan konsumen akhir. 
1.  Penghimpunan berbagai kategori jenis barang yang menjadi kebutuhan konsumen. 
2.  Tempat rujukan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan konsumen.
3.  Penentu eksistensi barang dari manufaktur di pasar konsumen.
Adapun fungsi perdagangan eceran atau ritel menurut Utami (2008:8-9) adalah sebagai berikut:

1.  Menyediakan berbagai jenis produk dan jasa. Konsumen selalu mempunyai pilihan sendiri terhadap berbagai jenis produk dan jasa. Untuk itu, dalam fungsinya sebagai peritel, mereka berusaha menyediakan beraneka ragam produk dan jasa yang dibutuhkan konsumen. 
2.  Memecah (breaking bulk). Memecah (breaking bulk) di sini berarti memecah beberapa ukuran produk menjadi lebih kecil, yang akhirnya menguntungkan produsen dan konsumen.
3.  Penyimpan persediaan. Fungsi utama ritel adalah mempertahankan persediaan yang sudah ada, sehingga produk akan selalu tersedia saat konsumen menginginkannya. 
4.  Penyedia jasa. Dengan adanya ritel, maka konsumen akan mendapat kemudahan dalam mengkonsumsi produk-produk yang dihasilkan produsen. 
5.  Meningkatkan nilai produk dan jasa. Dengan adanya beberapa jenis barang atau jasa, maka untuk suatu aktivitas pelanggan dapat ditingkatkan manfaat yang diperoleh oleh pelanggan dari nilai yang diperoleh dari produk/jasa tersebut.
Jenis-jenis Penjualan Eceran (Ritel)
Pedangan eceran yang memiliki toko atau disebut pengecer toko (Store Retailers), dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut (Kotler dan Armstrong, 2003:216):

1.  Toko Barang Khusus (Specialty Store). Lini produk yang sempit dengan keragaman yang dalam. Toko pakaian adalah toko lini tunggal; toko pakaian pria adalah toko lini terbatas; dan toko kemeja pesanan pria adalah toko yang sangat khusus.
2.  Toko Serba Ada (Departement Store). Beberapa lini produk, biasanya pakaian, perlengkapan rumah dan barang kebutuhan keluarga dengan masing-masing lini yang ditempatkan sebagai bagian tersendiri yang dikelola pembeli khusus atau pedagang khusus.
3.  Pasar Swalayan (Supermarket). Usaha yang relatif besar, berbiaya rendah, bermarjin rendah, bervolume tinggi, swalayan yang dirancang untuk melayani semua kebutuhan untuk makanan, sarana mencuci, dan produk-produk keluarga. 
4.  Toko Kenyamanan (Convenience Store). Toko yang relatif kecil dan terletak dekat daerah pemukiman, menjual lini terbatas produk-produk kenyamanan dengan tingkat perputaran yang tinggi dan harga yang sedikit lebih tinggi. 
5.  Toko Diskon (Discount Store). Barang dagangan standar yang dijual dengan harga yang lebih murah, dengan marjin yang lebih rendah dan volume yang lebih tinggi. 
6.  Pengecer Potongan Harga (Off-Price Retailer). Barang dagangan yang dibeli di bawah harga pedagang besar biasa dan dijual di bawah harga eceran. 
7.  Gerai Pabrik (Factory Outlet). Dimiliki dan dijalankan produsen dan biasanya menjual barang-barang yang berlebihan, tidak diproduksi lagi, atau tidak biasa.
8.  Pengecer potongan harga independen (Independent off-price retailer). Dimiliki dan dijalankan pengusaha atau divisi perusahaan eceran yang lebih besar. 
9.  Klub gudang atau klub pedagang besar (warehouse clubs atau wholesale clubs). Menjual pilihan terbatas jenis produk kebutuhan pokok, perlengkapan rumah tangga, pakaian bermerek dan berbagai jenis barang lain dengan diskon yang sangat besar bagi anggota-anggota yang membayar iuran keanggotaan tahunan. 
10.  Toko Besar (Superstore). Ruang penjualan sekitar 35.000 kaki persegi yang ditujukan untuk memenuhi seluruh kebutuhan konsumen untuk jenis produk makanan dan non-makanan yang dibeli rutin. 
11.  Toko Kombinasi (Combination stores). Toko gabungan makanan dan obat yang memiliki ruang penjualan rata-rata 55.000 kaki persegi. 
12.  Hiperpasar (Hypermarkets). Berkisar antara 80.000 hingga 220.000 kaki persegi dan menggabungkan pasar swalayan, toko diskon, dan eceran gudang. 
13.  Ruang Pameran Katalog. Pilihan yang sangat banyak barang-barang berharga tinggi, mengalami perputaran cepat, dan bermerek dengan harga diskon.

Pedagang eceran yang tidak memiliki toko atau disebut pengecer tanpa toko (Non-Store Retailers), dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut (Kotler dan Armstrong, 2003:538):
1.  Penjualan langsung (Direct Selling). Penjualan langsung disini tidak termasuk penjualan dari bisnis ke bisnis. Kegiatan ini dimulai dari pedagang keliling dan terus berkembang menjadi industry yang besar. Penjualan ini dilakukan oleh para wira-niaga langsung kepada pemakai akhir.
2.  Penjual satu-satu (One to One Selling). Penjualan dilakukan oleh wira-niaga dengan cara mengunjungi tempat tinggal konsumen satu per satu serta berusaha mendapatkan pesanan pembelian. 
3.  Penjual satu ke banyak (One to Party Selling). Seorang wira-niaga akan datang ke rumah seorang konsumen dan mengundang teman atau tetangganya untuk melihat demonstrasi produk. 
4.  Pemasaran Jaringan (Network Marketing-MLM). Perusahaan memilih para usahawan untuk berperan sebagai distributor. Distributor lalu akan memilih beberapa anggota baru sebagai agen. Para agen kemudian akan memilih beberapa orang lain lagi untuk menjual produk perusahaan kepada para pembeli yang potensial.
5.  Pemasaran Langsung (Direct Marketing). Pemasaran langsung dimulai dari katalog dan surat pos, bahkan sekarang telah berkembang berbagai cara baru yang modern, seperti pemasaran melalui telepon (Telemarketing), pemasaran melalui TV (Home Shopping), maupun informasi berbelanja melalui elektronik (infomercial). 
6.  Mesin Penjual Otomatis (Automatic Vending). Mesin penjual otomatis ini memiliki beberapa keunggulan, seperti penjualan 24 jam sehari, serta mudah ditemukan di banyak tempat yang strategis. 
7.  Jasa Pembelian (Buying Service). Suatu pengecer tanpa toko yang melayani konsumen khusus, seperti sekolahan, rumah sakit, ataupun lembaga pemerintahan. Anggota organisasi tersebut dapat menjadi anggota jasa pembelian dan mereka boleh membeli berbagai produk dengan harga diskon.

Ciri-ciri dari bisnis ritel tradisional sederhana adalah sebagai berikut :
1. Tempatnya tidak terlalu luas.
2. Barang yang dijual tidak terlalu banyak macam dan jenisnya.
3. Sistem pengelolaan/manajemennya masih terbilang sangat sederhana sekali.
4. Tidak menawarkan kenyamanan berbelanja muluk-muluk dan berlebihan seperti ritel modern.
5. Masih terdapat proses tawar-menawar harga dengan para pedagang.
6. Produk yang dijual juga tidak dipajang terlalu terbuka sehingga para pelanggan tidak mengetahui apakah pengusaha ritel tersebut memiliki barang yang memang dicari atau tidak.
Ciri-ciri khusus dari bisnis ritel modern adalah kebalian dari bisnis ritel tradisional sederhana, yaitu :
1. Menawarkan tempat yang lebih luas.
2. Barang yang dijual juga sangat banyak jenis dan macamnya.
3. Memiliki sistem manajemen yang terkelola dengan sangat baik dan hati-hati.
4. Menawarkan tingkat kenyamanan yang tinggi dalam berbelanja.
5. Harga jual sudah tetap (fixed price) sehingga sama sekali tidak ada proses tawar-menawar dan adanya sistem swalayan/pelayanan secara mandiri.
6. Pemajangan dari produk pada rak-rak terbuka sehingga para pelanggan bisa dengan bebas melihat dan memilih barang-barang apa saja yang dibutuhkan, bahkan beberapa swalayan ada yang memberikan produk tester agar bisa dicoba oleh para pelanggan terlebih dahulu sebelum memutuskan akan membelinya.


Sejarah Pasar


A. Sejarah Pasar
Pengertian pasar menurut dalam arti sempit pasar adalah tempat terjadinya transaksi jual beli (penjualan dan pembelian) yang dilakukan oleh penjual dan pembeli yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu.

Definisi pasar secara luas menurut W.J. Stanton adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan, uang untuk belanja serata kemauan untuk membelanjakannya.

Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian. Ini adalah pengaturan yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk item pertukaran. Persaingan sangat penting dalam pasar, dan memisahkan pasar dari perdagangan. Dua orang mungkin melakukan perdagangan, tetapi dibutuhkan setidaknya tiga orang untuk memiliki pasar, sehingga ada persaingan pada setidaknya satu dari dua belah pihak. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis, lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan jasa yang diperdagangkan. Beberapa contoh termasuk pasar petani lokal yang diadakan di alun-alun kota atau tempat parkir, pusat perbelanjaan dan pusat perbelanjaan, mata uang internasional dan pasar komoditas, hukum menciptakan pasar seperti untuk izin polusi, dan pasar ilegal seperti pasar untuk obat-obatan terlarang.

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar,bangunan biasanya terdiri dari kios atau gerai dan dasarnya terbuka yang dinuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar .
Pasar Modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli meliht label harga yang tercantum dalam barang  (barcode), berada dalm bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri atau dilayani pramuniaga .
Pasar menurut jenisnya :
1.      pasar konsumsi
2.      pasar factor produksi

Pasar menurut jenis barang yang dijual ;

1.      pasar menurut lokasi
2.      pasar menurut hari
3.      pasar menurut luas jangkauan
4.      pasar daerah
5.      pasar local
6.      pasar nasional
7.      pasr internasional

Pasar menurut wujud :

1.      pasar konkret
2.      pasar abstrak


B. Pasar Tradisional dan Modern
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los, dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Seiring dengan perkembangan jaman, pasar mengalami perkembangan baik secara fisik (bangunan) dan non fisik (pelayanan). Pasar berkembang menjadi sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi karena faktor modernisasi. Istilah pasar tradisional dan pasar modern pun muncul kepermukaan. Keberadaan pasar yang kumuh, becek dan  sempit mulai terlupakan dengan kehadiran pasar modern di tengah – tengah masyarakat.

Pasar modern adalah pasar yang dikelola oleh manajemen modern, umumnya terdapat di perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen. Di pasar modern, penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan, dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Pasar modern antara lain supermarket, mall, mini market, shopping centre, department store, dan sebagainya. Barang yang di jual memiliki  variasi jenis yang beragam dan mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat. Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai barang persediaan di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti ( tercantum harga sebelum dan setelah pajak). Pasar modern juga memberikan pelayanan yang baik dengan adanya alat pendingin udara. (jurnal pengkajian koperasi dan ukm, 2006).


Perilaku Pembeli


Perilaku Pembeli

             Orang mengenal tiga cara pendekatan pokok terhadap pengembangan teori tentang perilaku pembeli, yaitu cara pendekatan eksperimental, klinikal, dan gestalt.
1.       Eksperimental
Psikologi eksperimental telah memutuskan perhatian pada eksistensi fsiologikal atau kebutuhan – kebutuhan tubuh sebagai kekuatan – kekuatan motivasional eksperimen – eksperimen dilakukan terhadap manusia dan hewan.

2.       Klinikal
Pada psikologi klinikal, rangsangan – rangsangan dimulai dari analisis dasar karena sewaktu – waktu mereka dimodifikasi oleh kekuatan – kekuatan sosial.

3.       Gestalt
Psikologi gestalt yang sering pula dinamakan psikologi sosial, menganggap individu dan lingkungannya sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat di bagi. Dari perilaku individual ditujukan ke arah barbagai macam tujuan. Masing – masing “ approach “ membantu pemahaman kita tentang perilaku mansuia, tetapi hingga kini belum ada teori psikologikal tunggal tentang motivasi konsumen yang cukup memuaskan dalam hal menerangkan perilaku pembeli.

Alasan Pembelian


Alasan Pembelian

             Alasan mengapa orang membeli sangat beraneka ragam coraknya dan hanya sebagian kecil yang bersifat tetap. Dibawah ini beberapa alasan pembelian.
a.       Manfaat
Dalam segala kegiatannya manusia selalu berusaha memperoleh manfaat, keuntungan, dan kebahagiaan. Dari setiap pembelian manfaatlah yang di harapkan. Oleh sebab itu, penjualan harus memberikan penjelasan tentang ciri – ciri khusus akan barang tersebut karena penjelasan secara umum kurang menarik.

b.      Kebanggaan
Kebanggan sering menjadi alasan seseorang dalam membeli suatu barang. Orang akan merasa bangga apabila memiliki sesuatu barang yang haraganya mahal atau jarang orang punya. Karena ada sebagian orang yang berpendapat atau merasa lebih terhormat, bila memiliki barang – barang yang mahal harganya.

c.       Meniru
Kabanyak orang inigin memiliki apa yang telah dimiliki oleh orang lain, atau ingin meniru kepunyaan oranh lain. Misalnya, meniru pakaian tetangganya, meniru tindak tanduk pemimpinnya, dan sebagainya.

d.      Perasaan Khawatir Dan Takut
Semua orang takut akan terjadi kebakaran, kecelakaan, sakit atau mati mendadak. Rasa khawatir dan takut merupakan gejala seseorang untuk membeli bermacam – macam keperluan, misalnya alat pemadam kebakaran, pasta gigi, obat nyamuk, alat – alat kecantikan, dan lain – lain.

e.      Ingin Tahu Lebih Mendalam
Keinginan terdapat pada setiap orang lebih – lebih lagi bila merasa kurang puas. Misalnya, sesorang senang membaca cerita bersambung. Selesai satu jilid, ingin melanjutkan jilid berikutnya.

f.        Bersaing
Ada segolong orang yang ingin selalu bersaing dengan rivalnya, malu rasanya bila dikalahkan oleh sainganya. Baik mengenai pakaian, alat – alat kecantikan, maupun perabotan rumah tangga.

g.       Iri hati
Iri hati, ingin meniru, dan bersaing hampir sama kuatnya. Wanita biasanya tergolong pembeli dengan motif tersebut.

Hukum Pembelian



Hukum Pembelian

             Untuk menjadi penjual yang sukses, kita harus mempelajari sebab – sebab terjadinya pembelian. Mengapa barang kita dapat terjual ? mengapa pembeli itu mau membeli ? proses apakah yang terjadi dalam pemikirannya ? semua itu tak lain di sebabkan oleh cara – cara kita melaksanakan penjualan barang – barang itu. Hal tersebut di atur dalam “ hukum pembelian “ yang susunannya seperti di bawah ini.
1.       Melihat Dan Mendengar
Yang dimaksud dengan meliahat ialah contohnya secara langsung yang dibawa oleh penjual atau yang di pajang di toko. Sedangkan yang dimaksud  mendengar ialah mendengar langsung dari penjual, iklan, dari kawan, dan sebagainya.

2.       Tertarik
Setelah melihat atau mendengar, orang mulai tertarik karena warnanya, bentuknya, hadiahnya, atau kepandaian penjual dalam menawarkan barang tersebut.

3.       Ingin Memiliki
Setelah tertarik timbullah minat sesorang ingin memiliki benda yang telah dilihat atau didengarnya. Sesorang dikatakan sudah ada minat untuk memiliki, apabila calon pembeli sudah menanyakan harga suatu barang yang dilihat atau didengarnya. Itu sudah tanda bahwa calon pembeli sudah timbul menat pembelinya.

4.       Mengambil Keputusan Untuk Membeli
Setelah pembeli berminat untuk membeli, saat itulah penjual memberikan rangsangan dengan membicarakan dengan membicarakan hal – hal yang menguntungkan bilamana sesorang itu menjadi membeli. Yang penting bagi penjual ialah mengusahakan dengan memanfaatkan kesempatan yang ada, agar cepat mengambil keputusan untuk membeli.

5.       Merasa Puas Dengan Apa Yang Dibelinya
Jika keputusan membeli telah diambil, penjual harus menepati janjinya. Misalnya, dengan mengirimkan barang sesuai contohnynya, waktunya, diusahakan pengiriman selekas mungkin, pembungkusan harus rapi, servisnya memuaskan.
Dengan jalan demikian, tidak ada alasan bagi pembeli untuk merasa kurang puas. Maka sesorang yang pernah membeli pada penjual itu, akan merasa senang menjadi langganannya karena pelayanan dari penjual cukup baik.


Minggu, 16 September 2018

Proses Penyusunan Rencana Penjualan


Proses Penyusunan Rencana Penjualan

Langkah – langkah yang harus diambil sebelum menyusun rencana penjualan sebagai berikut.

1.       Melakukan observasi
Observasi berarti memperhatikan sesuatu di sekitar kita secara sungguh – sungguh dengan mata, pikiran, dan perasaan.
Dari observasi tersebut pengusaha dapat mengetahui.
1.       Kemauan langganan – langgananya.
2.       Membadingkan mutu barang.
3.       Bagaimana kemasanya, labelnya, etalasenya, harganya, promosinya dan sebagainya.

2.       Mengumpulkan data
Setelah kita melakukan observasi, kita harus mengelompokkan barang – barang mana yang di perlukan oleh langganan dan mana yang tidak di perlukan. Barang apa yan banyak laku di pasar dan apa yang tidak laku. Barang apa yang di senangi dan apa yang tidak di senangi. Demikian juga kita bisa mengatahui mutu barang yang ada. Apakah mutunya baik, sedang, atau kurang.
Bagaimana kemasan, label serta etalasenya. Megapa etalase itu menarik dan mengapa yang lain majemukkan. Memang tidak mudah untuk mengatahui itu semua dengan segera, akan tetapi kalau kita seringkali melakukan observasi, kita akan mengumpulkan data yang sebanyak – banyaknya dan niscaya kita akan dapat menyusun rencana dengan baik.

3.       Menganalsisi data
Dari data yang telah terkumpul dapat di ketahui, barang – barang tertentu yang laku terjual dan kenapa barang – barang tidak laku atau kurang laku, harus di selidiki tentang saingan yang ada di pasar. Baik mengenai harganya, rasanya, kualitasnya, kemasanya, bentuknya, warnanya, musimnya, siapakah sainganya, dan harus di selidiki pula apakah reklamenya kurang baik.
Jadi kalau kurang laku yang kita lakuakan sebagai beriku. Pertama, harus mengetahui bagaimana kemauan pembeli. Kedua, bagaimana reklamanya mungkin kurang baik. Ketiga, perbedaan antara barang – barang tersebut dengan barang – barang sainganya. Kalau sduah di ketahui dengan jelas, barulah memperbaiki kekurangan – kekuaranganya.
Sebaliknya, kalau barang tersebut banyak lakunya juga harus kita selidiki apa sebabnya, mungkin karena harganya lebih mrah atau kualitasnya baik. Atau karena monopoli ( belum ada sainganya ) atau boleh jadi di sebabkan saingan kita sengaja membeli untuk merusak barang kita.

4.       Kesimpulan
Dari analisis di atas dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa barang – barang tertentu sangat laku di pasar. Haraga barang tersebut terjangkau oleh konsumen. Mutunya sesuai dengan keinginan pembeli, promosinya manarik, kemasanya bagus, dan sebagainya.
Dari uraian tersebut di atas, pengusaha dapat menyusun rencana penjualan yang sebaik – baiknya.